Keumalahayati, Sang Laksamana Laut

Surat Pembaca Lampung Post, Senin 28 Juni 2010
Dari sekian banyak sosok perempuan, mungkin ada yang lupa terhadap sosok perempuan yang satu ini: Keumalahayati. Perempuan kelahiran Aceh ini adalah seorang laksamana. Medan juang di laut telah menunjukkan kepiawaiannya. Konon, ia adalah pemimpin armada laut perempuan pertama di dunia. Suatu ketika ia memiliki armada perempuan yang dinamakan inong balee (ada yang menulis inong bale). Ia sempat memimpin dan melatih para perempuan janda yang suaminya gugur dalam medan perang untuk turut terjun di kancah perjuangan.

Dalam rubrik Tarikh Nanggroe, Tabloid Berita Mingguan Modus Aceh, Edisi 48 Tahun VI, Rabu, 25 Maret 2009, dikemukakan, “Keumalahayati diberi gelar laksamana (admiral) karena jasanya dalam mengawal kepentingan Aceh di lautan di masa pemerintahan Sultan Alaiddin Riayatsyah Al Mukammil (1589-1604) atau yang sering disebut Sultan Al Mukammil. Sebelum diangkat menjadi laksamana, Keumalahayati meniti karir sebagai komandan pasukan wanita dengan tugas sebagai pengawal istana sekaligus intelijen kerajaan dan tugas ini dijalankan dengan sukses. Karena keberhasilannya ini Sultan mempercayainya untuk mengemban tugas memimpin pasukan angkatan laut dengan pangkat laksamana. Tugas sebagai panglima angkatan laut bagi Keumalahayati bukan hal yang asing karena ayahnya sendiri, yang bernama Mahmud Syah, adalah seorang laksamana. Demikian juga kakeknya, Muhammad Said Syah, putera Sultan Salahuddin Syah yang memerintah pada tahun 1530-1539 M, adalah seorang laksamana laut yang gagah perkasa.”

Dari paparan di atas, fakta sejarah menjelaskan bahwa Keumalahayati mendapatkan gelar laksamana setelah melewati jenjang karir yang panjang. Dengan berbagai posisi yang diduduki, Keumalahayati dipastikan mengetahui seluk beluk dan perkembangan kerajaan. Entah seperti apa kemampuan perempuan ini, tugas sebagai intelijen kerajaan pun pernah dilakoninya.

Teuku H. Ainal Mardhiyah Aly dalam tulisan “Pergerakan Wanita di Aceh Masa Lampau Sampai Kini” pernah menuliskan, “Laksamana Malahayati seorang wanita yang telah berhasil menggagalkan percobaan pengacauan oleh Angkatan Laut Belanda di bawah pimpinan Croulis dan Frederich Houtman 1006 H (1599 M). Sering sekali Armada Inong Bale ikut bertempur di Selat Malaka dan pantai-pantai Sumatera Timur dan Melayu”(Ismail Suny ed., Bunga Rampai Tentang Aceh (Jakarta: Penerbit Bhratara Karya Aksara, 1980), hlm. 286). Dari kalimat tersebut, tertulis “...Angkatan Laut Belanda di bawah pimpinan Croulis..” Entah salah ketik atau pengucapan yang lain, Croulis yang dimaksud adalah Cornelis. Croulis dan Frederich Houtman adalah dua bersaudara (Cornelis De Houtman dan Frederich De Houtman).

Teuku H. Ainal Mardhiyah Aly melanjutkan, “Seorang pengarang wanita Belanda Marie Van Zuchtelen dalam bukunya “Vrouwelijke Admiral Malahayati” sangat memuji-muji Laksamana Malahayati dengan Armada Inong Bale yang terdiri dari 2.000 prajurit wanita yang gagah-gagah, yang tangkas dan berani. Ia sangat cerdik dan bijaksana dalam memimpin armadanya.”

Dari apa yang dipaparkan di atas hanyalah sepenggal dari kisah dan sepak terjang Keumalahayati. Tulisan ini tak seberapa dan semoga bisa melawan lupa. Di negeri ini pernah ada seorang perempuan yang menjadi pimpinan di laut: Laksamana Keumalahayati. Wallahu a’lam.

Hendra Sugiantoro
Koordinator Forum Indonesia
Karangmalang Yogyakarta 55281


http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2010062806433665