Palestina Berhak Merdeka

Bebas Bicara, Bernas Jogja, Kamis, 8 Januari 2009
SERANGAN tentara Israel ke wilayah Gaza, Palestina, belum berhenti sampai hari ini. Bahkan, serangan Israel juga dilakukan lewat jalur darat setelah sepekan dilakukan lewat udara. Selama lebih dari sepekan itu, sekitar 400 jiwa lebih merenggang nyawa dan ribuan jiwa lainnya mengalami luka-luka. Kejadian yang terjadi di Gaza tentu saja merupakan tragedi memilukan. Dari sekitar 400 jiwa lebih yang meninggal dunia itu ada sekitar lebih dari 100 anak yang gugur karena terpaan rudal dan tembakan Israel. Apa mau dikata, Israel seakan-akan sulit dikendalikan dan terus berulang-ulang melakukan tindakan brutal di wilayah Timur Tengah.
Menyikapi aksi Israel, berbagai pihak sebagaimana kita saksikan telah melontarkan hujatan dan kecaman. Dari pihak pemerintah Indonesia, tindakan Israel telah mendapatkan kecaman dan mengharapkan PPB memberikan sanksi tegas. Tak ketinggalan kalangan anggota DPR yang tergabung dalam Kaukus Palestina DPR juga mendesak pimpinan DPR untuk segera menggalang kekuatan di Inter-Parliamentary Union (IPU) agar mencoret keanggotaan Israel dari IPU. Hampir seluruh dunia pun menyuarakan nada mengecam dan mengutuk ulah Israel di wilayah Gaza. Namun anehnya, Israel seolah-olah tidak peduli dan justru tak menghentikan penyerangan ke wilayah Gaza. Di sisi lain, Amerika Serikat malah cenderung membela Israel sebagaimana dilakukan selama ini.

Pastinya, perhatian segenap pihak terkait kemelut di wilayah Gaza yang diciptakan Israel sangat dibutuhkan, baik dari masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia. Siapa pun berharap agar penyelesaian konflik Israel-Palestina yang ditempuh melalui jalur formal dapat terselenggara dengan baik. Lebih dari itu, resolusi yang mungkin akan dimunculkan mampu menciptakan keadilan khususnya bagi warga Palestina. Jika mau jujur berkata, sejatinya pihak Israel yang banyak menciptakan penderitaan di negeri Palestina sejak berpuluh-puluh tahun lalu sampai detik ini.
Berpikir jernih, klaim Israel bahwa serangannya untuk menghentikan tembakan roket pejuang Hamas juga mengada-ada. Terkait Hamas, kelompok itu sebenarnya tidak bisa disalahkan. Justru Hamas-lah yang konsisten berjuang mempertahankan tanah Palestina. Hamas terbentuk juga tidak terlepas dari aksi destruktif Israel yang sering menyerobot tanah Palestina dengan jalan kekerasan. Posisi Hamas hanya membela diri jika melancarkan serangan roket ke Israel. Israel boleh saja mengklaim tindakan militer ke wilayah Gaza untuk membalas serangan rudal Hamas, tapi dunia tidak bisa dibohongi bahwa Israel menjadikan klaim tersebut untuk melapangkan jalan membumihanguskan wilayah Gaza. Kita tentu ingat tragedi kemanusiaan yang menimpa Lebanon dua tahun lalu dimana pihak Israel menciptakan alasan bahwa kelompok Hizbullah telah menawan dua serdadunya. Dengan alasan yang sederhana itu, tentara Israel tanpa belas kasihan meluluhlantakan Lebanon dan menewaskan sekitar lebih dari 1.000 penduduk Lebanon.
Berbagai pihak memang dituntut jujur dalam menyaksikan tragedi kemanusiaan di Palestina dan wilayah Timur Tengah umumnya.
HENDRA SUGIANTORO
Pegiat Profetik Student Center UNY

Bergegaslah Selamatkan Gaza!

Surat Pembaca, Jurnal Nasional, Rabu, 7 Januari 2009
Penentangan atas serangan Israel ke wilayah Gaza terus berlanjut. Aksi-aksi demonstrasi kian meningkat intensitasnya seiring kian hebatnya serangan Israel yang terus menimbulkan kematian jiwa. Hingga hari ini tercatat lebih dari 400 orang yang gugur dan lebih dari 2000 orang mengalami luka-luka selama penyerangan Israel dilakukan. Pun, dua petinggi Hamas telah menjemput kematian, yakni Nizar Rayyan dan Abu Zakaria al-Jamal.
Tentu saja, apa yang kita saksikan di wilayah Gaza saat ini menimbulkan keprihatinan mendalam. Namun anehnya, dunia internasional hanya sekadar mengecam tanpa tindakan konkret menghentikan agresi Israel. Para pemimpin dunia hanya mengeluarkan retorika perdamaian dan sekadar berperang dengan kata-kata. Tak ada yang lebih baik yang ditunjukkan para pemimpin dunia melihat penderitaan warga Gaza yang terus-menerus dibombardir pihak militer Israel. Jelasnya, apa yang dilakukan para pemimpin dunia tak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan masyarakat yang menggelar demonstrasi. Jika para pemimpin dunia hanya berperang dengan kata-kata, lalu apa bedanya dengan masyarakat yang tak memiliki kendali kekuasaan?

Sesungguhnya tidaklah layak bagi para pemimpin dunia sekadar mengecam dan mengutuk karena para pemimpinlah yang memiliki kekuasaan. Dari kekuasaan itulah seharusnya melahirkan kekuatan untuk meredam dan membelenggu nafsu Israel agar tidak membumihanguskan wilayah Gaza. Jika mau berterus terang, para pemimpin dunia telah melakukan kezaliman tersendiri dengan tidak bergegas mengambil tindakan tegas terhadap Israel. Kezaliman yang telah dilakukan para pemimpin dunia telah membiarkan anak-anak dan perempuan harus merenggang nyawa.
Pastinya, siapapun tak pernah berpikir jika ada pembunuhan nyawa bisa dibiarkan berlarut-larut lebih dari sepekan. Nalar kemanusiaan kita jelas tak rela menyaksikan begitu banyak kematian jiwa yang bisa mencapai ratusan. Nurani kita tentu akan berontak dan berteriak: hentikan Israel! Ya, hentikan darah mengalir di wilayah Gaza! Hentikan setiap serangan yang mengakibatkan jiwa berguguran!
Bagi para pemimpin dunia terutama dunia Arab, dengarkanlah suara hati kalian. Begitu tegakah kalian mendiamkan tragedi memilukan di daerah dekat negaramu? Kalian memang bisa tidur di bangunan yang berdiri kokoh, tapi lihatlah penduduk di wilayah Gaza yang tidurpun tidak bisa nyenyak. Lihatlah mereka yang setiap saat merasakan ketakutan karena rudal-rudal Israel siap menghancurkan tempat tinggal dan membunuh mereka. Kalian memang bisa menyantap makanan lezat berkali-kali dalam sehari, tapi lihatlah penduduk di wilayah Gaza yang harus kelaparan. Anak-anak kalian memang bisa hidup dengan tenang, tapi lihatlah anak-anak di wilayah Gaza yang kini hampir tidak memiliki kepastian hidup di hari depan. Lihatlah mereka dan pedulilah!
Dengarkanlah wahai para pemimpin di dunia Arab, sesungguhnya kalian tak layak berpecah belah dan membiarkan penduduk di wilayah Gaza menderita. Pun, kalian perlu ketahui jika Umar bin Khaththab masih hidup, Umar takkan bisa tidur dan takkan menunda untuk menyelamatkan penduduk Gaza yang berada di ambang kehancuran. Wallahu a’lam.
HENDRA SUGIANTORO
pekerja media di Universitas Negeri Yogyakarta
Karangmalang Yogyakarta 55281