Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Resensi Buku Harian Jogja, Kamis 15 Oktober 2009
Judul Buku:Pendidikan di Mata Soekarno; Modernisasi Pendidikan Islam dalam Pemikiran Soekarno Penulis: Syamsul Kurniawan Penerbit: Ar-Ruzz Media, Yogyakarta Cetakan: I, Juli 2009 Tebal: 224 hlm
Nama Soekarno tidak hanya disegani di Indonesia, tapi juga di dunia. Sebagai pejuang kemerdekaan dan presiden pertama negeri ini, Soekarno sangat menentang setiap bentuk imperialisme dan neokolonialisme. Kiprah dan pemikiran Soekarno terekam dalam catatan-catatan sejarah. Telah banyak diterbitkan buku yang menceritakan perjuangan dan kehidupan Soekarno. Dari sekian banyak buku itu ternyata kurang menggali pemikiran Soekarno dalam aspek pendidikan. Buku “Pendidikan di Mata Soekarno; Modernisasi Pendidikan Islam dalam Pemikiran Soekarno” yang disusun Syamsul Kurniawan ini pastinya menjelaskan kenyataan jika Soekarno juga menaruh perhatian pada aspek pendidikan dan terutama pendidikan Islam.
Ketika Soekarno menaruh perhatian terhadap pendidikan Islam mungkin ada yang keheranan. Pasalnya, Soekarno selama ini tidak dikenal sebagai tokoh dan pemimpin muslim. Keheranan itu setidaknya perlu dihilangkan karena sebenarnya Soekarno juga mendalami Islam, bahkan pernah berkecimpung dalam salah satu organisasi sosial keagamaan terbesar di negeri ini. Bahkan, tokoh Islam dari luar Indonesia seperti Jamaluddin Al-Afghani diakui memberikan pengaruh pada pemikiran Soekarno.
Dikatakan penulis buku, pendidikan Islam menjadi salah satu perhatian Soekarno karena dapat dipakai sebagai sarana transformasi masyarakat muslim Indonesia. Dalam pandangan Soekarno, pendidikan Islam merupakan arena untuk mengasah akal, mempertajam akal, dan mengembangkan intelektualitas. Integrasi ilmu ditekankan Soekarno dimana pendidikan Islam tidak harus mendikotomikan ilmu agama dan ilmu umum. Esensi ilmu agama dan ilmu umum pada dasarnya tidak berbeda yang bertujuan mengabdi pada Tuhan sebagai jalan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ditelisik lebih mendalam, peran akal bagi Soekarno memiliki posisi penting dalam setiap langkah kehidupan manusia. Bagi Soekarno, hanya dengan cara tersebut kemajuan di bidang ilmu dan teknologi dapat diraih yang pada gilirannya membawa kebangkitan Islam. Soekarno menyebut bahwa ”motor” hakiki dari semua rethinking of Islam adalah kembalinya penghargaan terhadap akal. Soekarno menegaskan perlu difungsikannya akal agar umat Islam mampu bangkit dari keterlelapan. Umat Islam harus berani melepaskan diri dari ”penjara taqlid” dan memberanikan diri untuk menatap masa depan yang sarat dengan kompetisi dan kompleksitas kultur dan ilmu pengetahuan (hlm 26).
Pemikiran Soekarno terkait aspek pendidikan juga menyoroti posisi perempuan. Perempuan harus diberi hak yang sama dengan laki-laki untuk mampu memberdayakan diri dan berkontribusi bagi kehidupan. Soekarno menentang pendidikan Islam yang memarjinalkan kaum perempuan. Tak kalah menariknya, Soekarno membahas pentingnya guru dalam proses pendidikan. Menurut Soekarno, guru tidak sekadar ahli dalam bidangnya, tapi hendaknya mampu menjadi teladan. Soekarno pernah berkata, ”Hanya guru yang benar-benar Rasul Kebangunan dapat membawa anak ke dalam alam kebangunan. Hanya guru yang dadanya penuh dengan jiwa kebangunan dapat ”menuntun” kebangunan ke dalam jiwa anak...”.
Apa yang dipaparkan penulis buku yang mengupas pemikiran Soekarno terkait aspek pendidikan (Islam) tentunya menarik untuk disimak. Mungkin saja apa yang disuguhkan dalam buku ini menyimpan kekurangan, maka tak ada salahnya muncul buku-buku selanjutnya yang mengupas pemikiran Soekarno terkait pendidikan. Pun, tak ada salahnya muncul pula buku yang melakukan pendekatan kritis terhadap pemikiran pendidikan Soekarno untuk menambah dialektika pemikiran di bidang pendidikan.
HENDRA SUGIANTORO
Peresensi bergiat di Transform Institute Yogyakarta
Dimuat di Resensi Buku Harian Jogja, Kamis 15 Oktober 2009
Judul Buku:Pendidikan di Mata Soekarno; Modernisasi Pendidikan Islam dalam Pemikiran Soekarno Penulis: Syamsul Kurniawan Penerbit: Ar-Ruzz Media, Yogyakarta Cetakan: I, Juli 2009 Tebal: 224 hlm
Nama Soekarno tidak hanya disegani di Indonesia, tapi juga di dunia. Sebagai pejuang kemerdekaan dan presiden pertama negeri ini, Soekarno sangat menentang setiap bentuk imperialisme dan neokolonialisme. Kiprah dan pemikiran Soekarno terekam dalam catatan-catatan sejarah. Telah banyak diterbitkan buku yang menceritakan perjuangan dan kehidupan Soekarno. Dari sekian banyak buku itu ternyata kurang menggali pemikiran Soekarno dalam aspek pendidikan. Buku “Pendidikan di Mata Soekarno; Modernisasi Pendidikan Islam dalam Pemikiran Soekarno” yang disusun Syamsul Kurniawan ini pastinya menjelaskan kenyataan jika Soekarno juga menaruh perhatian pada aspek pendidikan dan terutama pendidikan Islam.
Ketika Soekarno menaruh perhatian terhadap pendidikan Islam mungkin ada yang keheranan. Pasalnya, Soekarno selama ini tidak dikenal sebagai tokoh dan pemimpin muslim. Keheranan itu setidaknya perlu dihilangkan karena sebenarnya Soekarno juga mendalami Islam, bahkan pernah berkecimpung dalam salah satu organisasi sosial keagamaan terbesar di negeri ini. Bahkan, tokoh Islam dari luar Indonesia seperti Jamaluddin Al-Afghani diakui memberikan pengaruh pada pemikiran Soekarno.
Dikatakan penulis buku, pendidikan Islam menjadi salah satu perhatian Soekarno karena dapat dipakai sebagai sarana transformasi masyarakat muslim Indonesia. Dalam pandangan Soekarno, pendidikan Islam merupakan arena untuk mengasah akal, mempertajam akal, dan mengembangkan intelektualitas. Integrasi ilmu ditekankan Soekarno dimana pendidikan Islam tidak harus mendikotomikan ilmu agama dan ilmu umum. Esensi ilmu agama dan ilmu umum pada dasarnya tidak berbeda yang bertujuan mengabdi pada Tuhan sebagai jalan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ditelisik lebih mendalam, peran akal bagi Soekarno memiliki posisi penting dalam setiap langkah kehidupan manusia. Bagi Soekarno, hanya dengan cara tersebut kemajuan di bidang ilmu dan teknologi dapat diraih yang pada gilirannya membawa kebangkitan Islam. Soekarno menyebut bahwa ”motor” hakiki dari semua rethinking of Islam adalah kembalinya penghargaan terhadap akal. Soekarno menegaskan perlu difungsikannya akal agar umat Islam mampu bangkit dari keterlelapan. Umat Islam harus berani melepaskan diri dari ”penjara taqlid” dan memberanikan diri untuk menatap masa depan yang sarat dengan kompetisi dan kompleksitas kultur dan ilmu pengetahuan (hlm 26).
Pemikiran Soekarno terkait aspek pendidikan juga menyoroti posisi perempuan. Perempuan harus diberi hak yang sama dengan laki-laki untuk mampu memberdayakan diri dan berkontribusi bagi kehidupan. Soekarno menentang pendidikan Islam yang memarjinalkan kaum perempuan. Tak kalah menariknya, Soekarno membahas pentingnya guru dalam proses pendidikan. Menurut Soekarno, guru tidak sekadar ahli dalam bidangnya, tapi hendaknya mampu menjadi teladan. Soekarno pernah berkata, ”Hanya guru yang benar-benar Rasul Kebangunan dapat membawa anak ke dalam alam kebangunan. Hanya guru yang dadanya penuh dengan jiwa kebangunan dapat ”menuntun” kebangunan ke dalam jiwa anak...”.
Apa yang dipaparkan penulis buku yang mengupas pemikiran Soekarno terkait aspek pendidikan (Islam) tentunya menarik untuk disimak. Mungkin saja apa yang disuguhkan dalam buku ini menyimpan kekurangan, maka tak ada salahnya muncul buku-buku selanjutnya yang mengupas pemikiran Soekarno terkait pendidikan. Pun, tak ada salahnya muncul pula buku yang melakukan pendekatan kritis terhadap pemikiran pendidikan Soekarno untuk menambah dialektika pemikiran di bidang pendidikan.
HENDRA SUGIANTORO
Peresensi bergiat di Transform Institute Yogyakarta