tag:blogger.com,1999:blog-63341748315071375912024-03-13T22:37:03.034-07:00PENA KUASA BERKARYAUnknownnoreply@blogger.comBlogger413125tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-13958188363540078452013-07-29T07:08:00.000-07:002013-07-29T07:08:04.284-07:00Belajar Sukses dari Pengusaha Besar<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Dimuat di Pustaka HARIAN BHIRAWA, Jum'at, 28 Juni 2013</b></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-vQD1HgDeHic/UfZ3AkHeJSI/AAAAAAAAB2U/x-7dBqEhly8/s1600/cover+buku---Dahsyatnya+Gigih!.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-vQD1HgDeHic/UfZ3AkHeJSI/AAAAAAAAB2U/x-7dBqEhly8/s320/cover+buku---Dahsyatnya+Gigih!.jpg" width="224" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div id="yui_3_7_2_1_1375106087953_2457" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Judul Buku:</b> <span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1375106087953_2459" style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%;">Dahsyatnya
Gigih!</span><b id="yui_3_7_2_1_1375106087953_2455"> Penulis</b><b id="yui_3_7_2_1_1375106087953_2463"><span lang="IN"><span></span></span>:</b> T. Wahyu Prasetyahadi<b><span lang="IN"> P</span>enerbit</b><b>:</b>
Palapa<span id="yui_3_7_2_1_1375106087953_2462" lang="IN">, Yogyakarta</span><b id="yui_3_7_2_1_1375106087953_2454"><span id="yui_3_7_2_1_1375106087953_2453" lang="IN"> Cetakan<span></span></span>: </b>I,<span> </span>Januari 2013<b> Tebal</b><b id="yui_3_7_2_1_1375106087953_2451"><span id="yui_3_7_2_1_1375106087953_2450" lang="IN"><span id="yui_3_7_2_1_1375106087953_2449"></span></span>:</b> 160 halaman<b> ISBN<span></span>: </b>978-602-255-032-7</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="yiv9229983844MsoNormal" id="yui_3_7_2_1_1375106087953_2466" style="text-align: justify;">
<br />
<span style="color: blue;">Nama Chairul Tanjung tak asing lagi
bagi kita. Apalagi setelah buku otobiografinya <i>“Chairul Tanjung, Si Anak Singkong”</i> terbit menyapa publik.
Kesuksesan beliau berwirausaha patut diacungi jempol. Kita tak perlu lagi
membahas seberapa besar kekayaan beliau saat ini. Ia termasuk salah satu orang
terkaya di negeri ini sebagaimana Sandiaga Uno dan Hary Tanoesoedibjo. Yang
menarik, mereka memulai wirausaha dan bisnisnya dari titik nol. Lewat buku ini,
selain membaca jejak perjalanan mereka sampai menjadi pebisnis sukses, kita
bisa meresapi kegigihan dan nilai-nilai sukses mereka sebagai pelajaran
bermakna bagi kita.</span><br />
<br />
<span style="color: blue;">Berkat buku otobigrafinya, Chairul
Tanjung perlahan identik dengan <i>Si Anak
Singkong</i>. Singkong adalah makanan tradisional. Meskipun memakan singkong
bukan berarti orang <i>ndeso</i>, namun
sebutan anak singkong identik dengan anak miskin. Ada judul lagu “Singkong dan
Keju’ yang menggambarkan sisi kontras antara anak orang miskin dan anak orang kaya
(hlm. 15). Chairul Tanjung memang berangkat dari kondisi keluarga yang miskin.
Namun, kemiskinan bukan menjadi dalih bersikap fatalistik. Akibat efek dari
pendidikan keluarganya, ia menjelma menjadi sosok yang gigih belajar dan
bekerja. Orangtuanya mempunyai prinsip pendidikan adalah langkah yang harus
ditempuh dengan segala upaya agar bisa keluar dari jerat kemiskinan.</span><br />
<br />
<span style="color: blue;">Salah satu sisi mengharukan yang layak disimak adalah ketika Chairul
Tanjung memasuki bangku perguruan tinggi di Universitas Indonesia. Total uang
yang harus dibayarkan saat diterima kuliah itu Rp. 75.000,00. Untuk ukuran saat
ini, uang sejumlah itu terbilang sedikit, namun berbeda pada era 1980-an. Bagi
keluarga miskin seperti keluarga Chairul Tanjung ketika itu, jumlah uang
tersebut relatif merepotkan. Beberapa hari setelah membayarkan uang masuk
kuliahnya, Chairul Tanjung mendengar penuturan ibunya, “<i>Chairul, uang kuliah pertamamu yang ibu berikan beberapa waktu lalu,
ibu dapatkan dari menggadaikan kain halus ibu. Belajarlah dengan serius, Nak.”.
</i>Pernyataan itu melecut Chairul Tanjung, sehingga prestasinya di bangku
kuliah bisa dikatakan mengagumkan (hlm. 28-35). Bahkan, saat kuliah, ia
termotivasi untuk mandiri membiayai kuliah dengan gigih berwirausaha. Berjualan
buku kuliah stensilan, kaos, dan sebagainya dilakoninya di kampus. Ia juga
membuka usaha fotocopi (hlm. 42-44).</span><br />
<br />
<span style="color: blue;">Ada kunci sukses dari Chairul
Tanjung yang layak kita teladani, yakni kerja keras, kerja cerdas, kerja
ikhlas, rasa syukur kepada Tuhan, dan kesabaran. Ikhlas dan sabar dalam
berproses adalah penting. Ia merasa prihatin terhadap sebagian masyarakat
Indonesia yang memiliki penyakit ingin segala sesuatunya serba instan. Itu yang
perlu diubah. Tak kalah menarik, Chairul Tanjung mengingatkan kita jangan
sampai tidak menghormati dan menyakiti ibu apabila ingin mendapatkan
kesuksesan. <i>“Ibu adalah “jimat”
kesuksesan saya dan Anda. Tidak pernah ada orang sukses yang tidak hormat
kepada orangtuanya, apalagi kepada ibunya,”</i> tutur Chairul Tanjung (hlm.
68-76).</span><br />
<br />
<span style="color: blue;">Kisah Sandiaga Uno tak kalah
berkesannya. Ia memperoleh kekayaan dari nol secara bertahap, bukan dari
warisan orangtuanya. Yang menarik, Sandiaga Uno termasuk salah satu orang yang
konsisten menjalankan shalat Dhuha, bahkan melakukan puasa Daud. <i>“Aku merasakan sekali hikmahnya, sudah 7-8
tahun ini rutin aku lakukan, rezeki itu seperti gak aku cari, semua datang
sendiri. Rezeki itu seperti diantar,”</i> ujarnya (hlm. 91-92). Sebagaimana
Chairul Tanjung, apa yang dicapai Sandiaga Uno terbangun dari kerja keras,
kerja cerdas, dan kerja ikhlas. Sandiaga Uno juga menekankan kerja tuntas. <i>Finish what you<span> </span>started</i>. Kalau kita memulai sesuatu, kita
harus akhiri. Kita harus konkretkan, kita harus selesaikan. Kerja-kerja yang
tidak tuntas sangat tak efektif dan tak bisa menghasilkan kinerja yang baik
(hlm. 112-115). Perlu kita garisbawahi, ada kesamaan antara Chairul Tanjung dan
Sandiaga Uno terkait prinsip suksesnya, yakni kerja ikhlas, kerja keras, dan
kerja cerdas.</span><br />
<br />
<span style="color: blue;">Tak ada mawar tanpa duri, kehadiran
buku tak terlepas dari kelebihan dan kekurangan. Di tengah kekurangan yang ada,
buku ini menarik untuk disimak. Selain dua sosok yang telah diterangkan di
atas, kita bisa mencermati kegigihan dan prinsip sukses dari Hary Tanoesoedibjo
yang melekat dengan julukan “raja bisnis multimedia”. Kita pun bisa membaca
kontribusi mereka bagi Indonesia. Buku ini tidak mengajak kita untuk sekadar
terkesima dengan kesuksesan bisnis dan kekayaan mereka. Lebih penting dari itu,
kita perlu menghayati kegigihan dan prinsip-prinsip sukses mereka agar kita bisa
mengaca diri. Begitu.<b><span lang="SV">(HENDRA
SUGIANTORO).</span></b></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-1566371785368828822013-06-28T00:47:00.004-07:002013-06-28T00:47:40.286-07:00Merindukan Pemimpin Peduli Rakyat<div class="yiv6256388106MsoNormal" id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5551" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span><b><span style="font-size: 18.0pt; line-height: 150%;"></span></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span><b><span lang="IN">Oleh: HENDRA SUGIANTORO</span></b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span><b><span lang="IN">Dimuat di Opini SUARA KARYA, Jum'at, 28 Juni 2013</span></b></span><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5559"><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5558" lang="SV"> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5559"><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5558" lang="SV">Betapa
seringnya kita mendengar soal krisis kepemimpinan. Tak cuma terkait dengan kaderisasi
kepemimpinan, tetapi juga karakter kepemimpinan. Pemimpin-pemimpin di negeri
ini acapkali diragukan integritasnya. Terkait karakter kepemimpinan, kita tentu
saja tak bisa melakukan generalisasi. Di tengah pemimpin-pemimpin yang dinilai
buruk, masih ada pemimpin-pemimpin yang terpuji. Di negeri ini masih terdapat
pemimpin-pemimpin yang bertanggungjawab membangun kehidupan masyarakatnya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5562"><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5561" lang="SV">Yang perlu
disadari, menjadi pemimpin itu sebenarnya merupakan tanggung jawab yang tak
ringan. Pemimpin harus mampu membawa masyarakatnya pada kehidupan yang baik,
adil, sejahtera, dan senantiasa dalam limpahan berkah Ilahi. Mungkin adakalanya
pemimpin itu lupa dengan tanggung jawabnya. Kekuasaan acapkali melenakan,
sehingga pemimpin lalai mengurusi masyarakatnya. Maka, sesungguhnya pemimpin
itu harus terus-menerus melakukan evaluasi diri. Sebagai manusia, kekurangan
memang bisa dimaklumi, namun pemimpin yang baik harus senantiasa memperbaiki
sikap dan perilaku kepemimpinannya. Pemimpin yang rendah hati pun harus
menerima teguran dan kritik masyarakat agar lebih bisa mengaca diri untuk
melakukan perbaikan.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5567"><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5566" lang="SV">Di sisi lain,
tak salah apabila kita juga dituntut memotivasi, memberikan inspirasi, dan
membangun spirit kepada pemimpin agar bekerja secara baik dan bertanggung
jawab. Yang namanya manusia itu mudah lupa, maka kita mengingatkan pemimpin
untuk memegang teguh janji setianya sebagai pemimpin untuk membangun
kemaslahatan kehidupan masyarakat. Pemimpin tak hanya pada lingkup negara, tetapi
juga pemimpin dalam lingkup daerah, seperti gubernur, bupati, walikota, bahkan
ketua RT. Begitu juga anggota DPR/DPRD adalah pemimpin yang bertanggung jawab
memperhatikan kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, penulis mencoba menceritakan
sebuah kisah dari khazanah literatur Islam. Ada pelajaran berharga di dalamnya
yang bisa dijadikan cermin oleh para pemimpin di negeri ini.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5570"><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5569" lang="SV">Dikisahkan,
ketika itu Khalifah Umar bin Khaththab berkeliling Madinah dan menjumpai
anak-anak menangis di malam hari karena perutnya kosong. Agar anak-anaknya
terdiam dan tertidur, sang ibu yang anak-anaknya menangis itu berpura-pura
membuatkan makanan, padahal tungku yang dipanasi hanya berisi air</span></span><span><span lang="IN">
dan batu</span></span><span><span lang="SV">. </span></span><span><span>Umar </span></span><span><span lang="SV">bin Khaththab</span></span><span><span lang="SV">pun bertanya
dan bercakap-cakap dengan sang ibu yang tak tahu kalau yang berbicara itu
adalah sang khalifah. Jawaban menyentuh sang ibu sungguh menghentak ketika </span></span><span><span>Umar </span></span><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5573"><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5572" lang="SV">bin Khaththab</span></span><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5576"><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5575" lang="SV">bertanya, <i>“Engkau tak memberi tahu Khalifah Umar?”</i>.
Pernyataan dari jawaban sang ibu yang juga menegur siapa pun pemimpin di negeri
ini. Apakah jawaban sang ibu yang anak-anaknya menangis karena kelaparan itu? <i id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5574">“Dialah yang seharusnya mengetahui keadaan
kami. Dia memiliki kuda dan juga ribuan pegawai dan tentara. Dia seharusnya tak
tidur nyenyak di rumahnya, sementara ada rakyatnya seperti kami yang kedinginan
dan kelaparan,”</i> jawab sang ibu. </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /><span><span lang="SV">Siapa pun
pemimpin memang seyogianya menyadari bahwa kekuasaan yang dipegangnya
mengandung kewajiban untuk menyejahterakan masyarakat. Seperti </span></span><span><span><span> </span>Umar </span></span><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5578"><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5577" lang="SV">bin Khaththab yang tersentuh dengan jawaban sang
ibu, pemimpin tak bisa begitu saja melihat penderitaan rakyatnya tanpa tindakan
nyata. Tanpa menunggu esok hari, </span></span><span><span>Umar </span></span><span><span lang="SV">bin Khaththab</span></span><span><span lang="SV">yang menyadari amanah
kepemimpinan langsung bertindak cepat mengambil bahan makanan. Ketika
pembantunya mencegah </span></span><span><span>Umar </span></span><span><span lang="SV">bin Khaththab</span></span><span><span lang="SV">membawa sendiri bahan
makanan itu di pundaknya, </span></span><span><span>Umar </span></span><span><span lang="SV">bin Khaththab</span></span><span><span lang="SV">berucap, <i>”Apakah kamu juga akan memanggul dosaku di
hari kiamat kelak!”</i>. Dialah </span></span><span><span>Umar </span></span><span><span lang="SV">bin Khaththab</span></span><span><span lang="SV">yang tetap membingkai
kepemimpinannya dengan nafas akhirat.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /><span><span lang="SV">Diakui atau
tidak, kehidupan sebagian masyarakat di negeri ini belum sepenuhnya terjamin
secara layak. Kemiskinan dan kelaparan masih dirasakan sebagian masyarakat.
Ketika menjumpai seorang ibu yang anak-anaknya kelaparan, </span></span><span><span><span> </span>Umar </span></span><span><span lang="SV">bin Khaththab</span></span><span><span>tak</span></span><span><span lang="SV"> mengabaikan kehidupan masyarakat yang dipimpinnya.
</span></span><span><span>Umar </span></span><span><span lang="SV">bin
Khaththab</span></span><span><span lang="SV">menyadari amanah kepemimpinannya dan ingin hidup
bersama masyarakat sehingga beliau berkeliling Madinah. Tak sekadar
mengandalkan laporan, </span></span><span><span>Umar </span></span><span><span lang="SV">bin Khaththab</span></span><span><span lang="SV">terjun sendiri
menyaksikan wajah masyarakatnya meskipun larut malam. Mungkin istilah yang
populer belakangan ini adalah <i>blusukan
kampung</i>.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /><span><span lang="SV">Sebagaimana </span></span><span><span>Umar </span></span><span><span lang="SV">bin Khaththab, pemimpin
seharusnya merasa takut kepada Allah SWT ketika mendengar kasus gizi buruk dan
busung lapar. Bertindak nyata bagi kehidupan masyarakat perlu ditunjukkan oleh
pemimpin yang tak membiarkan kasus kelaparan di negeri ini mencuat setiap
tahunnya. Pemimpin dengan kekuasaannya seharusnya bisa melindungi masyarakatnya
dari keterpurukan dan ketidakberdayaan. Tentu saja, sebagian masyarakat yang
hidupnya kurang layak di negeri ini membutuhkan kepedulian dan tindakan nyata
dari pemimpinnya. Pernah Aisyah berkata: <i>”Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda dalam rumahku,”Ya Allah, barangsiapa yang
menguasai sesuatu dari urusan pemerintahan umatku kemudian ia membuat
kesengsaraan pada mereka, maka berilah kesengsaraan kepada orang itu sendiri,
sedangkan barangsiapa yang menguasai sesuatu dari urusan pemerintahan umatku
kemudian ia menunjukkan kasih-sayang kepada mereka, baik ucapan ataupun
perbuatannya, maka kasih sayangilah orang itu."</i>(HR</span></span><span><span lang="IN">.</span></span><span><span lang="SV"> Muslim). Dari apa yang dituturkan Rasulullah SAW,
pemimpin memang hendaknya mengurusi masyarakatnya secara baik. Pemimpin harus
memberikan kasih sayangnya kepada masyarakat yang dipimpinnya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /><span><span lang="SV">Pungkasnya,
tanggung jawab pemimpin amatlah berat. Pemimpin adalah pemelihara kehidupan
masyarakatnya dan akan dimintai pertanggungjawaban terkait kehidupan masyarakatnya
secara vertikal moral di hadapan Allah SWT. Seorang pemimpin bukanlah dinilai
dari retorika yang diucapkan, tetapi tindakan nyata untuk menciptakan
kemaslahatan bagi kehidupan masyarakat. Selain memajukan kesejahteraan
masyarakat, pemimpin bertanggung jawab mencerdaskan masyarakatnya. Pemimpin
bertanggungjawab menciptakan tatanan kehidupan masyarakat yang senantiasa
diselimuti keberkahan Ilahi. <i>Wallahu
a’lam</i>.(</span></span><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5597"><b id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5596"><span id="yui_3_7_2_1_1372405416451_5595">HENDRA SUGIANTORO).</span></b></span></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-63686448968523070802013-06-20T16:57:00.001-07:002013-06-25T16:48:12.536-07:00Mari Menegakkan Keteladanan<div style="text-align: justify;">
<span style="color: magenta;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: magenta;"><b>Dimuat di Opini KORAN MERAPI PEMBARUAN, Rabu, 19 Juni 2013<span id="yui_3_7_2_1_1371772410446_2411" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-H0cPh3pkgEM/UcosL-0-CQI/AAAAAAAAB10/yT3tbKMktkA/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-H0cPh3pkgEM/UcosL-0-CQI/AAAAAAAAB10/yT3tbKMktkA/s1600/images.jpeg" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772410446_2411" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Siang
hari, seorang ayah memboncengkan anaknya yang berseragam Sekolah Dasar (SD). Di
perempatan jalan, lampu lalu lintas akan berwarna merah sekian detik lagi.
Dengan jarak yang masih jauh, ayah itu melajukan sepeda motornya sepenuh daya
agar terhindar dari lampu merah. Namun, sebelum kesampaian, lampu merah telah
menyala. Ayah itu selayaknya berhenti, menunggu nyala lampu hijau berikutnya.
Entah apa yang ada di balik pikiran, ayah itu tetap saja menerjang lampu merah.
<i id="yui_3_7_2_1_1371772410446_2419">Nanggung</i> mungkin.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371772410446_2416" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772410446_2416" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ilustrasi
di atas kerapkali kita jumpai. Bahkan, lampu belum benar-benar hijau pun,
setiap kendaraan terburu-buru ingin bergegas. Sekian detik lagi lampu akan
hijau, bunyi klakson telah berdesingan. Kita seolah-olah lupa kewajiban untuk
tertib di jalan raya. Mematuhi rambu-rambu lalu lintas adalah salah satu etika
sosial, karena menyangkut kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan lainnya.
Disadari atau tidak, apa yang dilakukan sang ayah dalam ilustrasi di atas
memberikan keteladanan kurang positif. Anaknya yang membonceng sedikit banyak
telah belajar sikap dan perilaku di jalan raya dari ayahnya. Konsep nilai-nilai
yang ditanamkan di bangku sekolah tak sejalan dengan contoh yang ditemuinya.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371772410446_2420" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772410446_2420" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kita
ambil kasus lain. Ada seorang guru terlambat mengajar. Dengan penuh kesabaran,
siswa-siswanya menanti. Masih lebih baik apabila guru tersebut memohon maaf
atas keterlambatannya. Namun, ketika tiba di kelas, guru cenderung tak ada
perasaan bersalah. Padahal, kalau ada siswa yang terlambat, urusannya kerapkali
lebih <i>ribet</i>, seperti harus izin ke
guru piket, ditanyai alasannya terlambat, dan semacamnya. Siswa dimintai
tanggung jawab, namun jarang diteladankan oleh guru-gurunya yang (pernah)
terlambat masuk kelas. Terlambat lima menit pun, guru selayaknya bertanggung
jawab di hadapan siswa-siswanya. Tak hanya menyampaikan alasan, tetapi perlu
meminta maaf. Pasalnya, ketika guru terlambat mengajar, ada hak siswa terkait
waktu belajar di sekolah yang terkurangi. Disiplin waktu perlu menjadi budaya
sekolah yang dicontohkan guru.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772410446_2422" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Siapa
pun tentu memahami betapa pentingnya keteladanan. Pendidikan bukan sekadar
teori, petuah, dan rumus-rumus. Dalam arti luas, ujar Fuad Hassan (2004),
pendidikan terjadi melalui tiga upaya utama, yakni pembiasaan, pembelajaran,
dan peneladanan. Malah, menurut penulis, peneladanan memegang posisi penting.
Pembiasaan dan pembelajaran membutuhkan peneladanan. Peneladanan sikap dan
perilaku positif perlu dilakukan kepada anak-anak kita.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371772410446_2424" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772410446_2424" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketika
orangtua ingin membiasakan anaknya menjaga kebersihan di rumah, misalnya, maka
berilah keteladanan terlebih dahulu. Amat naif apabila lebih suka menyuruh anak
menyapu dan mengepel lantai, tetapi orangtua tak pernah melakukan pekerjaan
tersebut. Orangtua juga perlu memberi contoh untuk selalu membuang sampah pada
tempatnya. Membiasakan anak mencuci piring setelah makan juga perlu
peneladanan. Begitu juga dengan urusan terkait kewajiban agama seperti shalat,
orangtua harus memberikan contoh. Menurut psikolog Lina Erliana (2011), anak
disebut sebagai peniru ulung. Entah itu sikap dan perilaku yang baik atau buruk
dari orangtua, anak bisa mencontohnya. Apa yang dicontohkan orangtua lebih kuat
pengaruhnya ketimbang apa yang diajarkan atau dikatakan. Satu contoh yang
berbicara tentu lebih baik daripada seribu patah kata!<i> </i>Disadari atau tak disadari, sikap dan perilaku anak lebih
terbentuk dari apa yang dicontohkan orangtuanya.</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Begitu
pula dengan guru di sekolah, siswa akan belajar dari apa yang dicontohkan guru.
Hal yang menarik dikemukakan adalah tentang himbauan kepada siswa untuk rajin
belajar. Setiap hari guru menghimbau siswa-siswanya untuk rajin belajar, tetapi
dirinya malah lupa melaksanakan himbauan itu. Guru meminta siswanya tekun
membaca, namun tak pernah terlihat menyambangi perpustakaan atau membaca buku
di ruang guru.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371772410446_2427" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772410446_2427" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Anak memang boleh jadi
tak mendapatkan keteladanan di rumah, tetapi dari lingkungan di luar rumah.
Keteladanan bisa didapatkan dari mana saja. Maka, tak perlu heran apabila anak
bisa bersikap dan berperilaku baik meskipun orangtua bersikap dan berperilaku
buruk. Mungkin kekuatan pengaruh keteladanan itu diperoleh dari guru, tokoh
masyarakat, tokoh idola, atau malah Nabi Muhammad SAW. Bukankah ada ayat
berbunyi, “<i>Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu…?”</i>(QS. Al-Ahzab (33): 21).</span><span id="yui_3_7_2_1_1371772410446_2428" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772410446_2428" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Terlepas
dari itu, siapa pun tentu perlu refleksi diri. Menarik merenungkan kata
Friedrich Froebel (1782-1852), “<i>Pendidikan
adalah semata-mata teladan dan cinta”</i>. Mari kita mengaca diri. Mari kita
menjadi teladan yang baik bagi anak-anak kita, bagi siswa-siswa kita. Siapa pun
yang bisa memberikan pengaruh teladan yang baik, pahala akan dicatat-Nya. <i id="yui_3_7_2_1_1371772410446_2430">Wallahu a’lam.</i><b>(</b></span><b><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">HENDRA
SUGIANTORO).</span></b></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-76201907664013399562013-06-20T16:55:00.003-07:002013-06-20T16:55:14.323-07:00Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-27082869314626881542013-06-20T16:55:00.001-07:002013-06-20T16:55:09.444-07:00Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-89130016557017361432013-06-20T16:52:00.001-07:002013-06-20T16:52:19.265-07:00Sosok Teladan Sosial<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Dimuat di Pustaka SKH KEDAULATAN RAKYAT, Minggu, 16 Juni 2013<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span><span style="color: blue;"><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-NVgLIVDFrBM/UcOVYkQY32I/AAAAAAAABz0/XSbqTvtlNpc/s1600/Cover+Buku--Utsman+bin+Affan,+Si+Super+Demarwan.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-NVgLIVDFrBM/UcOVYkQY32I/AAAAAAAABz0/XSbqTvtlNpc/s320/Cover+Buku--Utsman+bin+Affan,+Si+Super+Demarwan.jpg" width="221" /></a></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul </span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Buku</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">:</span></b><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;"><b> </b>Utsman bin Affan, Si Super
Dermawan </span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penulis:</span></b><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;"><b> </b>Nor Fadilah </span><b><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold;">P</span></b><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;"><b>enerbit: </b>DIVA Press</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-weight: bold;">, Yogyakarta</span><b><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;"> </span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;">Cetakan</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">:</span></b><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;"><b> </b>I,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>2013 </span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tebal</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">:</span></b><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;"> 178 halaman </span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ISBN:</span></b><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">
978-602-255-127-0</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<h2 style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></h2>
<h2 style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Kehidupan sehari-hari masih menampakkan ketimpangan
sosial. Ada sebagian kita yang begitu kaya dengan segala kemewahan. Ada yang pusing
tujuh keliling sekadar makan sehari-hari. Sesungguhnya masih banyak yang hidup
kekurangan. Di sisi lain, ada sekelompok orang yang terus bermegahan dengan
hartanya. Menyaksikan fakta itu, kepedulian sosial perlu senantiasa ditanamkan.
Motivasi, inspirasi, dan spirit sosial itu disajikan buku ini dengan meneladani
Utsman bin Affan.</span></span></h2>
<h2 style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Sebagai tokoh sejarah, namanya tak asing lagi. Salah
satu sahabat Nabi Muhammad Saw itu dikenal kaya raya dari hasil dagangnya. Namun,
bagi beliau, kekayaan bukanlah tujuan, tetapi modal menabur kebajikan dan
sarana mencapai kebahagiaan akhirat (hlm. 21-24). Dengan kekayaan harta, beliau
tak hidup mewah. Beliau berpakaian apa adanya, makan apa adanya pula. Padahal,
kalau mau, beliau bisa saja membeli ribuan unta dan sekian hektar tanah dengan
hartanya (hlm. 47). </span></span></h2>
<h2 style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Empati dan kepedulian sosial beliau justru luar
biasa. Beliau sadar ada hak orang lain dalam setiap harta yang dimilikinya. Utsman
adalah representasi orang kaya yang peduli sesama. Beliau tidak pernah sedikit
pun berpikir untuk menahan hartanya. Bagi beliau, harta adalah titipan Allah
Swt yang harus diberikan kepada mereka yang tidak mampu atau yang membutuhkannya
(hlm. 81-82).</span></span></h2>
<h2 style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Dalam hidupnya, Utsman sungguh sangat dermawan. Kisah-kisah
kedermawanan Utsman yang tersaji dalam buku ini tentu perlu kita teladani. Buku
ini motivasi berharga di tengah krisis kepedulian sosial di tengah masyarakat</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">.(Hendra Sugiantoro).</span></span></h2>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-58097405080723030582013-06-20T16:48:00.000-07:002013-07-03T16:38:24.066-07:00Menyibak Selimut Hitam Sejarah Bung Karno<span style="color: blue;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO<br />Dimuat di Perada KORAN JAKARTA, Rabu, 12 Juni 2013<span style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></b><br /><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></b></span><span style="color: blue;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-rBosgqdNb3Y/UdS1osAJUtI/AAAAAAAAB2E/b30ccBpJ19s/s295/cover+buku--Bung+Karno+Difitnah+%28Palapa,+Yogyakarta%29.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-rBosgqdNb3Y/UdS1osAJUtI/AAAAAAAAB2E/b30ccBpJ19s/s295/cover+buku--Bung+Karno+Difitnah+%28Palapa,+Yogyakarta%29.jpg" /></a></span></b><br /><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul
Buku:</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Bung Karno</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> Difitnah </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penulis<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">M. Achadi </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penerbit<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Palapa, Yogyakarta <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Terbit<span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:</b> Mei, 2013 </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tebal</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">:</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">320</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> halaman</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><br /><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><br /><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Bulan
Juni kerap disebut sebagai bulan Bung Karno. Sebagai </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sosok
besar yang pernah </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">lahir di</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
negeri ini</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">, sejarah Bung Karno tentu
perlu dipelajari dan dipetik nilai-nilainya bagi setiap generasi bangsa. Namun,
yang menjadi kegelisahan adalah adanya berbagai pihak yang justru mencemarkan
sejarah Bung Karno tanpa landasan sahih. Bung Karno </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">kerapkali
dihantam opini miring, bahkan menjurus fitnah.</span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-rBosgqdNb3Y/UdS1osAJUtI/AAAAAAAAB2E/b30ccBpJ19s/s295/cover+buku--Bung+Karno+Difitnah+(Palapa,+Yogyakarta).jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a></div>
<span style="color: blue;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><br /><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Disusun
oleh Menteri Koperasi dan Transmigrasi pada era Bung Karno, buku ini</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">menarik disimak dalam rangka menjernihkan sejarah Bung
Karno dari fitnah. Memang, upaya</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> desukarnoisasi </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">pernah</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> dilakukan era Orde
Baru.</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Tapi, beberapa pihak luar negeri juga melakukannya. Hal
ini berbahaya apabila generasi yang sebenarnya tidak paham sejarah Bung Karno justru
mempercayainya. Sebut saja fitnah bahwa Bung Karno terlibat dalam G30/S. Fitnah
itu setidaknya disebarkan </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tiga penulis dari luar
negeri</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> dengan</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> bukunya masing-masing
yang cenderung tak valid. </span></span><br />
<span style="color: blue;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><br /><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tiga penulis itu
adalah Antonie C.A. Dake </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">lewat</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
buku <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Sukarno File, Berkas-berkas Sukarno
1965-1967, Kronologi Suatu Keruntuhan</i>, Lambert Giebels </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">lewat</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> buku <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Pembantaian yang Ditutup-tutupi, Peristiwa
Fatal di Sekitar Kejatuhan Bung Karno</i>, dan Victor Miroslav Fic </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">lewat</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> buku <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kudeta 1 Oktober 1965, Sebuah Studi tentang
Konspirasi</i>. Membaca buku-buku </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">tersebut,</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
Bung Karno </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">memang </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">terkesan
dilecehkan.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> Tanpa kajian mendalam dan
terkesan mengada-ada, mereka melakukan pembunuhan karakter terhadap Bung Karno.</span></span><br />
<span style="color: blue;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><br /><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Melalui
buku ini, M. Achadi yang pernah dipenjara di zaman Orde Baru bukan</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
bermaksud mengkultuskan Bung Karno, namun hendak mendudukkan sejarah</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> beliau</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> secara jernih. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Usahanya menyusun buku ini layak diapresiasi.
Bertepatan dengan Bulan Bung Karno, kita perlu membaca kembali buku-buku
tentang Bung Karno agar tidak gagap menceritakan sejarah Bung Karno kepada anak
cucu kita. Jasmerah! (</span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">HENDRA
SUGIANTORO</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">).</span></b><br />
</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-62803196868274367602013-06-20T16:47:00.001-07:002013-06-20T17:06:11.356-07:00Inspirasi Sukses Guru Berprestasi<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO<br />Dimuat di Resensi Buku KORAN SINDO, Minggu, 2 Juni 2013</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-VHvDCcqLBWQ/UcOYnr7bPrI/AAAAAAAAB0E/LUAmRUXJnXI/s1600/cover+buku--Kisah+Dahsyat+Guru+Berprestasi+Selangit.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-VHvDCcqLBWQ/UcOYnr7bPrI/AAAAAAAAB0E/LUAmRUXJnXI/s320/cover+buku--Kisah+Dahsyat+Guru+Berprestasi+Selangit.jpg" width="220" /></a><br /><span style="color: red;"><b id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2275"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2274" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul
Buku:</span></b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
Kisah Dahsyat Guru Berprestasi Selangit</span><b id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2273"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2272" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Penulis:</span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2276" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Marjohan, M.Pd.</span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Penerbit:</span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2269" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> DIVA Press,
Yogyakarta</span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Cetakan:</span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2268" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> I, April 2013</span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tebal<span></span>:</span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2265" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
187 halaman</span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ISBN:</span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2264" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
978-602-255-117-1</span><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2261" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span><br /><span style="color: red;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2261" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span><br /><span style="color: red;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2261" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Guru
adalah kunci sukses pendidikan. Dalam setiap kebijakan pendidikan, guru adalah
ujung tombaknya. Keberadaan guru tak mungkin diabaikan terkait maju mundurnya
kualitas pendidikan. Sesungguhnya negeri ini menantikan lahirnya guru
berkualitas dan berprestasi dalam profesinya.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2259" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2259" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2259" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Lewat buku ini,
inspirasi itu bisa didapatkan dari pengalaman langsung guru berprestasi
nasional tingkat SMA versi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada
tahun 2012. Marjohan, kini guru SMAN 3 Batusangkar Kabupaten Tanah Datar,
Sumatera Barat, menyuntik semangat dan tekad bagi calon guru/guru untuk tak menjadi
guru biasa-biasa saja. Atas permintaan berbagai pihak, buku ini dituliskan guna
dipetik pelajaran dan motivasi.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2277" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2277" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Marjohan,
sejak kuliah di Universitas Negeri Padang (dulu IKIP Padang), berusaha
mengembangkan diri dan karakter. Ia bekerja <i>part
time</i> dengan menjadi pemandu wisata dan memberi les privat bagi anak-anak
(hlm. 32). Selain itu, ia rajin membaca dan melatih keterampilan menulis. Perlahan,
ia memberi target kepada diri sendiri agar membaca minimal 100 halaman setiap
hari. Bila liburan, targetnya menamatkan 4-5 judul buku. Dengan banyak membaca,
mengayakan wawasan dan informasi.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2279" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2279" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketika menjadi guru, ia
berprinsip menjadi guru plus. Tak menjadi guru yang aktivitasnya hanya monoton.
<span> </span>Prinsip belajar sepanjang hayat
diresapi. Meskipun bidang studi mengajarnya bahasa Inggris, ia juga belajar
secara otodidak guna menguasai bahasa Prancis, Arab, dan Spanyol. Bidang sosial
dan kemanusiaan digelutinya. Ia ingin menjadi guru yang memiliki kepintaran
berganda, yang menguasai bidang studi, seni berkomunikasi, bahasa asing, serta terampil
dalam menulis. Tentu tak lupa menguasai kompetensi pedagogik, profesional,
kepribadian, dan sosial. Di tengah kesibukan mengajar, ia tak alpa membaca buku
tentang pedagogik, psikologi, filsafat, biografi, dan kisah-kisah pencerahan.
Ia pun produktif menulis di media massa dan menulis buku (hlm. 37-42).</span><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2281" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2281" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kebiasaan
membaca dan menulis tentu bermanfaat bagi guru. Diakui atau tidak, guru di
negeri ini masih lemah terkait hal tersebut. Hal ini terbukti salah satunya
dari mandeknya kenaikan golongan guru yang mensyaratkan karya tulis ilmiah yang
berupa artikel ilmiah populer, makalah, buku, diktat, modul maupun karya
penelitian. Membuat karya tulis kerapkali menjadi sandungan. Karena tak mampu
dan kurang mau menulis, guru mentok di golongan IV/a. Terlalu sedikit guru yang
menembus golongan IV/b, apalagi golongan IV/d. Selain itu, dengan tekun membaca
dan menulis, guru akan mampu memperkaya dan mengembangkan keilmuannya.</span>
<span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2283" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2283" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk dapat menjadi
guru berprestasi, pembelajaran kepada siswa tak bisa dialpakan. Bagi Marjohan,
menjadi guru dengan hati adalah prinsip. Rasa simpati secara tulus kepada siswa
perlu diberikan. Menurutnya, pendekatan humanisme penting bagi guru. Dalam
kegiatan belajar-mengajar, aktivitas <i>fun
learning</i> perlu diciptakan, yaitu suasana belajar yang membuat siswa selalu
bersemangat dalam melakukan eksplorasi intelektual (hlm. 48). Di matanya, tak
ada siswa yang nakal, bandel, atau suka mengganggu. Yang ada hanyalah siswa
yang mengalami <i>skin hunger</i> atau yang
rindu akan belaian kasih sayang, Bila guru melihat seorang siswa dianggap
mengganggu, maka jangan dimarahi, dicerca, dihardik, apalagi diusir. Guru harus
bersahabat dengan siswa, mencintai siswa secara utuh, dan menerima karakter
mereka apa adanya (hlm. 50).</span><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2286" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2286" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Baginya,
kesuksesan<span> </span>perlu<span> </span>diperoleh melalui proses panjang yang
diperkuat dengan motivasi diri secara total, bukan setengah-setengah. Aktifkan
motivasi dalam diri. Banyak orang lebih mudah dimotivasi orang lain ketimbang
memotivasi dirinya sendiri. Terlalu tergantung pada lingkungan untuk memotivasi
tentu hal yang tidak baik. Sebab, bila tak ada orang yang memberikan motivasi,
maka kita akan stagnan dan tak berdaya. Apalagi, banyak orang yang kita jumpai
malah mematikan karakter dan semangat (hlm. 147-149).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ia juga menekankan
kepemilikan karakter untuk berprestasi yang hebat. Karakter tersebut antara
lain bertekad baja, memiliki visi dalam berkarya, tekun dan tabah, selalu
berpikir positif, bersemangat dan antusias, memiliki kemampuan relasi
antarmanusia, bersikap kreatif, bersikap jujur, pandai berkomunikasi, dan
selalu bersikap konsisten. Dalam pesannya, ia mengajak segenap warga sekolah untuk
menghargai waktu. Saat semangat kerja keras dan menghargai waktu mulai langka
di sekolah, marilah kita menjadi pionir dengan harapan mampu meningkatkan
kualitas diri dan bangsa ini (hlm. 156-169).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Buku ini perlu dibaca
sebagai inspirasi calon guru/guru untuk tak sekadar puas menjadi guru
biasa-biasa saja. Jadilah guru berprestasi dan tak letih belajar mengembangkan
diri. Begitu.</span><b>
(<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">HENDRA SUGIANTORO</span>)</b>.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-87664959021251494402013-06-20T16:46:00.000-07:002013-06-20T17:12:11.425-07:00Menegakkan Islam yang Ramah, Bukan yang Marah<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO<br />Dimuat di Pustaka HARIAN BHIRAWA, Jum'at, 24 Mei 2013<span><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2937" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></b><br /><b id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2938"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2937" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></b></span><span style="color: blue;"><b id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2938"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2937" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3018" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-E7XXU39qcXw/UcOZ7aa39FI/AAAAAAAAB0U/CVSzpf5z_Dc/s1600/cover+novel--Pedang+Rasul.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-E7XXU39qcXw/UcOZ7aa39FI/AAAAAAAAB0U/CVSzpf5z_Dc/s320/cover+novel--Pedang+Rasul.jpg" width="224" /></a></span></span></span></b><br /><b id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2938"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2937" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul
Buku<span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2936"></span>:</span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_2940" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
Pedang Rasul</span><b id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3040"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3039" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Penulis<span></span>:</span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3015" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Jusuf A.N.</span><b id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3038"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3037" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Penerbit<span></span>:</span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3018" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> DIVA Press,
Yogyakarta</span><b id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3036"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3035" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Cetakan<span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3034"></span>:</span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3033" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> I, April 2013</span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tebal:</span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3032" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
352 halaman</span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ISBN:</span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3031" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
978-602-255-116-4</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3026" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><br /><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3026" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><br /><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3026" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Beberapa
pekan terakhir ini, kita kembali dihenyakkan dengan liputan berita tentang
terorisme. Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menggebrek tempat
persembunyian terduga teroris di berbagai lokasi di daerah-daerah. Karena
hampir setiap tahun mendengar dan menyaksikan berita itu, kita mungkin tidak
lagi dibuat terkejut. Yang mengejutkan justru pola pikir dan sikap pelaku
teroris.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3028" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><br /><br /><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3028" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketika seseorang
memutuskan diri terlibat dalam jaringan dan aksi terorisme, ada landasan
berpikir yang mendasari. Pelaku teroris berpikir, bersikap, dan bertindak tidak
berangkat dari ruang hampa. Ada pemahaman internal, pengaruh lingkungan,
pergulatan pemikiran, dan sebagainya sebelum seseorang membulatkan diri sebagai
teroris. Lewat novel <i>Pedang Rasul</i>
ini, kita diajak untuk menyelami titik mula seseorang bisa teracuni bibit
terorisme.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3041" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3041" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Diceritakan
novel ini, seseorang dengan nama Umar terlibat dalam gerakan yang melancarkan
aksi pengeboman di mana-mana. Motifnya, ideologi kelompok yang telanjur merasuk
sampai ruang bawah kesadarannya, bahwa negeri ini layak diperangi karena tidak
menjadikan agamanya sebagai dasar negara. Di benaknya, doktrin-doktrin dengan
pencuplikan dalil-dalil dari ayat-ayat kitab suci yang ditanamkan oleh kelompok
garis keras itu begitu mempesona. Seolah-olah tak ada nalar kritis, Umar
menerima saja. Dengan terlibat dalam aksi-aksi kelompok itu, Umar menyimpan
kebanggaan telah melaksanakan amanat yang disampaikan Rasulullah Saw. lewat
mimpinya.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3044" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3044" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mimpi
diberi pedang <i>Al-Ma’thur</i> tentu tak
bisa ditafsirkan asal-asalan. Hanya saja, Umar lebih mempercayai tafsiran
Wahidin ketimbang Syam, mertuanya. Wahidin memahamkan Umar bahwa mimpi itu
adalah anjuran mengangkat pedang, terjun berperang, jihad di medan laga.
Wahidin dikenal Umar sebenarnya belumlah lama, namun interaksi yang massif
mampu memberikan pengaruh besar. Umar kenal Wahidin ketika dirinya meninggalkan
Jakarta dan tinggal di salah satu masjid di Semarang. Bahkan, Umar yang lulusan
STM bisa fasih salat belum ada setahun dan belum lancar membaca Al-Qur’an
ketika terjun dalam jamaah Laskar Pedang (hlm. 120-130).</span><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3046" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3046" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebelumnya,
Umar adalah pemuda yang jauh dari agama. Di Semarang, Umar bertemu dengan Syam,
lalu mendapatkan pekerjaan di bengkel milik Syam. Umar juga diberi tumpangan
sementara untuk tinggal di rumah Syam. Di rumah itu, ada perpustakaan khusus
milik Syam yang terletak di lantai dua. Kebiasaan Syam yang tekun membaca
perlahan diikuti Umar. Selain profesional bekerja sebagai montir, Umar tak alpa
menambah ilmu, wawasan, dan pengetahuan lewat buku-buku yang dibacanya. Umar
pun berubah menjadi pemuda yang cerdas, salih, dan berkarakter baik. Ketika
telah mampu memiliki kontrakan sendiri, Umar masih menyempatkan diri berkunjung
ke perpustakaan Syam untuk meminjam buku. Dalam perjumpaan di rumah dan di
bengkel, putri Syam bernama Ida menaruh hati kepada Umar. Keinginan bersambut,
Umar dan Ida akhirnya menikah.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3047" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371772752099_3047" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sungguh
betapa malangnya Ida. Umar yang terobsesi dengan mimpinya tentang pedang
meninggalkan Ida untuk alasan akan berjihad. Sehari menikah, Umar menuju
Jakarta dan mengikuti pendidikan dan pelatihan ala Laskar Pedang. Keputusan
Umar itu membuat Ida meratap pilu. Kebersamaan dalam rumah tangga yang
didambakan Ida punah seketika. Tanpa suami di sisi dan tanpa nafkah suami
selama berbulan-bulan. Di Jakarta, Umar ternyata tidak berjihad, tetapi
merayapi lokasi-lokasi yang dianggap berbuat dosa. Umar baru menemui istrinya
ketika keluar dari penjara akibat menganiaya seorang polisi.</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pengaruh
Wahidin dengan ideologi jihad mengangkat senjata tidaklah hilang. Syam yang
memahamkan Umar bahwa mimpinya bermakna untuk mencabut pedang demi membunuh
nafsu dalam diri tak digubris. Pedang bukan bermakna menumpahkan darah, bukan
memaksakan kebenaran kepada pihak yang berbeda. Sehari bersua istri, Umar malah
minggat dari rumah lagi dan terlibat dalam pengeboman di berbagai tempat.
Jamaah yang dimasuki Umar bukan Laskar Pedang lagi, tetapi jamaah lebih
bergaris keras yang bercita-cita mendirikan negara Islam.</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kelakuan
Umar malah menganiaya jiwa istrinya yang melakoni hidup tanpa tanggung jawab
suami. Ketika Ida hamil pun, tak ada suami di sisinya. Penulis novel ini
berhasil mengisahkan sisi psikologis perempuan ketika suaminya aktif dalam
gerakan terorisme. Umar yang berbangga dengan aksi terorismenya seakan-akan
membutakan mata terkait kondisi keluarganya. Tak hanya sang istri, tetapi juga
adik kandungnya yang terjerumus perilaku liar anak-anak muda. Umar lupa
tanggung jawabnya untuk melindungi dan mendidik keluarga sendiri. Pembaca bisa
memetik nilai-nilai dalam novel ini untuk menegakkan Islam yang ramah, bukan
Islam yang marah. Islam yang marah justru tak menghasilkan kebaikan, namun
menambah daftar panjang kejahatan. Kejahatan terhadap keluarga, salah satunya.<b><span>(</span></b></span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">HENDRA
SUGIANTORO</span>).</b><br /> </span></div>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-48842040128089001852013-06-19T16:44:00.001-07:002013-06-19T16:52:22.509-07:00Perempuan yang Teguh dalam Cita-cita<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><b>Dimuat di Perada KORAN JAKARTA, Senin, 13 Mei 2013<span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2280" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2281"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2280" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></b><b id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2301"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2300" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-aIe1_qRMrDY/UcJECgaeLBI/AAAAAAAABx8/7h3gEKUD7rI/s1600/cover+buku--Pesona+Izmir.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-aIe1_qRMrDY/UcJECgaeLBI/AAAAAAAABx8/7h3gEKUD7rI/s320/cover+buku--Pesona+Izmir.jpg" width="221" /></a></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: magenta;"><b id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2281"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2280" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul
Buku<span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2290"></span>:</span></b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
Pesona Izmir</span><b id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2287"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2286" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Penulis:</span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2283" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Putri Indri
Astuti</span><b id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2348"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2347" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Penerbit:</span></b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> DIVA Press</span><b id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2350"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2349" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Cetakan:</span></b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> I, Maret 2013</span><b id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2353"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2352" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Teba<span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2351"></span>l:</span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2259" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
415 halaman</span><b id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2356"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2355" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ISBN:</span></b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
978-602-7663-98-5</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2310" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2310" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2310" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: magenta;"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2310" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jejak
perempuan terkadang menghadirkan wajah getir. Sosok perempuan acapkali
terhambat dalam aktualisasi diri akibat pandangan keliru lingkungannya. Lebih
memilukan lagi, lingkungan yang menghambat itu justru lingkungan keluarga.
Itulah yang dialami Pia Cristallayne dalam novel ini.<span> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: magenta;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pia
bercita-cita menuntut ilmu setinggi-tingginya dan menjadi peneliti. Namun,
ayahnya selalu membuat mentalnya <i>down</i>.
Cita-cita Pia kerapkali dicibir<i>. </i>Selain
peneliti, Pia juga ingin menjadi penulis, pencipta lagu, dan petani. Menurut
ayahnya, Pia sebagai anak perempuan di dapur saja, belajar memasak, cuci-cuci,
mengurus rumah, belajar sebelum berumah tangga sendiri nantinya. Itulah
kodratnya wanita, kata ayah Pia. Yang menyesakkan, ayahnya selalu membanding-bandingkan
Pia dengan anak-anak seusianya yang bekerja mapan dengan penghasilan materi
mencukupi (hlm. 81-98).</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2309" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2309" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2309" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: magenta;"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2309" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada
dasarnya, setiap anak memiliki potensi unik dan aspirasi cita-cita. Tak ada hak
orangtua membanding-bandingkan anaknya dengan anak-anak orang lain<span></span>. Pekerjaan sebagai peneliti memang tak
langsung terlihat hasilnya secara kasat mata. Ayahnya benar-benar tak menghargai
sepak-terjang Pia yang ingin mengembangkan diri. Perlakuan ayahnya membuat Pia
tak sekadar pusing, tetapi juga depresi. Untungnya, Pia tak berlarut-larut
menderitakan diri dalam tekanan emosional. Ia bersikukuh dengan impiannya.
Bangku perguruan tinggi S1 pun berhasil ditempuh Pia dengan mengambil jurusan
teknologi pangan. Maksud Pia ingin menjadi petani lebih pada pengembangan
teknologi di bidang pertanian yang juga berkorelasi dengan keinginannya sebagai
peneliti.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2292" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2292" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2292" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: magenta;"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2292" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Novel
ini tak menceritakan kisah Pia bak “malaikat” yang selalu tegar dan tanpa
cacat. Sisi manusiawi Pia juga ditonjolkan. Yang mengesankan, ketabahan dan
konsistensi Pia dengan segala cita-citanya. Ia tetap bertahan dengan keinginan
hati dan prinsip hidupnya. Pergaulannya tak terbatas di Indonesia. Teman-teman
Pia di negeri manca relatif banyak yang dikenalnya lewat dunia maya, salah satunya
adalah Osman Yazici asal Turki. Fitrah cinta lawan jenis pun muncul. Perlahan,
Pia menaruh hati dengan Osman, bahkan berharap bisa menjadi pendamping
hidupnya.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2306" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2306" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2306" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Awalnya,
hubungan cinta mereka berjalan mulus. Keluarga Osman pun telah memberi restu
dan menganggap Pia sebagai bagian keluarga. Namun, kenyataan pahit harus dihadapi
Pia ketika Osman justru menduakan dirinya dengan Beyza. Bahkan, Osman berencana
melangsungkan pernikahan. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: magenta;"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2306" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Perjalanan cinta Pia yang menyayat hati ini
membuatnya tak berpikir jernih. Di Laut Bosporus,Turki, Pia berniat bunuh diri.
Ia menekan nadi tangan kirinya dengan sebuah gunting. Takdir belum menghendaki
Pia tamat hidup. Ia berhasil diselamatkan meskipun harus kehilangan banyak
darah.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2304" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2304" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2304" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2304" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2304" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2304" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Meskipun
duka akibat cinta, Pia tak mengalpakan impiannya untuk kuliah
setinggi-tingginya. Pia menyadari kesalahannya yang memutuskan bunuh diri. Ia
melanjutkan kuliah di Jerman yang dilaksanakan di Fulda University of Applied
Sciences dan sebagian besar di Kassel University (hlm. 136). </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: magenta;"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2304" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk menopang
finansialnya, ia bekerja <i id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2305">part time</i>
dan tentu saja fokus belajar demi menjadi mahasiswa berprestasi. Pia yang cerdas
tak sulit melakukannya. Di tengah kuliahnya, Pia mampu menjaga dirinya tak
terlibat pergaulan bebas yang umumnya melanda teman-teman kuliahnya. Prinsip
hidupnya dipegang teguh sampai berhasil lulus dengan memuaskan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: magenta;"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2295" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2295" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2295" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Lewat perjalanan Pia
dalam novel ini, selain kondisi di Jerman, kita akan banyak disuguhi keindahan
pesona Turki. Kota-kota seperti Istanbul, Antalya, dan Izmir dapat kita jejaki
peninggalan sejarah dan warisan budayanya. Bagi Pia, Turki seolah-olah negara
keduanya setelah Indonesia. Meskipun putus dengan Osman, hubungan Pia dengan
keluarga Osman di Turki tetap berlangsung baik. Bahkan, Pia akhirnya menikah
dengan Onur Yildiz yang membawanya bertempat tinggal di kota Izmir. Pia pun juga
berhasil melanjutkan S3 di Jerman. Ambisi Pia studi lanjut dan belajar serius
akhirnya menemui kegamangan ketika menyadari keberadaan suaminya di Turki.
Sebagai seorang istri, Pia luluh pada prinsip sebagai pendamping di sisi sang
suami. Dalam proyek penelitiannya berjangka waktu tiga tahun, Pia mengundurkan
diri (hlm. 325-338). Ia kembali ke Turki dan hidup bersatu dengan Onur di
Izmir.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: magenta;">
</span><div class="yiv3059892851MsoNormal" id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2298" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: magenta;"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2296" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ambisi dan prestasi Pia
dalam studi terbilang menakjubkan. Jalinan cinta Pia yang terkesan rumit dan
unik menambah kesegaran novel ini. Terlebih lagi, kita dapat menelusuri
sudut-sudut Turki dengan pesona keindahannya. Di Izmir, selain keindahan
pantai, banyak peninggalan Yunani Kuno, sebab Izmir dahulunya bagian dari
Yunani yang direbut kerajaan Turki. Di Izmir ada juga <i>House of <span> </span>Virgin Mary</i> yang
konon tempat Maria/Siti Maryam (Ibunda Isa/Yesus) menutup usia.</span><b id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2301"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2300" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(HENDRA
SUGIANTORO).</span></b></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-86862523124897014412013-06-19T16:43:00.002-07:002013-06-19T16:43:53.575-07:00Yogyakarta, Kota Membaca?<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #b4a7d6;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #b4a7d6;"><b>Dimuat di Opini KORAN MERAPI PEMBARUAN, Rabu, 8 Mei 2013<span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_64963" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_64963" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menyusuri
kota Yogyakarta, kita akan dibuat terkesima dengan spanduk-spanduk perhelatan
pameran atau pasar buku. Hampir setiap bulan senantiasa terselenggara. Biasanya
bertempat di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama, <i>Jogja Expo Center (JEC)</i>, bahkan belakangan ini bertempat di Gedung
Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta (GOR UNY). Tema pameran buku beragam.
Intinya, ingin menggiatkan perbukuan di kota pendidikan ini.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_65083" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_65083" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Yogyakarta
dengan buku tentu tidak mengagetkan lagi. Di kota ini, penerbit-penerbit buku
bertebaran. Sepakat dengan pernyataan Herry Zudianto (2011), ketika kita
berbicara tentang Yogyakarta sebagai kota pelajar atau kota pendidikan, maka
tentunya tidak dapat dilepaskan dengan ilmu pengetahuan, ide, inovasi,
kreatifitas, wawasan lokal maupun wawasan global. Dalam kaitannya dengan itu
semua, lanjut mantan Walikota Yogyakarta itu, maka buku merupakan media yang
menjadi jembatan yang mampu mengantarkan kita menjadi apa yang sering dikatakan
orang sebagai cendekiawan atau kaum terdidik atau kaum yang berwawasan luas.
Masyarakat Yogyakarta dengan heterogenitasnya, lanjut Kang Herry, diharapkan
mempunyai budaya membaca yang tinggi, sehingga mempunyai ilmu pengetahuan yang
luas.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_65085" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dari
pernyataan Kang Herry itu, sebenarnya ada sebuah tantangan untuk menjadikan
kota Yogyakarta sebagai Kota Membaca, bukan sekadar Kota Buku. Pekerjaan
menyelesaikan tantangan itu, menurut penulis, belumlah selesai. Kita masih
perlu menanamkan minat membaca bagi setiap warga Yogyakarta. Tentu tidak semua
masyarakat Yogyakarta bisa ke Perpustakaan Daerah (Perpusda) DIY atau
Perpustakaan Kota (Perpuskot) untuk meminjam atau membaca buku. Maka, keberadaan
taman bacaan masyarakat (TBM) di setiap kampung perlu digiatkan. Membaca tidak
hanya buku, tetapi bisa surat kabar.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketersediaan
bahan bacaan akan berbanding lurus dengan budaya membaca masyarakat dicontohkan
Jepang. B</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">esarnya minat
membaca masyarakat Jepang </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">salah satunya </span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_65087" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ditopang oleh bahan bacaan yang melimpah. Toeti Adhitama
(2008) memaparkan bahwa ribuan buku asing, terutama dari Amerika dan Eropa,
diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Seperti orang kehausan, mereka tak
henti-hentinya menimba ilmu dan pengetahuan lewat bacaan. Di Jepang</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">,</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_65089" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> setiap harinya beredar puluhan juta eksemplar surat
kabar, setiap bulannya beredar ratusan juta eksemplar majalah dan jenis
terbitan serupa, dan setiap tahunnya dicetak lebih dari 1 miliar buku. Lebih
dari 50% tenaga kerja menangani industri ilmu pengetahuan.</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jadi, penumbuhan minat
membaca perlu bergerak beriringan dengan penyediaan bahan-bahan bacaan. M</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">asyarakat </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Yogyakarta</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> perlu terus-menerus ditanamkan kesadaran pentingnya
membaca. </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">G</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">erakan
cinta membaca layaklah </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">digalakkan</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">.</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tidak kalah penting, </span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">membangun budaya membaca di lingkungan keluarga dan
sekolah t</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">id</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ak
mungkin dialpakan. </span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_65090" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kita pun mengingatkan Forum Komunikasi
Pengurus OSIS (FKPO) dan Forum Antar-Kerohanian Islam (Farohis) untuk
memasifkan Gerakan 10 Menit Membaca sebelum beraktivitas yang tahun 2012 lalu
diluncurkan.</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kita tentu mendambakan
setiap warga Yogyakarta suka membaca di mana pun. Pemerintah kota Yogyakarta
tentu tidak boleh pasif, minimal membudayakan membaca bagi pejabat birokrasi.
Saran penulis, iklan-iklan pentingnya membaca perlu dipasang di berbagai
tempat. Itu lebih bermanfaat ketimbang iklan-iklan yang mengundang konsumerisme
masyarakat. Yogyakarta perlu menjadi kota yang berbeda dengan kota-kota besar
lainnya, minimal memiliki ciri khas budaya membaca di ruang-ruang publik.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sesungguhnya
membaca berdampak besar bagi kehidupan. Dengan membaca, ilmu, pengetahuan, dan
wawasan bertambah. Membaca bisa meluaskan pemikiran, cara pandang, dan persepsi
seseorang dalam memandang kehidupan agar tidak sempit. Membaca juga bisa
meningkatkan kualitas kinerja di tempat kerja. Masih banyak manfaat membaca
lainnya, tentu saja dengan membaca bahan-bahan bacaan yang positif dan bergizi.
Menarik untuk direnungkan pernyataan Fuad Hassan (2004) berikut ini, “</span><i><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tak
ada pilihan lain untuk hidup dalam masyarakat modern, kecuali bisa dan suka
membaca. Kalau modernisasi ditandai pertama-tama oleh ikhtiar untuk mengatasi
ignoransi, maka ignoransi teratasi pertama-tama oleh kemampuan dan kemauan
membaca.</span></i><i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">”</span></i><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_65093" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_65093" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menjadikan
Yogyakarta sebagai Kota Membaca harus terus-menerus diupayakan. Membaca tidak
hanya aktivitas bagi pelajar, mahasiswa, dan kaum akademisi. Membaca juga perlu
menjadi kebutuhan ibu rumah tangga, petani, pedagang, tukang becak, buruh
pabrik, dan profesi lainnya. Yogyakarta, Kota Membaca, bisa! <i>Wallahu a’lam.</i><b><u><span>(</span></u></b></span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">H</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_65104" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ENDRA SUGIANTORO).</span></b></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-30739106618723821852013-06-19T16:40:00.002-07:002013-06-19T16:57:37.520-07:00Cerita Cinta Sepasang Anak Geng<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;">Oleh: HENDRA SUGIANTORO</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;">Dimuat di Resensi Buku SUARA MERDEKA, Minggu, 21 April 2013<span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2980" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2981"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2980" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></b><a href="http://4.bp.blogspot.com/-4qLxcglUQBk/UcJFSiDK3xI/AAAAAAAAByI/FnI4m6Z2HCo/s1600/cover+buku-Kutunggu+Jandamu+di+Jakarta.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-4qLxcglUQBk/UcJFSiDK3xI/AAAAAAAAByI/FnI4m6Z2HCo/s320/cover+buku-Kutunggu+Jandamu+di+Jakarta.jpg" width="225" /></a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2981"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2980" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul
Buku<span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2982"></span>:</span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2979" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2977" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kutunggu Jandamu di Jakarta</span><b><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Penulis:</span></b><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2976" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Budi Anggoro</span><b><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Penerbit:</span></b><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2974" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Laksana, Yogyakarta</span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Cetakan</span></b><b><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">:</span></b><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
I, </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Januari </span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">20</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">13</span><b><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tebal:</span></b><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">293</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> halaman</span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ISBN<span></span>:</span></b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> 978-602-7665-73-6</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2987" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2987" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2987" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2987" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Keberadaan geng di tengah masyarakat
kerapkali dicitrakan negatif. Padahal, mereka tak selalu buruk. Sebagaimana
hasrat untuk hidup berkelompok, anak-anak muda yang membentuk geng didasari
kesamaan, entah latar belakang keluarga, usia, hobi, tujuan hidup, atau
lainnya. Sebagaimana dalam novel ini, kita diajak untuk menelusuri kehidupan
anak-anak geng dengan sekelumit lika-likunya. Nama geng itu adalah X-Dancers di
Wonosobo, salah satu kota di Jawa Tengah.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2988" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2988" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2988" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2988" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ada sepuluh anak dalam geng itu,
yakni Sari, Mega, Amalia, Darmaji, Arif, Abdul, Warik, Farid, dan Satrio. Latar
belakang keluarga maupun kehidupan mereka rata-rata berasal dari keluarga yang
terpinggirkan secara status sosial. Yang berbeda hanya Farid dan Satrio, yang
sebenarnya keluarganya cukup kaya. Rata-rata mereka bisa dikatakan berasal dari
keluarga yang <i>broken home</i>. Mereka
menyatu dalam geng X-Dancers karena kesukaannya pada musik <i>reggae</i> (hlm. 23-33).</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2990" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2990" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebagai
sebuah geng, mereka terbilang kreatif dan inovatif dalam menciptakan
tarian-tarian setiap konser musik di alun-alun kota Wonosobo. Persahabatan mereka
terjalin tanpa pamrih. Suka-duka dibagi bersama. Di antara mereka tumbuh sikap
saling pengertian. Lewat novel ini, kita bisa melihat kehidupan mereka untuk
tak menghakimi secara hitam putih. Kebanyakan kita kerapkali menaruh pandangan
sinis terhadap anak-anak geng. Padahal, kita bisa belajar memaknai hidup dari
mereka. Sebut saja makna kebahagiaan menurut geng X-Dancers. Bagi mereka,
kebahagiaan itu tak ada kaitannya dengan sedikit banyaknya harta benda,
kedudukan atau jabatan. Yang penting adalah cara menyikapi dan menikmati hidup.
Mereka malah berusaha mengendalikan harta benda maupun kebutuhan apapun sesuai
dengan kemampuan diri mereka. Yang mereka inginkan adalah kebahagiaan hati
semata.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2992" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2992" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Persepsi buruk terhadap anak-anak
geng menghinggap pula di benak Pak Iwan. Bapaknya Sari itu menganggap masa
depan teman-temannya Sari tak jelas. Konflik pun muncul ketika Pak Iwan memaksa
Sari menjadi buruh migran atau menikah dengan laki-laki kaya. Sebagai anak
sulung, Sari ditekan bapaknya agar mampu meringankan beban ekonomi keluarga.
Apalagi bapaknya usai di-PHK sebagai buruh pabrik. Dengan menikahi suami yang
kaya, ekonomi keluarga akan turut tertolong. Sari bingung setengah mati, sebab
tak ada rasa cinta sedikit pun dengan laki-laki pilihan bapaknya. Cintanya
hanya tertambat pada Satrio. Satrio sendiri juga mencintai Sari.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2994" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2994" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Permasalahan Sari menjadi perhatian
seluruh anggota gengnya. Namun, Pak Iwan memang kalap. Tanpa persetujuan Sari,
ia menerima lamaran Haydar. Perasaan Sari bergoncang. Betapa besar cinta Sari
untuk Satrio. “Tapi, aku sangat mencintainya, Pak. Walau hidup Mas Satrio masih
susah, tapi aku ikhlas. Aku rela kalau pun nantinya aku dan Mas Satrio harus
hidup kekurangan,” ucap Sari di hadapan bapaknya. Pikiran Pak Iwan yang
memberhalakan materi merespons kurang bijak, “Ah itu kan teori saja! Teori
orang-orang yang lagi dimabuk cinta saja.”(hlm. 215).</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2996" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2998" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Satrio
yang mengetahui kabar pernikahan yang dipaksakan antara Sari dan Haydar dibuat
kusut. Setelah pernikahan Sari itu, Satrio memutuskan pergi ke Jakarta, sebab
kota Wonosobo membuat dirinya tak mungkin tenang. Lewat ponsel, Satrio berucap kepada
Sari, <i>“…maka mulai sekarang ini, aku
bertekad akan menunggu jandamu di Jakarta, Sayang. Kutunggu jandamu di
Jakarta.”(</i>hlm. 261-270).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_2998" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jalan cinta dua sejoli di dunia ini
memang tak serupa. Tekad Satrio tetap menantikan Sari adalah keputusan cinta.
Bukan kawin lari dengan Sari, tapi menunggu Sari menjadi janda. Ketetapan
Satrio ini ternyata digenapkan waktu. Pasalnya, Sari mengajukan gugatan cerai
ke suaminya setelah rumah tangganya dipenuhi kekerasan dan jauh dari
ketenteraman. Fenomena Satrio dan Sari tak dimungkiri kerapkali terjadi di
tengah masyarakat. Maraknya istri yang mengajukan gugutan cerai, salah satunya disebabkan
kasus seperti dialami Sari. Itu tentu sebentuk keberanian seorang perempuan
untuk menegakkan martabat di hadapan suami yang kerapkali berbuat aniaya.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3000" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3000" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Novel
ini bisa menjadi pelajaran untuk menguatkan kehidupan keluarga tak sekadar pada
faktor materi semata. Kebutuhan emosional dan spiritual juga diperlukan.
Adakalanya orangtua merasa telah membesarkan anak, namun ternyata kurang begitu
memahami sisi psikologi anak. Kebahagiaan menurut persepsi orangtua kerapkali
dipaksakan, padahal anak sama sekali tak merasakan kebahagiaan berdasarkan
persepsi orangtuanya itu.<b id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3010">(Hendra
Sugiantoro).</b></span></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-86378762530383177322013-06-19T16:39:00.004-07:002013-06-20T17:27:56.502-07:00Negeri yang Tersandera Korupsi<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Dimuat di Resensi MALANG POST, Minggu, 21 April 2013</b></span><span style="color: #cc0000;"><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></b></span><br />
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-vpP_RKQrOnI/UcOd-cZPY0I/AAAAAAAAB00/KiEkV98zFGU/s1600/index.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-vpP_RKQrOnI/UcOd-cZPY0I/AAAAAAAAB00/KiEkV98zFGU/s1600/index.jpeg" /></a><br />
<span style="color: #cc0000;"><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul </span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Buku</span></b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><b>:</b> </span><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Apapun
Partainya, Korupsi Hobinya</span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> Penulis</b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">:</b> A. Yusrianto
Elga<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> P</span>enerbit</b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">: </b>IRCiSod, Yogyakarta <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Cetakan</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">: </b>I,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Maret 2013<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"> Tebal</b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;">:</b> 176 halaman <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">ISBN</b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 11.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 2;"> </span></span></b>: 978-602-7933-01-9</span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-vpP_RKQrOnI/UcOd-cZPY0I/AAAAAAAAB00/KiEkV98zFGU/s1600/index.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a></div>
<span style="color: #cc0000;">Bung Karno pernah mengatakan bahwa
cara melawan kekuatan uang (logistik) adalah kekuatan ideologi. Betapa pun uang
sangat menggiurkan, uang tak akan pernah mampu menjebol dinding-dinding
ideologi yang terbangun kuat. Pernyataan Presiden RI pertama itu seolah-olah
menggelitik kita. Benarkah ideologi tameng dari perbuatan korupsi? Nyatanya,
partai politik (parpol) yang mengaku memiliki ideologi justru memproduksi koruptor.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br />
<span style="color: #cc0000;">Buku ini hendak menyadarkan pihak
mana pun, terutama masyarakat, untuk tidak mudah tergiur dengan kemegahan
janji-janji parpol. Apalagi menjelang Pemilu 2014, masyarakat perlu waspada dengan
munculnya calon-calon anggota legislatif yang sekadar ingin menumpang kendaraan
politik demi mempertebal uang semata. Kita boleh saja mencela Orde Baru dengan ulah
korupsinya, namun apakah korupsi di era reformasi yang selalu dikatakan paling
demokratis tidak tumbuh subur? Di masa Orde Baru, praktik busuk korupsi hanya
terjadi di lingkaran eksekutif dan orang-orang tertentu. Kini, korupsi bukan
lagi menyangkut individu atau perseorangan, namun dilakukan secara berjamaah.
Selama 2004-2011 saja, berdasarkan data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), ada
sekitar 1.408 kasus korupsi dengan kerugian negara sekitar Rp. 39,3 triliun
(hlm. 8-9).<span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #cc0000;">Diakui maupun tidak, negeri ini
dapat dikatakan telah tersandera oleh korupsi. Rakyat dibiarkan merana di
tengah politisi-politisi yang menari kekenyangan. Akibatnya, negeri ini hanya
berjalan di tempat tanpa kemajuan berarti. Memang setiap parpol memiliki
ideologi masing-masing, tetapi kesejahteraan dan keadilan sosial bukan sebagai
tujuan mulia. Boleh jadi uang telah menjelma ideologi tersendiri. Perjuangan
dan idealisme parpol seharga nilai mata uang. Yang bertambah menyesakkan,
parpol yang mengatasnamakan agama terjerembab pula pada pusaran korupsi. Parpol
Islam ternyata tidak amanah. Bahkan, kita seakan-akan tak habis pikir, perilaku
korupsi yang kini melanda sejumlah kader parpol tidak dianggap sebagai
penyimpangan moral (hlm. 25-48).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #cc0000;"><br />Maraknya kasus korupsi tentu saja menciderai nilai-nilai Pancasila,
terutama sila pertama, kedua, dan kelima. Koruptor tidak menjiwai sepenuhnya sila
Ketuhanan Yang Maha Esa. karena melakukan perbuatan yang dilarang Tuhan.
Korupsi adalah pelanggaran hak asasi manusia karena menyebabkan rakyat
menderita. Padahal, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab selayaknya ditegakkan. Dengan
perbuatan korupsi, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia kian
tertatih-tatih untuk diwujudkan.</span>
<span style="color: #cc0000;"><br />Tentu, politik yang sejatinya mulia perlu dikembalikan ke hakikatnya
untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Kalimat Lord Acton dalam
suratnya kepada uskup Mandell Creighton pada April 1887 bahwa “<i style="mso-bidi-font-style: normal;">Power tends to corrupt, and absolute power
corrupt absolutely”</i> selayaknya dijadikan sebagai kontrol bagi parpol dan
politisi untuk berhati-hati menduduki kursi kekuasaan. Parpol hendaknya
berbenah. Menurut penulis buku ini, parpol perlu memberikan perhatian terkait
pendidikan antikorupsi terhadap kader-kadernya. Tidak kalah penting, parpol harus
proaktif mengawal, mengevaluasi, serta mengingatkan komitmen perjuangan
kader-kadernya. Tak dimungkiri apabila parpol jarang mengevaluasi kinerja
kadernya yang pernah duduk di lembaga negara. </span>
<span style="color: #cc0000;"><br />Buku ini menjadi teguran keras bagi parpol. Sebagai institusi demokrasi,
parpol diharapkan menjalankan demokrasi sebagaimana mestinya. Demokrasi
sejatinya adalah cara mencapai kemaslahatan kehidupan rakyat. Parpol seyogianya
tidak menyandera negeri ini dengan korupsi yang sewaktu-waktu bisa membuat
rakyat marah. Kemarahan rakyat bisa memunculkan golputkrasi. Di sisi lain, masyarakat
diajak bersikap kritis dan berpikir jernih. Sebagai ikhtiar melawan lupa yang
kerapkali menghinggapi benak masyarakat, buku ini pun menguliti kader-kader
parpol yang pernah tersangkut korupsi. Tanpa <i style="mso-bidi-font-style: normal;">tedeng aling-aling</i>, penulis buku juga membeberkan permainan kotor
politik yang biasa dimainkan politisi untuk merampok uang negara.<br /> </span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="color: #cc0000;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-sZmGkPGvpRY/UcJLE45wDxI/AAAAAAAAByo/eDoTvLyZGe4/s1600/cover+buku--Apapun+Partainya,+Korupsi+Hobinya.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #cc0000;">Tentu, tak ada salahnya apabila parpol meneladani jejak organisasi
pergerakan nasional tempo dulu yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia.
Kepentingan yang diperjuangkan jelas, yakni kepentingan rakyat agar terbebas
dari penjajahan. Sesungguhnya rakyat negeri ini merindukan politisi yang
berhati nurani dan berdedikasi. Politisi yang benar-benar konsisten
memperjuangkan cita-cita luhur bangsa ini dengan rekam jejak politik yang
bersih, jujur, dan amanah. Dengan menjamurnya borok korupsi, negeri ini memang
harus segera diselamatkan (hlm. 165-170). Bukan hanya doa agar kita bersabar
menghadapi praktik busuk korupsi (hlm. 172), namun masyarakat perlu melakukan
tindakan. Masyarakat minimal perlu menyatukan gerakan menolak politisi busuk yang
menunggangi Pemilu 2014 agar negeri ini tidak lagi disandera korupsi. (<b>HENDRA
SUGIANTORO).</b></span>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-39378911780417002342013-06-19T16:39:00.000-07:002013-06-19T16:59:10.694-07:00Inspirasi Kartini Bagi Mahasiswa<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><b>Dimuat di Kampus SUARA MERDEKA, Sabtu, 20 April 2013<span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3684" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3684" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada 21 April, kita memperingati Hari Kartini. Apa
pelajaran yang bisa kita petik dari sosok </span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">perempuan
</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3683" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kelahiran Jepara, Jawa Tengah, itu, khususnya bagi
dunia kampus dan mahasiswa? Pendidikan formal Kartini </span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(1</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">879</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">-190</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">4</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">)</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3682" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> memang tidak sementereng kakaknya, Sosrokartono.
Kakaknya yang tamatan Universitas Leiden Belanda itu konon sarjana pertama
negeri ini yang getol dengan kebudayaan Jawa.</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kartini,
m</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">eskipun hanya </span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3679" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">tamatan</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3685" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
sekolah rendah, </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sebenarnya tidaklah
kalah dengan sarjana-sarjana di zamannya. Bahkan, dengan sebagian sarjana
jebolan perguruan tinggi saat ini. Harus diakui, </span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3686" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kartini
</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">yang usia hayatnya hanya seperempat abad</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mempunyai</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> wawasan, pengetahuan,
dan pemikiran</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> yang</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
luas. Tradisi pingit</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> sejak usia 12
tahun</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3687" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> bukan berarti “memingit” petualangannya mencari dan
menimba ilmu. Kartini tekun dan giat belajar. Sahabat-sahabat penanya juga
turut jadi mitra dialektika Kartini. </span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3688" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Salah
satu media untuk membaca pemikiran-pemikiran Kartini adalah surat-suratnya yang
dikumpulkan </span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">J.H. Abendanon pada 1911</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> dan diberi judul </span><i id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3690"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3689" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Door Duisternis Tot Licht</span></i><i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">. </span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam edisi Indonesia pernah diterjemahkan, antara
lain oleh Armin Pane (<i>Habis Gelap
Terbitlah Terang</i>) dan Sulastin Sutrisno (</span><i id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3692"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3691" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Surat-Surat Kartini, Renungan tentang dan untuk
Bangsanya</span></i><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">).</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kalau kita mengkaji kumpulan
suratnya, </span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3693" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">kita akan menemukan begitu ragamnya
pemikiran Kartini</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">. </span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kartini
memiliki buah pemikiran yang luar biasa dalam persoalan pendidikan, sosial</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">, keb</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">udaya</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">an</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">, pers, dan pelbagai
hal lainnya.</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Artinya,</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
Kartini tidak melulu membicarakan masalah perempuan. </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ketika Kartini k</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">epada </span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3695" lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Estelle Zeehandelaar (Stella) pada 18 Agustus 1899</span><span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span lang="SV" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">menegaskan pentingnya kapasitas pikiran dan moral, </span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kartini
</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">membuktikan hal itu</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">.
</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Terserah pendidikan formal mau sampai jenjang apa, ia
tidak ambil pusing. Dengan menjelajahi aneka bahan bacaan, Kartini terus
berikhtiar mencapai “keningratan pikiran”. </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span></span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tanpa
kenal bosan, </span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kartini bisa me</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">nelaah bahan bacaan</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">sampai </span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">berkali-kali demi </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">memperoleh</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> pemahaman.</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ternyata,
tak sekadar doyan bacaan</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">, Kartini </span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3696" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">juga produktif menulis. Membaca dan menulis
seolah-olah adalah jiwanya. Perhatikan kalimat berikut ini, <i>“</i></span><i><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Orang dapat merampas banyak dari kami, ya semuanya,
tapi jangan pena saya! Ini tetap milik saya dan saya akan berlatih dengan rajin
menggunakan senjata itu.”(Kartini, 1902)</span></i><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3698" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">.
Sepenggal kalimat Kartini itu begitu heroik. Tak cuma surat-surat, Kartini ketika
menulis untuk menuangkan isi pikirannya juga merambah surat kabar.<span> </span></span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3700" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam majalah sastra seperti <i>Het
Nederlansche Lelle, De Gids, De Echo</i>, dan lain-lain, Kartini menyumbangkan
tulisan-tulisan yang tandas bunyinya, berbentuk ulasan-ulasan dan analisis sosial.
Misalnya, sepenggal prosa brilian diguratkan Kartini dalam <i>De Echo</i> sekitar tahun 1900 di bawah kepala karangan <i id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3699">Een Gouverneur Generaalsdag</i> yang
melukiskan kedatangan seorang gubernur jenderal di tanah jajahan, yang disambut
oleh anak negeri dengan sinis</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> (Suryanto
Sastroatmodjo: 2005).</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Becermin pada Kartini, </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ada</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> spirit intelektualitas</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3701" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> dari sosok perempuan yang dimakamkan di Rembang itu. </span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span>Kartini memang tidak menamatkan jenjang perguruan
tinggi</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">. N</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">amun</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">, menurut penulis,</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
Kartini bisa dikatakan sebagai “sarjana” di masanya. Yang perlu diperhatikan,
Kartini tidak sekadar mementingkan kepemilikan pengetahuan. Menurut Kartini
(1902), berpengetahuan luas belumlah sekali-kali menjadi ijazah tanda mulia
budi pekerti seseorang. Benar kata Kartini</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
bahwa t</span><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3703" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">erhadap pendidikan itu janganlah hanya
akal saja yang dipertajam, tetapi budi pun harus dipertinggi.</span><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Apa yang
diutarakan dalam tulisan ini semoga bisa menjadi sepercik inspirasi dan renungan
bagi mahasiswa. </span><i><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Wallahu
a’lam</span></i><span lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">.</span><b id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3716"><span id="yui_3_7_2_1_1371685590630_3715" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> (HENDRA SUGIANTORO).</span></b></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-52230449868769231052013-06-19T16:36:00.002-07:002013-06-19T16:36:14.731-07:00Inspirasi Bisnis Tiga Tokoh Hebat<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><b>Dimuat di Resensi Buku KORAN SINDO, Minggu, 14 April 2013<span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_53584" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_53584" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><b id="yui_3_7_2_1_1371682885837_53606"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-aEWbM1L6TYo/UcJAHv1Q8dI/AAAAAAAABxw/3_nIS6C_xkw/s1600/285380_522334527787285_825607600_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-aEWbM1L6TYo/UcJAHv1Q8dI/AAAAAAAABxw/3_nIS6C_xkw/s320/285380_522334527787285_825607600_n.jpg" width="224" /></a></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_53584" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul </span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_53588" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span>Buku<span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_53592"></span></span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_53591" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><b>:</b> </span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_53590" style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%;">Dahsyatnya
Gigih!</span><b> Penulis</b><b id="yui_3_7_2_1_1371682885837_53582">:</b> T. Wahyu Prasetyahadi<b><span lang="IN"> P</span>enerbit</b><b>:</b>
Palapa<span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_53579" lang="IN">, Yogyakarta</span><b><span lang="IN"> Cetakan</span>: </b>I,<span> </span>Januari 2013<b> Tebal</b><b>:</b> 160 halaman<b> ISBN<span></span>: </b>978-602-255-032-7<b><span lang="IN" style="font-size: 22.0pt; line-height: 150%;"></span></b><i><span> </span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><i>“Saya dari dulu ingin jadi </i>entrepreneur<i>, dan untuk mencapai tujuan itu, saya terus
fokus dan disiplin. Anda pasti juga bisa melakukan itu,”</i> kata Hary
Tanoesoedibjo. Siapakah beliau? Bagi kita, nama beliau tak asing lagi.
Laki-laki yang lahir di Surabaya, 26 September 1965, itu dikenal sebagai “raja
bisnis multimedia”. Julukan itu tidak tiba-tiba jatuh dari langit. Hary Tanoe
merintisnya dengan kegigihan. Bayangkan, beliau mulai menekuni bisnis
multimedia justru pada saat negeri ini tengah dilanda krisis.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Buku ini menarik dibaca bukan sekadar untuk membuat kita terkesima dengan
pencapaian bisnis dan kekayaan Hary Tanoe. Justru kegigihan beliau yang perlu
diresapi. Hary Tanoe mengaku dirinya semasa muda sering bekerja sampai pukul
dua dini hari. Dari paparan buku ini, kita bisa menimba nilai-nilai sukses dari
beliau yang memulai usaha bisnis berlian sejak kuliah. Sejak kuliah, beliau
juga bertekad kuat berwirausaha.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Didorong oleh kecintaannya pada dunia pasar modal, selepas dari studinya
di Kanada, beliau mendirikan Bhakti Investama pada tahun 1989. Keputusan itu
diakui beliau membutuhkan mental kuat. “<i>Menjadi
seorang </i>entrepreneur<i> itu butuh keberanian.
Diperlukan mental baja dan semangat jangan pernah berhenti belajar untuk
menjadi wirausahawan sukses,”</i> ujarnya. Bhakti Investama sebenarnya
perusahaan kecil, namun terjadi titik balik saat krisis ekonomi. “<i>Ketika krisis tahun 1998 itu, harga aset dan
perusahaan murah-murah. Jadi, saya banyak membeli aset, …,”</i> terangnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kegigihan bisnis Hary Tanoe memang tak berhenti pada satu titik. Sejak
mengambil alih PT Bimantara Citra Tbk pada tahun 2000, beliau bermimpi
mengepakkan sayap di bisnis media penyiaran dan telekomunikasi. Mimpinya yang
disertai aksi yang gigih akhirnya terbukti. Hary Tanoe mempunyai tiga stasiun
televisi, yakni RCTI, TPI/MNC TV, dan Global TV, serta stasiun radio Trijaya FM
dan media cetak <i>Harian Seputar Indonesia</i>
(kini <i>Koran SINDO</i>) dan <i>Ekonomi</i>. Di bawah naungan PT Media
Nusantara Citra (MNC), tidak sampai lima tahun, beliau berhasil menguasai saham
mayoritas di tiga stasiun televisi tersebut. Beliau mempunyai kemampuan
menentukan perusahaan media mana yang berpotensi untuk berkembang. Selain itu,
banyak orang mengakui, kunci sukses Hary Tanoe terletak pada kepiawaiannya
menata kembali perusahaan yang sudah kusut (hlm. 146-151).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Lewat buku ini, kita bisa menapaki
jejak kegigihan Hary Tanoe yang terus mengepakkan sayap di bisnis media. Namun,
fokusnya tak hanya di bidang itu. <i>“Untuk
saat ini, fokus bisnis saya berada di empat sektor utama, yakni media, batu
bara, properti, dan finansial,”</i> ujarnya. Dalam mengembangkan bisnis,
kecerdasan membaca momentum memang menjadi prinsip sukses Hary Tanoe. Salah
satunya diperlihatkan beliau sebagaimana diterangkan di muka. Di saat krisis
ekonomi menerpa negeri ini antara 1998-2002, banyak kalangan pesimis, sehingga
tak mau melakukan investasi. Saat pihak lain pindah ke luar negeri, Hary Tanoe
dengan sepenuh keyakinan tetap tinggal di Indonesia. Beliau melihat kondisi
yang ada sebagai momentum tepat untuk melangkah. Di saat pengusaha lain menjual
aset-asetnya, beliau justru membelinya satu per satu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Selain itu, ada tiga prinsip lainnya yang patut kita teladani dari
beliau. Pertama, <i>time big</i>. Jangan
memikirkan <i>What is good today, but what
is going to be tomorrow</i>. Kedua, <i>focus
on quality</i>. Berpikir fokus dan mengedepankan kualitas. Ketiga, <i id="yui_3_7_2_1_1371682885837_53599">speed</i>. Hal yang perlu diperhatikan
adalah kecepatan dan percepatan. Jika sudah memiliki ide besar untuk
diwujudkan, kita harus bergegas mencari cara dan berusaha mewujudkannya. Jangan
menunggu dan menunda hal yang sebenarnya bisa dilakukan sekarang (hlm.
156-157).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Lewat buku ini, selain Hary Tanoe,
kita juga bisa melihat kegigihan berwirausaha dari Chairul Tanjung dan Sandiaga
Uno. Mereka berwirausaha dari titik nol. Mereka memainkan peran vital bagi
kemajuan ekonomi bangsa-negara ini. Menariknya lagi, ketiga tokoh hebat
tersebut memiliki satu <i>passion </i>yang
sama: kepedulian tinggi terhadap masalah-masalah sosial. Selain kegigihan
bisnis, mereka patut menjadi teladan dalam empati sosial. Mereka mendorong
siapa pun untuk berwirausaha. Tak bisa dimungkiri apabila kewirausahaan justru
menopang laju pembangunan sebuah bangsa dan negara. Di Jepang, misalnya,
pembangunannya terbilang berhasil dengan disponsori oleh cukup besarnya jumlah
wirausaha. Bahkan, ada data memaparkan bahwa dari 99% orang kaya di Amerika
Serikat (AS) sebagian besarnya adalah wirausaha.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dari Hary Tanoe, Chairul Tanjung, dan Sandiaga Uno, kita perlu meneladani
sikap disiplin dan tak mudah putus asa. Ada petuah Lao Tse, “<i>Sekalipun bambu meliuk diterpa angin, ia
mempunyai pegangan akar yang kuat menghujam di tanah.” </i>Mereka diakui
memiliki filosofi pohon bambu itu. Filosofi ini menunjukkan bahwa hal yang
perlu diperhatikan dalam dunia kewirausahaan adalah membangun dasarnya terlebih
dahulu. Kesuksesan berwirausaha harus dirintis dengan penuh kegigihan, tidak
secara instan. Gigih berwirausaha, siapa takut?<b id="yui_3_7_2_1_1371682885837_53606">(HENDRA SUGIANTORO).</b></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-12325388391067282272013-06-19T16:29:00.000-07:002013-06-20T17:28:17.266-07:00Belajar Kearifan Hidup dari Si Kucing<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO</b></span><br />
<span style="color: red;"><b>Dimuat di Perada KORAN JAKARTA, Jum'at, 12 April 2013</b></span><br />
<span style="mso-ansi-language: EN-US;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-81aGOTYzFjE/UcJL-1_m_5I/AAAAAAAAByw/VMxsjp4X0Yw/s1600/2155_Jangan-Panggil-Aku-Kitty-cover-web.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-81aGOTYzFjE/UcJL-1_m_5I/AAAAAAAAByw/VMxsjp4X0Yw/s1600/2155_Jangan-Panggil-Aku-Kitty-cover-web.jpg" /></a></span><br />
<br />
<span style="color: purple;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN">Judul Buku:</span></b><span lang="IN"> </span><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Jangan Panggil Aku Kitty</span> <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN">Penulis:</span></b><span lang="IN"> </span><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Samsaimo Paramina</span> <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN">Penerbit:</span></b><span lang="IN"> </span><span style="mso-ansi-language: EN-US;">FlashBooks</span> <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN">Cetakan:</span></b><span lang="IN"> I, 20</span><span style="mso-ansi-language: EN-US;">13</span> <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN">Tebal:</span></b><span lang="IN"> </span><span style="mso-ansi-language: EN-US;">188 </span><span lang="IN">halaman</span> <b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">ISBN:</span></b><span style="mso-ansi-language: EN-US;"> 978-602-7724-34-1</span></span><br />
<br />
<span style="color: purple;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Di
sekitar kita, keberadaan kucing bisa dijumpai di mana-mana. Seperti halnya
manusia, tabiat dan karakter kucing berbeda-beda. Kucing adalah makhluk Tuhan
yang juga punya perasaan dan keinginan. Dalam novel yang menjadikan kucing
sebagai tokoh imajiner ini, kita diajak untuk menyelami kehidupan seekor kucing
yang diberi nama Kitty. Ternyata, kucing bisa memiliki karakter baik apabila
dibesarkan dan dididik secara baik pula.</span></span><br />
<br />
<span style="color: purple;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Awalnya, tokoh kucing dalam novel
ini hidup di alam liar setelah lahir. Nama Kitty diberikan oleh Mbak Dinik yang
menemukannya di got dekat rumahnya. Saat ditemukan, kucing berbulu hitam pekat
itu berusia 3 bulan dengan tubuh yang kurus. Saking telatennya dirawat dan
disayangi, Kitty tumbuh tak kerempeng. Bahkan, Kitty selalu dimandikan demi
kebersihan. Bulunya yang hitam legam kian mengkilap, sorot mata pun tajam
menghunjam (hlm. 14-15).</span><span style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></span><br />
<br />
<span style="color: purple;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Pada
umumnya, kucing membenci air. Namun, itu hanya sebentuk ketakutan yang telanjur
menjadi mitos bagi bangsa kucing. Ketakutan terkena air malah bisa dikatakan
terhunjam di benak pikiran kucing semenjak lahir. Namun, dengan kesabaran Mbak
Dinik memandikannya, Kitty mampu melawan ketakutan itu. Novel ini menarik
dibaca karena ada pelajaran-pelajaran yang bisa kita resapi.
Ketakutan-ketakutan juga kerapkali melanda benak manusia, yang fatalnya
membebani masa depan. Padahal, ketakutan itu hanya rekayasa pikiran yang belum
terbukti benar.</span><span style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></span><br />
<br />
<span style="color: purple;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Judul
novel “Jangan Panggil Aku Kitty” ini mengandung pesan bagi kita agar menjadi
manusia yang benar-benar dewasa. Sebagaimana Kitty, ketika menginjak besar, ia
tak mau dipanggil dengan nama itu lagi. Menurutnya, Kitty itu nama kucing kecil
yang imut. Tapi, kini ia sudah dewasa dan tak lucu lagi (hlm. 107). Karena itu,
ia tak ingin selamanya menjadi kucing rumahan. Dengan tekad bulat, ia
berkelana. Dengan sesama kucing, ia mengenalkan diri bernama si Hitam. Tantangan
pun menghadang. Kalau sebelumnya selalu disiapkan makanan, kini ia sekuat daya
mencari tikus di mana-mana. Hebatnya, ia tak sudi mencuri. Ketika melihat orang
makan, ia tak mau merintih dengan suara khas agar diberi. Berminggu-minggu di
alam bebas, keterampilan mencari makannya terasah.</span></span><br />
<br />
<span style="color: purple;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Kita
sebagai manusia juga perlu hidup dalam tantangan. Alam bebas justru membuat
kita mampu beraktualisasi diri dan mengembangkan potensi. Sebagaimana manusia
mencari nafkah, si Hitam kerapkali kesulitan mendapatkan asupan makanan. Tikus-tikus
yang biasanya banyak terkadang menyusut. Menyadari masa paceklik itu, si Hitam trenyuh
melihat nasib kucing lainnya. Ketika berhasil mendapatkan makanan, ia membagi
makanan ke teman-temannya. Si Hitam tak mau mementingkan dirinya sendiri.</span><span style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></span><br />
<br />
<span style="color: purple;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Dalam
masa kesusahan itu, si Hitam mengetahui populasi tikus cepat berkembang di
persawahan. Tapi, si Hitam menyadari ada ekosistem yang telah digariskan Tuhan.
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Menurutnya, tikus di sawah telah
didesain Sang Pencipta sebagai santapan hewan predatornya. Yang membuatnya
prihatin, ular sebagai predator tikus juga mulai menyusut karena ditangkap
manusia. Bahkan, sengaja dicari karena laku dijual dengan harga setimpal. Kulit
ular untuk bahan dompet, ikat pinggang, atau keperluan lainnya. Sedangkan
daging dan jeroannya untuk obat. Hidup di alam bebas, si Hitam merasakan ada
ekosistem tak seimbang. Panen gagal karena serangan hama tikus, sehingga
menyebabkan harga beras melonjak tajam. Manusia yang susah malah bertindak
lebih ngawur lagi. Tak terasa, manusia menciptakan bencana di mana-mana.
Bencana alam dan bencana sosial (hlm. 137).</span><span style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></span><br />
<br />
<span style="color: purple;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Novel
dengan sudut pandang kucing ini menarik disimak karena seolah-olah menyindir
kita sebagai manusia. Manusia yang dianugerahi akal acapkali bertindak tanpa
mengindahkan etika sosial dan etika lingkungan. Kita sebagai manusia kerapkali
tidak dewasa. Tentu, manusia harus lebih arif menjalani kehidupan ketimbang
tokoh kucing dalam novel ini! </span>(<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-ansi-language: EN-US;">Hendra
Sugiantoro).</span></b></span></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-25328055409433633452013-06-19T16:22:00.002-07:002013-06-19T16:22:19.773-07:00Kurikulum 2013, Guru Berjuang Keraslah!<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Dimuat di Opini KORAN MERAPI PEMBARUAN, Rabu, 3 April 2013<span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_33673" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #cc0000;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_33673" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Konon
guru belum siap melaksanakan Kurikulum 2013. Kurikulum anyar yang akan
diberlakukan mulai Juli nanti dianggap masih kurang dalam hal sosialisasi. Kabarnya,
banyak guru yang belum memahami dan dilanda kebingungan. Usulan penundaan pun
dikumandangkan. Sebagai ujung tombak keberhasilan implementasi Kurikulum 2013,
kondisi ketidaksiapan guru tentu mengkhawatirkan.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_33676" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #cc0000;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_33676" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ditinjau lebih jauh,
faktor kesiapan guru sejatinya relatif. Tak seluruh guru merespons kebijakan Kurikulum
2013 dengan kepanikan dan kegelisahan. Ada juga spirit guru menghadapi
perubahan kurikulum dengan mengharapkan pelatihan dan pendampingan dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Artinya, kita tak bisa
serta-merta menyimpulkan bahwa seluruh guru belum siap, apalagi belum ada
penelitian valid terkait faktor tersebut terhadap sekitar 2,92 juta guru di
negeri ini. Kemdikbud pun telah merencanakan pelatihan bagi guru kelas I, IV,
VII, dan<span> </span>X untuk menguasai konsep
Kurikulum 2013.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_33680" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #cc0000;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_33680" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam merespons
perubahan, setiap kita memiliki sikap berbeda-beda. Begitu pula guru dalam
merespons Kurikulum 2013. Disadari atau tidak, ada guru yang enggan diajak
melakukan perubahan, karena terlena dengan kondisi nyamannya saat ini. Perubahan
senantiasa dipersepsikan tak nyaman. Padahal, seiring proses berjalan, kondisi
ketidaknyamanan dari sebuah perubahan perlahan akan memasuki zona nyaman. Bagi
guru tipe ini, kontra Kurikulum 2013 adalah pilihan. Kurikulum 2013 disikapi
sinis karena menuntut setiap guru menguasai metode pembelajaran secara variatif
dan merubah pembelajaran konservatif yang diterapkan selama ini.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_33682" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #cc0000;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_33682" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Adanya pro kontra
terhadap Kurikulum 2013 tentu wajar. Yang perlu disadari, tak ada kurikulum
yang sempurna di negara mana pun. Terlepas dari kelemahan dan kekurangan, konsep
Kurikulum 2013 pada dasarnya baik. Kurikulum anyar ini digulirkan untuk
mempersiapkan generasi 2045—100 tahun kemerdekaan Indonesia. Pada dasarnya,
reformasi kurikulum hanya satu bagian dari idealita generasi emas 2045. Dalam
kurikulum anyar itu, metode pembelajaran yang diterapkan guru harus mampu
membentuk peserta didik memiliki kompetensi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang disebut kompetensi inti. Artinya, peserta didik tak hanya
cakap dalam hal pengetahuan, tetapi juga memiliki sikap mulia dan keterampilan
mumpuni. Kompetensi sikap terbagi lagi menjadi kompetensi sikap spiritual dan
kompetensi sikap sosial.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_33684" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #cc0000;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_33684" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Adapun terkait formula
mata pelajaran dalam Kurikulum 2013, polemik yang muncul bukan hal yang tabu.
Kurikulum 2013 masih bisa dievaluasi dan diperbaiki lebih lanjut. Kerangkanya
tetap membentuk peserta didik dengan tiga kompetensi sebagaimana diterangkan di
muka. Dukungan presiden-wakil presiden RI memperkuat pelaksanaan Kurikulum
2013. Menurut penulis, guru perlu merespons Kurikulum 2013 sebagai tantangan untuk
meningkatkan kualitas diri dan kualitas pembelajaran. Ketidaksiapan guru justru
mempertaruhkan masa depan peserta didik. Agar mampu mengimplementasikan Kurikulum
2013, guru mutlak berjuang keras!</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_33686" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #cc0000;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_33686" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setiap guru harus berjuang
keras membuktikan kualitasnya. Fakta menunjukkan masih rendahnya kualitas guru
di negeri ini. Rerata uji kompetensi awal (UKA) dan uji kompetensi guru (UKG)
yang beberapa waktu silam digelar Kemdikbud tak mencapai angka 50. Tanpa harus
mencari kambing hitam, rendahnya kualitas guru disebabkan guru tak melaksanakan
filosofi belajar sepanjang hayat. Ada guru yang masih tergagap dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Masih ada guru yang wawasan dan pengetahuannya tertinggal.
Setiap hari guru menghimbau peserta didiknya rajin belajar, tetapi dirinya
malah lupa melaksanakan himbauan itu. Guru alpa meng<i>-“up-grade”</i> dirinya. Pengalaman penulis dalam satu ruang kelas
bersama guru-guru di salah satu universitas di Yogyakarta dari 2011-2012 membuktikan
pernyataan I Wayan Artika (2007) bahwa guru-guru Indonesia adalah guru-guru
yang tak mau lagi belajar, membaca, dan berpikir.</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #cc0000;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pastinya, Kurikulum
2013 di depan mata. Setiap guru harus berjuang keras untuk menguasainya. Dengan
waktu yang mepet, guru dengan penuh inisiatif dan aktif perlu berjuang keras
memperbaiki metode pembelajarannya dan tak boleh puas dengan kapasitas keilmuan
yang kini dimiliki. Berjuang keraslah, agar peserta didik menguasai kompetensi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan, sehingga mampu hidup di masa depan dengan
tantangan yang kian berat. Kesadaran diri guru untuk belajar tiada henti
menjadi niscaya dalam Kurikulum 2013. <i>Wallahu
a’lam.</i><span>(</span></span></span><span style="color: #cc0000;"><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">H</span></b><b id="yui_3_7_2_1_1371682885837_33699"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_33698" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ENDRA SUGIANTORO).</span></b></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-45271925867446266622013-06-19T16:19:00.002-07:002013-06-24T16:25:36.264-07:00Salat Taubatlah<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: purple;">Oleh: HENDRA SUGIANTORO</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: purple;">Dimuat di Pustaka SKH KEDAULATAN RAKYAT, Minggu, 31 Maret 2013</span></b><span style="color: purple;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></b></span><br />
<span style="color: purple;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></b></span><a href="http://3.bp.blogspot.com/-GTW8-lud7po/UcOTRVVFOII/AAAAAAAABzk/xiFqqEMs2rM/s1600/cover+buku.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-GTW8-lud7po/UcOTRVVFOII/AAAAAAAABzk/xiFqqEMs2rM/s1600/cover+buku.jpg" /></a><br />
<span style="color: purple;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul
Buku:</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Akibat-Akibat
Fatal Meremehkan Shalat Taubat </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penulis:</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Rizem Aizid </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penerbit:</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">DIVA Press, Yogyakarta <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Cetakan</b></span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">:</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">I, Februari 2013 </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tebal:</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">210 halaman</span></span><br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Kita memahami
bahwa tak ada manusia yang luput dari salah dan dosa. Kita tak pernah tahu
seberapa banyak dosa yang telah kita lakukan di dunia ini. Untuk menghapus dosa
itu, manusia diberi tuntunan agar senantiasa memperbaharui tobat. Yang menjadi
pertanyaan, apakah bertobat harus disertai dengan shalat Taubat? Seperti kita
tahu, shalat Taubat adalah salah satu dari shalat sunnah.</span></span><br />
<br />
<span style="color: purple;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Pertanyaan itu
barangkali berputar-putar di benak kita. Lewat buku ini, kita bisa mencari
jawaban. Paling tidak, kita menyadari bahwa shalat Taubat itu penting. Kalau
kita meminta ampun, ada istighfar yang biasa diucapkan. Benarkah itu cukup?
Allah Swt memang Maha Pengampun, namun kita tak tahu apakah dosa kita
benar-benar diampuni. Shalat Taubat hendaknya menjadi pilihan utama ketika kita
merasa melakukan dosa. Berdoa dan memohon ampunan setelah perbuatan taat
seperti shalat lebih mungkin dikabulkan. Shalat Taubat sangat dianjurkan agar
kita mendapatkan ampunan dari Allah Swt. Shalat Taubat memang hukumnya sunnah.
Yang wajib adalah bertaubat. Namun, untuk kesempurnaan bertaubat itu, shalat
Taubat selayaknya dilakukan (halaman 18-20).</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Dengan
mengemukan berbagai argumentasi, penulis buku mengajak kita agar tidak
meremehkan salat Taubat. Salat Taubat bisa dilakukan kapan pun saat kita
benar-benar merasa telah berbuat dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar. Tata
cara dan doa dalam salat Taubat tak lupa dijelaskan dalam buku ini. Menurut
penulis buku, meremehkan salat Taubat bisa berakibat mengkhawatirkan, seperti
dosa tak terampuni, mati dalam kondisi su’ul khatimah karena berbuat dosa,
mendapatkan adzab kubur, dan semakin diperbudah hawa nafsu. Tentu, kita perlu
berusaha melakukan tobat yang sebenar-benarnya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Buku ini
berusaha menyadarkan kita untuk tidak melalaikan salat Taubat. Melakukan
langkah kebaikan terkadang sulit, maka buku-buku agama perlu dibaca agar rohani
kita tersirami kesejukan.<b>(Hendra Sugiantoro).</b></span></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-27186742561905685452013-06-19T16:18:00.006-07:002013-06-24T16:24:40.424-07:00Redefinisi Kuliah<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><b>Dimuat di Peduli Pendidikan SKH KEDAULATAN RAKYAT, Rabu, 27 Maret 2013<span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_25593" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_25594"> </span></span></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #674ea7;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_25593" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dengan
penuh perhatian, mahasiswa berusaha menyimak apa yang diutarakan dosen di depan
kelas. Materi kuliah diterangkan dosen panjang lebar. Mahasiswa pun
menuliskannya dalam buku catatan. Dengan teliti, setiap kalimat dicatat agar
tak kehilangan satu kata pun. Waktu kuliah hampir selesai, dosen mempersilakan
mahasiswa bertanya. Hening, jika pun ada yang bertanya hanya satu-dua-tiga
mahasiswa.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_25595" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #674ea7;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_25595" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ilustrasi
di atas masih kita temui. Dosen terpacu memberikan materi kuliah untuk dicatat
mahasiswa. Materi kuliah diberikan sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya dengan
asumsi dibutuhkan mahasiswa. Kadangkala dosen di kelas tidak lelah berbicara
dan mahasiswa menjadi pendengar setia. Di akhir kuliah, mahasiswa tinggal
memfotokopi materi kuliah yang telah diketik rapi oleh dosen. Ukuran
keberhasilan proses pembelajaran adalah kemampuan mahasiswa menjawab ujian
dengan soal-soal terkait materi kuliah yang diberikan.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_25598" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #674ea7;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_25598" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam
mengajar, kita akui masing-masing dosen mempunyai karakteristik tersendiri.
Namun, ada baiknya apabila dosen menstimulasi mahasiswa untuk giat membaca. Dosen
memberikan silabus materi kuliah untuk dicari-temukan mahasiswa lewat telusur
literatur. Dalam konsep pembelajaran mahasiswa dikenal istilah andragogi.
Dipopulerkan oleh Knowles pada tahun 1986, andragogi artinya <i>the art and science of helping adult learn</i>.
Sejatinya mahasiswa perlu diposisikan sebagai subjek aktif. Dosen perlu
membelajarkan mahasiswa untuk dapat belajar secara mandiri. Ketergantungan dari
dosen selayaknya diminimalisasi. Mahasiswa perlu dilatih memiliki keterampilan
belajar.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_25600" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #674ea7;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_25600" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sejatinya mahasiswa di
kelas masih bisa diarahkan menjadi pembelajar yang aktif apabila dikondisikan
sedari awal. Kebahagiaan dosen bukan terletak pada memberikan materi kuliah
sebanyak-banyaknya yang memenuhi buku catatan mahasiswa. Dosen dinilai berhasil
apabila mahasiswa mampu mengintegrasikan ilmu, teori, dan pengetahuan yang
diolah dari berbagai referensi. Kecakapan berpikir kritis dan berpikir kreatif
di benak mahasiswa juga perlu dikembangkan. Dosen selayaknya bangga apabila
mahasiswa mampu menghasilkan penemuan ataupun karya tulis ilmiah, bahkan
merekonstruksi berbagai ilmu, teori, dan pengetahuan jika memang perlu untuk
bisa menciptakan kemaslahatan kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, penulis
mendukung pendapat perlunya redefinisi pengertian kuliah. Sebaiknya kuliah
adalah forum untuk mengonfirmasi pemahaman mahasiswa dalam proses belajar
mandirinya. <i>Wallahu a’lam</i>. (</span><b id="yui_3_7_2_1_1371682885837_25613"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_25612" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">HENDRA
SUGIANTORO).</span></b></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-7013963177530036002013-06-19T16:15:00.002-07:002013-06-19T17:37:27.223-07:00Kisah Inspiratif Para Ibu Hebat<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;">Oleh: HENDRA SUGIANTORO<br />Dimuat di Perada KORAN JAKARTA, Jum'at, 22 Maret 2013<span lang="IN"> </span></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: blue;"><span lang="IN"><a href="http://1.bp.blogspot.com/--Hom7gjXqPg/UcJNReN_Q1I/AAAAAAAABzE/3v5NwcuLMlA/s1600/cover+buku+Storycake+for+Amazing+Moms.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://1.bp.blogspot.com/--Hom7gjXqPg/UcJNReN_Q1I/AAAAAAAABzE/3v5NwcuLMlA/s320/cover+buku+Storycake+for+Amazing+Moms.jpg" width="216" /></a> </span></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /><b><span lang="IN">Judul Buku:</span></b><b><span lang="IN"></span></b><span lang="IN"> </span>Story
Cake for Amazing Moms: 46 Kisah Hebat dan Penuh Inspiratif Para Ibu Hebat <b><span lang="IN">Penulis</span></b><b><span lang="IN"></span></b><b><span lang="IN">:</span></b><span lang="IN"> </span>Ria
Fariana, dkk. <b><span lang="IN">Penerbit</span></b><b><span lang="IN" style="font-size: 11pt; line-height: 150%;">:</span><span lang="IN"></span></b><span lang="IN"> </span>Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta <b>Terbit</b><b><span lang="IN" style="font-size: 11pt; line-height: 150%;"></span><span lang="IN">:</span></b><span lang="IN"> I, 20</span>12 <b><span lang="IN">Tebal</span></b><b><span lang="IN">:</span></b><span lang="IN"> </span>x+233<span lang="IN"> halaman</span> <b>ISBN</b><b>:</b> 978-979-22-7979-5</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"></span><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"></span><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Buku
ini ditulis sendiri oleh para perempuan yang telah berperan menjadi ibu. Entah
pilihannya menjadi ibu rumah tangga atau sembari bekerja di luar rumah, mereka
tetaplah perempuan bekerja <i>(working
woman)</i>. Dengan membaca 46 kisah yang tersaji, kita diingatkan untuk
memuliakan perempuan dan menghormati peran dan jasa ibu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sungguh,
menjadi ibu tak kenal pensiun. Bahkan, pekerjaan sebagai ibu tak mengenal
ukuran waktu, 24 jam terasa tak cukup. Selalu ada yang harus dikerjakan. Begitu
sibuknya mengurus rumah tangga, mengasuh dan mendidik anak. Sebut saja Eka
Natassa Sumantri, seorang ibu di Medan dengan dua anak. Tamatan perguruan
tinggi ini lebih memilih sebagai ibu rumah tangga dengan pekerjaan seabrek.
“Ada lagi profesi tambahan unikku di rumah, yaitu sebagai tukang jahit, tukang
cat, tukang kayu, dan tukang payung!...Aku pernah membuat kursi taman dari
kayu. Aku mengerjakannya dari nol, menggergaji, memaku, dan mengamplasnya. Aku
mengecat rumah dan pagar. Aku memperbaiki payung rusak hingga bisa dipakai
lagi…,” ungkapnya (hlm. 1-4). </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Menjadi ibu dengan melakukan
pekerjaan laki-laki terkadang tak terhindarkan, ketika sang suami tak ada di
rumah atau bertugas di luar kota. Begitu banyaknya pekerjaan domestik juga
dirasakan Pida Siswanti, ibu dua anak kelahiran Banyumas. Baginya, menjadi ibu
rumah tangga perlu jurus jitu mengatur aneka rupa pekerjaan yang tiada akhir,
berpikir paralel, <i>multitasking</i>, dan
bisa menuntaskan segala hal dengan baik (hlm. 7-9). </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Untuk
menjadi ibu yang baik, berbagai keahlian, pengetahuan, dan keterampilan begitu
diperlukan. Sebagaimana dituturkan Ofi Tusiana yang harus belajar biologi,
agama, tata boga, olahraga, kesehatan, kesenian, fisika, bahasa, psikologi,
geografi, desain interior, ekonomi, dan sebagainya. Ibu harus menjadi ahli
kesehatan demi melindungi anak dari penyakit. Ibu perlu belajar berbagai gejala
penyakit dan berhati-hati memberi obat. Ibu perlu tahu berbagai ramuan
tradisional agar anak tak terlalu terpapar obat-obatan kimiawi. Ibu pun perlu
belajar psikologi agar memahami keunikan masing-masing anak dan memahami dunia
anak. Fisika juga perlu dipelajari demi bisa menjawab pertanyaan sesuai
pemahaman dan bahasa anak yang kerap muncul tak terduga, seperti “Kenapa ada
banjir?, “Kenapa matahari terbit dan terbenam?”, “Kenapa ada hujan?”, dan
sebagainya (hlm. 14-17). </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kisah
Kinanti yang bekerja di ranah kerja yang semestinya milik kaum laki-laki tak
kalah menariknya. Akibatnya, ia bukan tipe perempuan yang lemah gemulai dan
halus pembawaannya. Ia pun tertawa ketika anaknya pernah berujar, “Mama kalau
jalan gagah sekali.” Menjadi ibu bagi tiga anak tak mungkin diabaikannya. Ia
bekerja di rumah bukan untuk sebuah tren hidup atau status sosial, tapi untuk
mencari nafkah dan perjuangan hidup (hlm. 67-70). Pengalaman indah menjadi ibu
juga dituturkan Mukti A. Farid. Sembari mengajar S1 di salah satu universitas
di Jakarta, ia menempuh program pascasarjana di universitas yang sama. Ia hamil
anak pertama di tengah kesibukan mengajar dan kuliahnya itu. Saat kuliah atau
mengajar di dalam kelas, ia rela membawa bayinya. Ia selalu menempati posisi di
sudut kelas agar tak terlalu mencolok saat memberikan ASI. Profesor Lexy
Moleong, salah seorang dosennya, sempat berkelakar, “Wah, hebat ini. Ada bayi
sudah kuliah S2, program studinya pas banget, pendidikan anak usia dini.
Hahaha.” (hlm. 74-80).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Diena
Ulfaty lain lagi kisahnya. Ia punya anak yang teramat rewel dan perilakunya tak
menyenangkan. Di rumah dan di luar rumah, tangisnya bisa kencang berjam-jam
tanpa tahu alasannya. Tak ada dokter atau psikolog yang mampu menangani. Ia pun
memutuskan untuk belajar ilmu psikologi. Hasilnya, perilaku anaknya berubah
lebih baik, bahkan termasuk anak cerdas dan mandiri (hlm. 100-107).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dalam
buku ini, masih banyak kisah lainnya yang menggugah, menakjubkan, dan
menggetarkan. Betapa indah dan mulianya pekerjaan seorang ibu. Menjadi ibu
adalah anugerah Tuhan yang merupakan kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri.
Inspirasi, spirit, dan motivasi itulah yang hendak dinyalakan lewat buku ini.(</span><span style="color: blue;"><b><span lang="IN">Hendra
Sugiantoro).</span></b></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-46030658774908079042013-06-19T16:10:00.006-07:002013-06-19T16:10:59.752-07:00Dunia di Tangan, Akhirat di Hati<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b><a href="http://2.bp.blogspot.com/-nTGgCei3C8o/UcI6EaHMs1I/AAAAAAAABxQ/l-Er3S7abC0/s1600/cover+I+Love+Maghrib.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Dimuat di Pustaka HARIAN BHIRAWA, Jum'at, 22 Maret 2013</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-nTGgCei3C8o/UcI6EaHMs1I/AAAAAAAABxQ/l-Er3S7abC0/s1600/cover+I+Love+Maghrib.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-nTGgCei3C8o/UcI6EaHMs1I/AAAAAAAABxQ/l-Er3S7abC0/s320/cover+I+Love+Maghrib.jpg" width="223" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #674ea7;"><b><span style="color: blue;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_10928" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul </span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_10931" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span>Buku</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_10933" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">: </span></span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_10934" style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%;">I Love Maghrib</span><b id="yui_3_7_2_1_1371682885837_10927"> <span style="color: blue;">Penulis</span></b><span style="color: blue;"><b>:</b></span> Arini Hidajati<b id="yui_3_7_2_1_1371682885837_10926"><span lang="IN"> <span style="color: blue;">P</span></span><span style="color: blue;">enerbit</span></b><span style="color: blue;"><b id="yui_3_7_2_1_1371682885837_10925">:</b></span>
DIVA Press<span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_10929" lang="IN">, Yogyakarta</span><b id="yui_3_7_2_1_1371682885837_10922"><span lang="IN"> <span style="color: blue;">Cetakan</span></span><span style="color: blue;">:</span> </b>I,<span> </span>Januari 2013<span style="color: blue;"><b> Tebal</b><b><span lang="IN"><span></span></span>:</b></span> 238 halaman <span style="color: blue;"><b>ISBN:</b></span>
978-602-7663-84-8</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #674ea7;">Kehidupan di dunia hanyalah
temporer. Tidak ada yang kekal kecuali Dzat Yang Maha Kekal. Namun, tarikan pesona
dunia kerapkali menggelincirkan jalan lurus manusia. Kita seolah-olah memiliki
dunia, bahkan ingin menguasai segala isi dunia demi memuaskan nafsu semata. Padahal,
sejatinya kita lahir di dunia ini tidak memiliki apa-apa. Kita pun juga akan
mati tanpa membawa apa-apa kecuali iman dan amal ikhlas. Lewat perjalanan hidup
Umi Salimah dalam novel <i>I Love Maghrib</i>
ini, kita pun diajak untuk menyelami hakikat kehidupan dunia secara lebih
mendalam.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #674ea7;">Bagi Umi Salimah, segala yang
terbentang di alam ini adalah ayat-ayat-Nya. Begitu pula dengan waktu Maghrib
yang sebenarnya telah menjelaskan kefanaan dunia secara terang-benderang. Waktu
Maghrib adalah garis pemisah antara siang dan malam. Waktu Maghrib adalah garis
pemisah dari terang menuju gelap. Waktu Maghrib menjadi tanda kepastian
keterpisahan kita dari alam dunia ke alam akhirat yang misteri. Waktu Maghrib
menjadi ruang bagi Umi Salimah untuk menakar baik dan buruk kehidupannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #674ea7;"><span></span>Kematangan jiwa Umi Salimah itu
berproses berkat petuah dan teladan hidup ayah dan ibunya. Hidup dalam balutan
kesederhanaan, mereka merasa cukup dengan rezeki yang Tuhan limpahkan. Cukup
artinya tidak kurang, tidak berlebih. Meskipun sebenarnya mampu membangun rumah
yang megah, mereka tidak melakukannya. Ayahnya yang tak mau mempercantik rumah
adalah pelajaran akan prinsip tidak terikat dan tidak mau terikat dengan
seluruh kepemilikan dunia. Mereka menempatkan dunia tidak di hati. Umi Salimah
meresapi nasehat ibunya, <i>“Kuatkan
ikatanmu dengan Tuhan. Pastilah Ia akan menolongmu dalam segala perkara. Susah
gembira. Sedih dan senang,”</i> (hlm. 33-49).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #674ea7;">Tidak ingin terikat dengan dunia
bukan berarti mengabaikan kehidupan dunia. Untuk mencukupi kebutuhan hidup,
ayah Umi Salimah mengolah sebidang sawah dan memelihara sebuah kebun. Bangunan
rumahnya tidak luas dan megah, tetapi kebunnya mampu menghasilkan berbagai
pohon, buah, dan sayur-mayur. Ibunya pun tekun menanam di sekeliling rumah
dengan tanaman-tanaman yang membuat rindang. Tak hanya untuk keluarganya, hasil
kebun yang diolah ayahnya selalu saja dibagikan kepada tetangga. <i>“Jika kau masak dan tetanggamu membaui
masakanmu, maka berilah…,”</i> pesan ayahnya. Itu bisa pula dimaknai, apabila
kita memiliki harta yang kelihatan, orang lain tentu akan bergembira apabila
menerimanya. Tanpa harus dilisankan, laku hidup ayah dan ibunya itu telah mengajari
Umi Salimah kebersatuan dengan alam dan lingkungan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #674ea7;">Ketika menikah pada usia 27 tahun
dan hidup berumah tangga, kebersahajaan hidup tetap dimiliki Umi Salimah. Umi
Salimah sadar, bahwa dirinya juga harus mampu mendidik anaknya secara baik. Ia
sadar bahwa apapun yang ia lakukan adalah cermin bagi anaknya. Ia tidak ingin
menjadi cermin yang buruk muka. Merasa cukup dengan rezeki Tuhan, kepedulian
terhadap alam dan lingkungan, dan menguatkan syukur, sabar, dan ikhlas sebagai
kunci kekuatan hidup ditularkan kepada anaknya. <i>“Jika saja bunga sedang bermekaran, maka tunggulah ia sampai jatuh ke
bumi. Mekarnya bunga adalah saat ia lahir dan melihat semesta. Biarkan sejenak
ia bertasbih di antara usianya yang tak lama. Merasakan indahnya alam dan
keagungan Tuhan. Dan, jika saja kau petik, pastilah ia akan mati. Kau memotong
lidahnya yang tengah berdzikir, Sophia,”</i> salah satu pesan Umi Salimah
kepada anaknya yang kedua. Naurin, nama anaknya yang pertama. Umi Salimah pun
menasehati anaknya untuk tak boleh berandai-andai akan sesuatu yang tak ada. Sebab,
hal itu akan membuat kita menyesali nasib dan tidak bersyukur atas karunia-Nya
(hlm. 87-89).<span> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #674ea7;">Ujian
kehidupan Umi Salimah semakin terasa ketika kedua anaknya meninggalkannya untuk
menuntut ilmu. Suaminya yang jarang berada di rumah menambah kesepiannya.
Namun, ia memasrahkan hidupnya pada kehendak Tuhan. Ia memang berusaha untuk
tidak terikat dunia. Meskipun begitu, sebagai seorang ibu, kerinduannya kepada
anak-anaknya tetap bersemayam. Waktu yang akhirnya memberikan pemahaman kepada
dirinya bahwa rindu kepada suami dan anak-anaknya tidak boleh melebihi
kerinduannya kepada Tuhan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #674ea7;">Tuhan sebenarnya yang layak dirindu.
Waktu Maghrib pun menjadi ruang bagi Umi Salimah menakar kedekatannya terhadap
Sang Pencipta. Ketika malam tiba dan mata terlelap, ruh kita mengembara. Apakah
ruh itu hinggap kembali ke jasad kita ataukah kembali menuju-Nya? Kita takkan
tahu. Novel ini bisa menjadi perenungan jiwa kita untuk hanya menempatkan dunia
di tangan, bukan di hati kita. Inspiratif sebagai renungan jiwa kita.</span></div>
<span style="color: #674ea7;">
</span><div class="yiv7453228476MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="color: #674ea7;"><b>Hendra Sugiantoro</b></span></div>
<span style="color: #674ea7;">
</span><div class="yiv7453228476MsoNormal" id="yui_3_7_2_1_1371682885837_10945" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="color: #674ea7;"><b>Pegiat Pena Profetik</b></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-5628727530167996792013-06-19T16:05:00.000-07:002013-06-19T16:05:05.199-07:00Pilgub Jateng, Demokrasi atau Golputkrasi?<div style="text-align: justify;">
<span style="color: orange;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: orange;"><b>Dimuat di Opini KORAN SINDO DIY-JATENG, Rabu, 20 Maret 2013</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: lime;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: lime;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_6286"></span>Dalam<b> </b>pemilihan gubernur-wakil gubernur Jawa Tengah 26 Mei
2013—selanjutnya Pilgub Jateng 2013—, masyarakat golongan putih (golput) alias
tidak turut memilih di bilik suara dimunginkan terjadi. Bahkan, angka potensial
golput bisa saja di luar batas toleransi. <span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_6285" lang="FI">Pada Pilgub Jateng sebelumnya, angka golput sekitar 40% lebih. Itu
mengungguli prosentase suara pasangan Bibit Waluyo-Rustriningsih. </span>Jika
tak disikapi secara cerdas dan bijak, angka golput pada Pilgub tahun ini
dimungkinkan mencapai separuh dari masyarakat yang memiliki hak pilih.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: lime;">Melihat ke belakang, fenomena golput di Indonesia sebenarnya tak hanya
terjadi di era reformasi saat ini. Di zaman Orde Baru, golput malah menjadi
sebuah gerakan perlawanan terhadap tatanan pemerintahan yang berkuasa. Kelompok
masyarakat yang dikenal kritis pada saat itu memengaruhi masyarakat agar tak
bersedia berpartisipasi dalam pemilihan umum. Adanya fenomena golput itu sering
kali dipahami sebagai “hak di dalam hak”. Artinya, hak untuk memilih dimiliki
masyarakat, tetapi masyarakat juga memiliki hak untuk tak memilih. <span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_6287" lang="FI">Meskipun terkesan ambigu, pernyataan
seperti itu dibenarkan sebagian kalangan tertentu. </span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_6289" lang="SV">Menurut kalangan ini, demokrasi yang identik
dengan kebebasan tak bisa melarang masyarakat untuk golput. Pertanyaannya,
benarkah golput harus dimaklumi atas nama demokrasi sekalipun?</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: lime;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_6289" lang="SV"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: lime;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_6289" lang="SV">Siapa
pun tentu mengerti bahwa demokrasi menghendaki kedaulatan berada di tangan
rakyat. </span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_6291" lang="FI">Melalui ajang
pilkada/pemilu, rakyat mendapatkan kesempatan untuk mengartikulasikan
kedaulatannya. Maka, tak terlalu salah jika dikatakan bahwa maraknya golput
dengan sendirinya mengurangi legitimasi dari calon yang terpilih. Tingginya
angka golput hampir terjadi di sebagian besar daerah di Indonesia. Demokrasi
yang identik dengan kedaulatan rakyat mengalami mati muda dengan tingginya
angka golput. Maraknya golput menciptakan kedaulatan golput (golputkrasi).</span><span lang="FI"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: lime;"><span lang="FI">Dalam
hal ini, demokrasi yang memberikan kebebasan tetap perlu diberi batas tegas. </span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_6292" lang="SV">Jika golput dikatakan bagian dari
demokrasi, apakah kita berani mengosongkan pemerintahan karena suara masyarakat
sebagai pemilik kedaulatan mengalahkan pasangan calon yang berkompetisi? Jika
tidak berani, lantas apa makna kedaulatan di tangan rakyat? Apa makna dari
demokrasi sendiri?</span><span lang="SV"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: lime;"><span lang="SV">Yang jelas, Pilgub Jateng 2013
merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. </span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_6294" lang="FI">Sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat,
pastisipasi aktif politik masyarakat Jateng tentu saja harus diupayakan
maksimal. Dengan kata lain, demokrasi tidak serta-merta membebaskan masyarakat
untuk “cuci tangan” dalam perhelatan Pilgub Jateng 2013 yang sesungguhnya
merupakan—salah satu—sarana pelaksanaan kedaulatannya. Jika pun ada kebebasan,
kebebasan itu adalah kebebasan masyarakat dalam menentukan pilihan tanpa
tekanan dan paksaan yang sifatnya materi atau nonmateri.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_6296" lang="FI"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: lime;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_6296" lang="FI">Maka itu, memobilisasi
masyarakat Jateng untuk menggunakan hak pilihnya merupakan tantangan
tersendiri. Memilih dalam Pilgub Jateng 2013 memang sebuah hak. Tetapi,
menciptakan pemerintahan yang <i>legitimate</i>,
berwibawa, dan profesional melalui Pilgub Jateng 2013 adalah sebuah kewajiban.
Dengan demikian, segenap pihak seharusnya memiliki satu misi “masyarakat Jateng
memilih tanpa golput”. Misi itulah yang setidaknya memacu tindakan segera untuk
mencegah banyaknya golput, baik yang disebabkan faktor teknis maupun nonteknis.
Yang bersifat teknis berupa tidak tertibnya data kependudukan yang kerap kali
menyebabkan sebagian masyarakat kehilangan hak pilihnya perlu segera disikapi.
Pun, sosialisasi setiap tahapan Pilgub Jateng 2013 perlu terus diintensifkan ke
masyarakat.</span><span lang="FI"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: lime;"><span lang="FI">Tidak kalah penting dari itu
adalah penyebab golput karena faktor nonteknis, yakni rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap parpol ataupun calon pemimpin untuk menciptakan perubahan. </span><span lang="SV">Harus diakui jika perilaku parpol dan
elite politik yang tampak mengabaikan etika politik menjadi titik pangkal
apatisme masyarakat. Entah disadari atau tidak, parpol yang seharusnya menjadi
institusi penegak demokrasi justru mematikan demokrasi itu sendiri karena
cenderung pragmatis memaknai kekuasaan. Kalau mau berbicara lebih jauh,
demokrasi di negeri ini malah mengalami “kematian kuadrat”. </span><span lang="FI">Di satu sisi, demokrasi mati karena
masyarakat minim memberikan kedaulatannya kepada pemerintahan yang dipilih
melalui ajang pemilihan. Di sisi lain, demokrasi mati karena parpol mengabaikan
rakyat sebagai pemegang kedaulatan setelah pemerintahan berjalan. </span><span lang="SV">Untuk itu, maraknya golput harus dijadikan
‘tamparan” bagi parpol dan elite politik untuk kemudian menegakkan etika
politik yang bertujuan mewujudkan kebaikan masyarakat.</span><span lang="FI"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: lime;"><span lang="FI">Pungkasnya, siapa pun berharap
agar tidak terjadi golputkrasi akibat demokrasi kehilangan maknanya dengan
minimnya pengejawantahan kedaulatan rakyat? Pilgub Jateng 2013 semoga menjadi
caontoh apik terkait partisipasi politik aktif masyarakat. <i>Wallahu a’lam</i>.</span></span></div>
<span style="color: lime;">
</span><div class="yiv9335496408MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="color: lime;"><b>HENDRA
SUGIANTORO</b></span></div>
<span style="color: lime;">
</span><div class="yiv9335496408MsoNormal" id="yui_3_7_2_1_1371682885837_6304" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="color: lime;"><b>Pemerhati
sosial politik</b></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-13572727606078960732013-06-19T16:00:00.000-07:002013-06-19T16:14:50.461-07:00Petuah Perbaiki Nasib Hidup<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #c27ba0;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #c27ba0;"><b>Dimuat di Resensi Buku JATENG POS, Minggu, 17 Maret 2013<span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17187" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #c27ba0;"><b><span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17187" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="color: #38761d;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-UxKAD75q5cs/UcI7NXGwfnI/AAAAAAAABxc/rYdff7hexbM/s1600/cover+buku--Buat+Nasib+Menuruti+Kehendakmu.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-UxKAD75q5cs/UcI7NXGwfnI/AAAAAAAABxc/rYdff7hexbM/s320/cover+buku--Buat+Nasib+Menuruti+Kehendakmu.jpg" width="220" /></a></span></span> </span></span></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #38761d;"><b id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17188"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17187" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul
Buku<span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17193"></span>:</span></b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
Buat Nasib Menuruti Kehendakmu</span><b id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17185"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17184" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Penulis:</span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17181" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Ust. Yazid
al-Busthomi, Lc.</span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Penerbit:</span></b><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17179" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Najah (DIVA
Press Group), Yogyakarta</span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Cetakan:</span></b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> I, Desember
2012</span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tebal:</span></b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
200 halaman</span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ISBN:</span></b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
978-602-7723-17-7</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17198" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17198" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17198" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17198" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #38761d;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17198" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Membaca
judul buku ini, kita mungkin bertanya, bisakah kita mengubah nasib menuruti
kehendak kita? Bukankah kita hidup berdasarkan kehendak Tuhan? Pertanyaan itu
sedikit banyak akan terjawab dalam buku ini. Satu yang menjadi titik pijak kita
adalah firman Allah Swt, <i id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17199">“Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri.”</i>(Qs. Ar-Ra’d: 11). Suatu kaum dalam ayat itu
bisa pula ditujukan kepada setiap diri kita.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17200" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17200" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17200" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17200" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #38761d;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17200" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berbicara
tentang keadaan kita berkaitan dengan nasib baik tentu diperlukan refleksi
diri. Keadaan itu bisa menyangkut apapun, misalnya persepsi kita terhadap
kehidupan. Disadari atau tidak, nasib kita yang tak kunjung baik disebabkan
persepsi buruk kita terhadap kehidupan, bahkan terhadap diri kita. Sebut saja
ucapan, <i>“Nasib saya kok sial terus sih?”</i>,
“<i>Namanya juga nasib, walaupun susah ya
tetap harus diterima.”</i>, <i>“Hari ini aku
kurang beruntung.”</i>, <i>“Hari ini aku
sial”</i>, <i id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17202">“Kalau nasibnya susah terus,
walau sudah berusaha sampai jungkir balik ya ujung-ujungnya pasti tetap susah!”</i>,
<i>“Saya orang miskin tak punya pengetahuan,
mustahil bisa jadi orang kaya.”</i>, dan kalimat lain yang senada.</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17204" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"></span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17204" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #38761d;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17204" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Percaya atau tidak,
kalau kita kerap mengatakan itu, kemungkinan besar akan menjadi kenyataan. Nabi
Muhammad Saw. menganjurkan kepada kita untuk berkata baik atau diam.
Sesungguhnya setiap ucapan adalah sebentuk doa. Maka, kita perlu mengucapkan
kata-kata positif. Kita berbaik sangka terhadap Tuhan dan kehidupan. Kita
hendaknya berpikir positif (hlm. 23-34). Faktor lain yang membuat nasib tak
kunjung baik adalah keridhaan orangtua. Kita bisa terhalang meraih kesuksesan,
apabila orangtua belum ridha. Doa orangtua itu paling mustajab. Berbuat baik
dan berbakti kepada orangtua, terutama kepada ibu kita, adalah satu cara untuk
menyegerakan nasib menuruti kehendak kita (hlm. 38-53).</span><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17206" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #38761d;"><span id="yui_3_7_2_1_1371682885837_17206" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tak
kalah penting dari itu, agar nasib baik menghampiri kita, kita seyogianya tak
alpa memantapkan keimanan. Percaya bahwa Tuhan Maha Segalanya. Nasib baik meniscayakan
kekuatan dan pertolongan Tuhan. Sesungguhnya, untuk menerima karunia-Nya, kita
perlu berupaya memantaskan diri di hadapan-Nya. Maka, kedekatan dengan Tuhan
Semesta Alam perlu terjalin (hlm. 55-83). Faktor lain yang memuluskan jalan kita
mendapatkan nasib baik adalah kesukaan memberi. Lewat buku ini, kita<span> </span>diajak mengaca diri, apakah selama ini lebih
suka menjadi “tangan di atas” atau “tangan di bawah”? Banyak di antara kita
yang ternyata berat untuk berbagi kepada sesama. Kita tak mau kehilangan apa
yang kita miliki. Kita takut harta kita berkurang. Padahal, apabila kita mau
menjadi “tangan di atas”, hidup kita akan berkelimpahan. Urusan membuat nasib
menuruti kehendak kita pun akan jauh lebih mudah (hlm. 85-92).</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #38761d;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebagaimana diterangkan
dalam buku-buku motivasi dan pengembangan diri, tindakan <i>(action)</i> tak lupa diutarakan penulis buku ini. Kita memang bisa
benar-benar memperbaiki nasib apabila kita benar-benar bertindak. Namun,
tindakan harus diawali dengan niat yang baik, dilakukan dengan cara baik, dan
bertujuan baik. Pasalnya, nasib baik juga perlu keberkahan. Soal keberkahan
ini, penulis buku memberikan tekanan. Dengan keberkahan, rezeki akan datang tak
terkira. Kita seyogianya juga menanamkan rasa syukur dalam kondisi kehidupan
apapun. Syukur adalah salah satu cara menambah nikmat yang telah dijanjikan
Tuhan (hlm. 152-160).</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #38761d;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Selain di atas, masih
banyak petuah yang diutarakan penulis buku ini. Ketenangan jiwa diperlukan ketika
membaca buku ini, sehingga kita bisa memetik nilai-nilai positif di dalamnya.
Ditulis dengan lugas dan komunikatif, buku ini menghadirkan inspirasi,
motivasi, dan spirit bagi kita menggapai nasib baik dalam kehidupan. Begitu.</span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(Hendra
Sugiantoro</span></b> )</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-53603079245680525242013-06-19T15:55:00.000-07:002013-06-24T16:23:36.835-07:00Guru Kunci Sukses Pendidikan<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="color: purple;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO<br />Dimuat di Pustaka SKH KEDAULATAN RAKYAT, Minggu, 10 Maret 2013<span style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></span></b></span><br /><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-jrt0ZIoVnbg/UcjU5AidMWI/AAAAAAAAB1E/0tx9F2_hX4U/s1600/cover+buku.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-jrt0ZIoVnbg/UcjU5AidMWI/AAAAAAAAB1E/0tx9F2_hX4U/s320/cover+buku.jpg" width="223" /></a></div>
</span></b><br /><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul
Buku:</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Guru:
Kunci Pendidikan Nasional </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penulis:</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><br /><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">Penulis:</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"> <span style="mso-bidi-font-weight: bold;"><a href="http://www.leutikaprio.com/penulis/12094580/prof_dr_buchory_ms_mpd" title="Buka detail: Prof. Dr. Buchory, M.S., M.Pd."><span style="text-decoration: none;">Prof. Dr. Buchory, M.S., M.Pd.</span></a></span></span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-weight: bold;"> </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penerbit:</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">LeutikaPrio, Yogyakarta <b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Cetakan</b></span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>:</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">I</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">, 2012</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tebal:</span></b><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">253 </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">halaman<span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Dunia pendidikan tak terlepas dari
sosok guru. Peran dan fungsi guru amat sangat penting. Guru tak sekadar
mengajar ketika berada di kelas, namun juga membimbing, mendidik, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">. Bayangkan terkait tugas-tugas itu. Tak mungkin peserta didik hanya
diberi materi pelajaran tanpa upaya guru menilai dan mengevaluasi. Proses
pendidikan perlu terarah, terukur, dan bertujuan jelas.<span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> </span><br /><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Di sisi lain, guru juga perlu
mendidik. Keteladanan dan penanaman nilai-nilai menjadi unsur penting agar
peserta didik tumbuh dengan kepribadian dan karakter yang baik. Bayangkan pula
betapa tak ringannya tugas tersebut. Seberat apapun tugas guru, guru tetap
dituntut totalitasnya demi berjalan lancarnya penyelenggaraan pendidikan
formal. Buku ini menarik untuk disimak dengan garis-garis besar terfokus pada
guru. Tak sekadar pemahaman, tetapi juga penyadaran bagi guru sendiri maupun
sivitas pendidikan lainnya bahwa guru harus benar-benar optimal dan maksimal
bekerja.Kalau
pada tahun 2013, rencananya akan dilakukan modifikasi kurikulum, ingat pula
pernyataan Fuad Hasan. Mantan Mendikbud RI itu berkata, </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Sebaik apapun
kurikulum jika tidak didukung guru yang berkualitas maka semua akan sia-sia</span></i><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">”.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;"> Jadi, benar pemaparan penulis buku ini bahwa guru
berperan strategis. Bukan hanya demi keberhasilan proses pendidikan di sekolah,
tetapi juga pendidikan dalam skala nasional. Pengembangan kualitas guru niscaya
diperhatikan Guru pun harus termotivasi meningkatkan kapasitas dirinya.</span> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br />D<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">ilengkapi dengan Peraturan
Pemerintah No. 74/2008 Tentang Guru, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">buku ini menjadi
referensi penting bagi mahasiswa calon guru, para guru, para tenaga
kependidikan, para pemerhati pendidikan, dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">stakeholders</i> pendidikan, serta siapa saja yang </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">peduli </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">terhadap upaya
pengembangan kualitas </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">guru.(</span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">HENDRA SUGIANTORO</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">).</span></b><br />
</span></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6334174831507137591.post-9373519234579271502013-06-19T15:51:00.002-07:002013-06-19T15:53:07.398-07:00Mengenal Lebih Dekat Dunia Pewayangan <div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><b>Oleh: HENDRA SUGIANTORO</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: purple;"><b>Dimuat di Resensi Buku JATENG POS, Minggu, 10 Maret 2013</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="color: blue;"><b><a href="http://2.bp.blogspot.com/-WeCnlQrUcCk/UcI1pwXEIfI/AAAAAAAABxA/j5ELIuWBcMQ/s1600/cover+buku+Atlas+Tokoh-Tokoh+Wayang.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-WeCnlQrUcCk/UcI1pwXEIfI/AAAAAAAABxA/j5ELIuWBcMQ/s320/cover+buku+Atlas+Tokoh-Tokoh+Wayang.jpg" width="222" /></a></b></span></div>
<div id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12846" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><span style="color: #674ea7;"><b><span id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12871" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Judul </span><span id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12870" lang="IN" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Buku</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">: </span></b></span><span style="font-size: 12.0pt; font-weight: normal; line-height: 150%;">Atlas
Tokoh-Tokoh Wayang</span><b> <span style="color: #3d85c6;">Penulis</span></b><span style="color: #3d85c6;"><b>:</b></span> Rizem Aizid<b><span lang="IN"> <span style="color: #3d85c6;">P</span></span><span style="color: #3d85c6;">enerbit</span></b><span style="color: #3d85c6;"><b>:</b></span>
DIVA Press<span id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12866" lang="IN">, Yogyakarta</span><b> <span style="color: #3d85c6;">Tahun</span></b><b><span style="color: #3d85c6;">:</span> </b>I, 2012<span style="color: #3d85c6;"><b> Tebal</b><b>:</b></span> 352 halaman<b> <span style="color: #3d85c6;">ISBN:</span></b> 978-602-191-250-8</span></div>
<div id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12846" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12846" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Beberapa waktu silam, karena diucapkan oleh seorang politisi teras di
negeri ini, nama Sengkuni sempat muncul di ranah publik. Jagat politik
ditengarai ada sosok seperti Sengkuni. Bagi yang akrab dengan kisah wayang,
nama tersebut tentutak asing lagi. Sengkuni dikenal sebagai sosok yang getol usil
dan menghasut. Rasa permusuhan Kurawa terhadap Pandawa sedikit banyak berkat
ulahnya.</span></div>
<div id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12846" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12846" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kisah Sengkuni dapat disimak dalam
kitab Mahabharata. Kita pun bisa menyimaknya lewat pergelaran wayang. Mungkin
kita akan bertanya, apa itu wayang? Bagaimana sejarah wayang? Apa saja
jenis-jenis wayang? Apa maksud istilah-istilah dalam pewayangan? Seperti apakah
silsilah dalam pewayangan? Buku ini bisa dijadikan referensi untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Jadi, tak hanya mengenalkan tokoh-tokoh wayang. Karena ada
kecenderungan generasi saat ini buta dengan dunia pewayangan, buku ini pun
ditulis dengan bahasa yang ringan dan tidak rumit, sehingga mudah dipahami dan
dipetik nilai-nilainya.</span></div>
<div id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12846" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12846" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Tentu, sebagai kesenian dan budaya
tradisional Indonesia, eksistensi wayang perlu diapresiasi. UNESCO menetapkan
bahwa wayang Indonesia sebagai warisan budaya nonbenda<i id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12876"> (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity)</i> yang
perlu dilestarikan. Memang terjadi beda pendapat terkait asal mula wayang. Ada
yang mengatakan dari Pulau Jawa, ada yang berpendapat dari India. Wayang bukan
dari India sebenarnya tak hanya pendapat sebagian besar peneliti Indonesia,
tetapi juga akademisi Barat, seperti Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt.
Alasannya, seni wayang erat dengan kondisi sosiokultural dan religi bangsa
Indonesia. Punakawan, yakni Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong, hanya ada di
Indonesia. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan berasal dari bahasa
Jawa Kuno (hlm. 22-23).</span></div>
<div id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12846" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12846" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pada umumnya, cerita dalam pewayangan terkait dengan kisah Mahabharata
dan Ramayana. Namun demikian, dua kisah dari India itu memiliki versi berbeda
di negeri ini. Artinya, kisah dalam pewayangan
mengadopsi kisah-kisah dari India itu. Tak hanya menerjemahkannya ke bahasa
Jawa Kuno, para pujangga Jawa juga mengubah dan menceritakannya kembali dengan
memasukkan falsafah Jawa di dalamnya. Sebut saja <i>Kanwa Arjunawiwaha</i>, gubahan kitab Mahabharata. Gubahan lain yang
lebih nyata bedanya dengan cerita asli versi India adalah <i>Bharatayuda Kakawin</i> karya Empu Sedah dan Empu Panuluh (hlm. 24).</span></div>
<div id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12846" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12846" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Di tengah-tengah masyarakat Indonesia, wayang pun beragam jenisnya. Ada wayang
purwa, wayang madya, wayang klitik, wayang beber, wayang gedog, wayang golek,
wayang suluh, wayang titi, wayang wahyu, wayang orang, wayang suket, dan wayang
Pancasila (halaman 36-47). Sebagaimana umumnya dalam dunia keluarga, silsilah
juga berlaku dalam dunia pewayangan. Ada keluarga besar Kurawa yang menggunakan
nama leluhurnya. Kurawa artinya keturunan Raja Kuru. Ada keluarga besar Pandawa
atau Bharata Pandawa. Bharata adalah nama leluhur Pandawa. Ada juga keluarga
Tembahan, keluarga Mahespati, keluarga Ayodya, dan keluarga Astina
(Mahabharata). Di negeri ini, silsilah keluarga Astina, keluarga Kurawa, dan
keluarga Pandawa memiliki versi berbeda dengan versi India (hlm. 52-61).</span></div>
<div id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12846" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12846" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Lewat buku ini, kita pun diajak
mengenal sosok, sifat, dan karakter dari tokoh dewa-dewi wayang, seperti Batara
Brahma, Batara Wisnu, Batara Antaboga (Togog), Batara Ismaya (Semar), Batara
Guru, Batara Bayu, Batara Ganesha, Batara Kala, Batara Kresna, Batara Surya,
Batari Durga, dan lainnya. Dijelaskan pula sifat dan karakter dari tokoh-tokoh
Ramayana dan Lokapala serta Mahabharata. Tak ada sifat dan karakter dari tokoh-tokoh
wayang yang benar-benar sempurna. Sebagaimana manusia di dunia, unsur kebaikan
dan kejahatan selalu ada. Yang penting, unsur kebaikan selayaknya didorong
untuk dominan demi kemuliaan manusia.</span></div>
<div id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12846" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12846" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dengan membaca buku ini, kita setidaknya
tak gagap apabila ditanya anak-cucu kita tentang dunia pewayangan berikut
kisah-kisah di dalamnya. Wayang adalah khas Indonesia yang tetap eksis di
tengah laju zaman.</span></div>
<span style="color: blue;">
</span><br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b><span lang="IN">Hendra
Sugiantoro</span></b></span></div>
<span style="color: blue;">
</span><br />
<div id="yui_3_7_2_1_1371681436429_12887" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><b>Pegiat Pena Profetik</b><b><span lang="IN">, tinggal di Yogyakarta</span></b></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0