Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Surat Pembaca Suara Merdeka, Selasa 7 September 2010
Dimuat di Surat Pembaca Suara Merdeka, Selasa 7 September 2010
Kehadiran seorang ibu di rumah memiliki peran yang bermakna. Ibu hadir dengan kasih sayangnya bagi kehidupan keluarga. Ibu sebagai seorang perempuan telah berkontribusi penting bagi kelangsungan dan kelancaran ibadah puasa Ramadan yang kini tengah dijalankan.
Meskipun tak mutlak menjadi tugasnya, ibu tanpa lelah menghidangkan masakan sehingga anggota keluarga dapat menyantap sahur dan berbuka. Ibu yang harus rela bangun sebelum anggota keluarga lain untuk menyiapkan makan dan minum saat sahur. Saat menjelang berbuka, ibu telah bersiap-siap memasak sehingga makanan dan minuman tersaji. Jasa seorang ibu dalam rumah tangga tiada tara, pun saat bulan Ramadan.
Bagi kebanyakan masyarakat, tugas memasak dan menyiapkan makanan selalu identik dengan perempuan. Wanita senantiasa dipersepsikan sebagai ‘’tukang masak’’ sehingga anggota keluarga yang lain jarang peduli dengan kegiatan masak-memasak. Anggota keluarga yang laki-laki seolah tidak perlu memikirkan masakan dan hanya menunggu makanan terhidang.
Ketika dini hari, anggota keluarga yang laki-laki tahu-tahu sudah berhadapan dengan sajian makanan di meja makan. Begitu juga saat berbuka, sudah tersedia makanan dan minuman.
Pada titik ini, pemahamam peran masak-memasak hanya menjadi tugas perempuan (ibu) memang perlu dibenahi. Terlepas dari itu, ibu memang telah berperan luar biasa di bulan Ramadan ini. Dengan memasak, ibu pada dasarnya telah melakukan ibadah tersendiri. Terhadap peran di bulan Ramadan itu, sepantasnya kalau siapa pun tidak menutup mata. Dalam kondisi apa pun, kehadiran ibu dalam kehidupan keluarga memiliki kontribusi penting, sehingga sewajarnya bila semua menghormati. Terutama bagi anak, ibu telah melahirkan, menyusui, dan membesarkan. Jasa ibu tak mungkin dibalas oleh seorang anak.
Bertepatan dengan bulan Ramadan, kesadaran untuk memuliakan seorang ibu dalam kehidupan keluarga seyogianya bisa tumbuh. Ramadan harapannya bisa mendidik setiap anak memiliki karakter profetik, yakni berbakti kepada orang tua, terutama kepada ibu. Setiap apa yang dihidangkan ibu saat sahur dan berbuka puasa adalah setitik kasih sayang di antara berjuta kasih sayang ibu. Untuk itu, saatnya merasakan kasih sayang ibu untuk kemudian memuliakan dalam perjalanan kehidupan. Bahkan, ibulah yang harus ditemui pertama kali saat Idul Fitri nanti.
Hendra Sugiantoro
Aktivis Pena Profetik Yogyakarta
Karangmalang, Yogyakarta 55281
085228438047
Meskipun tak mutlak menjadi tugasnya, ibu tanpa lelah menghidangkan masakan sehingga anggota keluarga dapat menyantap sahur dan berbuka. Ibu yang harus rela bangun sebelum anggota keluarga lain untuk menyiapkan makan dan minum saat sahur. Saat menjelang berbuka, ibu telah bersiap-siap memasak sehingga makanan dan minuman tersaji. Jasa seorang ibu dalam rumah tangga tiada tara, pun saat bulan Ramadan.
Bagi kebanyakan masyarakat, tugas memasak dan menyiapkan makanan selalu identik dengan perempuan. Wanita senantiasa dipersepsikan sebagai ‘’tukang masak’’ sehingga anggota keluarga yang lain jarang peduli dengan kegiatan masak-memasak. Anggota keluarga yang laki-laki seolah tidak perlu memikirkan masakan dan hanya menunggu makanan terhidang.
Ketika dini hari, anggota keluarga yang laki-laki tahu-tahu sudah berhadapan dengan sajian makanan di meja makan. Begitu juga saat berbuka, sudah tersedia makanan dan minuman.
Pada titik ini, pemahamam peran masak-memasak hanya menjadi tugas perempuan (ibu) memang perlu dibenahi. Terlepas dari itu, ibu memang telah berperan luar biasa di bulan Ramadan ini. Dengan memasak, ibu pada dasarnya telah melakukan ibadah tersendiri. Terhadap peran di bulan Ramadan itu, sepantasnya kalau siapa pun tidak menutup mata. Dalam kondisi apa pun, kehadiran ibu dalam kehidupan keluarga memiliki kontribusi penting, sehingga sewajarnya bila semua menghormati. Terutama bagi anak, ibu telah melahirkan, menyusui, dan membesarkan. Jasa ibu tak mungkin dibalas oleh seorang anak.
Bertepatan dengan bulan Ramadan, kesadaran untuk memuliakan seorang ibu dalam kehidupan keluarga seyogianya bisa tumbuh. Ramadan harapannya bisa mendidik setiap anak memiliki karakter profetik, yakni berbakti kepada orang tua, terutama kepada ibu. Setiap apa yang dihidangkan ibu saat sahur dan berbuka puasa adalah setitik kasih sayang di antara berjuta kasih sayang ibu. Untuk itu, saatnya merasakan kasih sayang ibu untuk kemudian memuliakan dalam perjalanan kehidupan. Bahkan, ibulah yang harus ditemui pertama kali saat Idul Fitri nanti.
Hendra Sugiantoro
Aktivis Pena Profetik Yogyakarta
Karangmalang, Yogyakarta 55281
085228438047