Lindungi Anak dari Pornografi

Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Surat Pembaca Pontianak Post, Jum'at 30 Januari 2009

Memang tak bisa kita mungkiri jika perkembangan industri pornografi di negeri ini begitu pesat. Hampir setiap saat dijumpai tayangan-tayangan yang melakukan pengeksploitasian secara seksual. Pada titik ini, anak-anak kita ternyata belum mendapatkan perlindungan maksimal dari lingkungan sekitar. Anak-anak kita belum sepenuhnya bebas dari bahaya pornografi. Dari berbagai penelitian terkait media dan komunikasi publik, tayangan dan tontonan yang terus-menerus disaksikan dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku.

Maka, tak ada jalan lain kecuali kesadaran segenap pihak untuk melindungi anak-anak dari bahaya pornografi dan seks yang diumbar bebas. Orangtua perlu memantau perkembangan anak-anaknya dan menaruh perhatian seksama. Ada tanggung jawab orang tua yang tidak boleh dilalaikan untuk mendidik anak-anaknya agar mengetahui mana perilaku yang benar dan mana perilaku yang salah, mana perilaku yang susila dan mana yang asusila. Mengontrol tontonan layar kaca yang disaksikan anak juga perlu dilakukan. Tak sekadar itu, orang tua semestinya juga memberikan pemahaman terhadap anak, menjelaskan kepada anak setiap apa yang ditonton di layar kaca. Kasih sayang dan perhatian orang tua terhadap anak yang proporsional menjadi sebuah keniscayaan untuk mencegah anak dari perilaku menyimpang.
Di lain pihak, industri komunikasi dan media perlu segera sadar bahwa fungsi pers tidak sekadar mencari laba semata, tapi ada juga fungsi pendidikan dalam siaran dan penayangannya. Industri pers harus menyadari perannya untuk turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, mencerahkan pikiran dan perilaku anak-anak bangsa sebagai generasi masa depan. Tegasnya, kepedulian segenap pihak untuk melindungi anak dari terpaan pornografi perlu segera dilakukan. Pihak sekolah perlu menanamkan nilai-nilai moral dan kesusilaan terhadap peserta didik. Pendidikan agama yang diberikan di sekolah harapannya bisa menyentuh kesadaran peserta didik sehingga memiliki perilaku mulia dan cerdas dalam memfilter arus budaya yang tidak positif. Piranti moral perlu dimiliki anak sehingga dapat membedakan mana yang positif dan mana yang negatif.
Kini sudah saatnya kita melindungi anak-anak sebagai generasi masa depan bangsa dari pengaruh buruk pornografi. Tanggung jawab melindungi anak-anak berada di pundak orang tua, sekolah, masyarakat, pemerintah, dan institusi-institusi nonpemerintah yang memang peduli bahwa baik buruknya Indonesia ke depan ditentukan oleh generasi masa kini. Kita tentu saja tak ingin menyaksikan anak-anak kecil lebih suka gambar dan tayangan porno ketimbang melahap buku bacaan. Kita tak ingin anak-anak sekolah lupa menuntut ilmu dan memperkaya wawasan pengetahuan karena terlalu nyamannya berhubungan bebas antarlawan jenis. Kita tak ingin melihat ada anak-anak kita “porno-pornoan” di sembarang tempat dan di tempat-tempat gelap. Wallahu a’lam.
Hendra Sugiantoro
Aktivis Profetik Student Center
Universitas Negeri Yogyakarta

Perjuangan tanpa Israel di Tanah Palestina

Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Suara Pembaca Era Muslim, Jum'at 30 Januari 2009

Israel menghentikan serangannya di Jalur Gaza Palestina (Minggu, 18/1) lalu. Gencatan senjata sepihak dilakukan Israel saat mendekati hari pelantikan Presiden AS Barack Obama (Selasa, 20/1). Apa yang dilakukan Israel dengan mengumumkan gencatan senjata sepihak jelas wajar sebagai bentuk penghormatan terhadap sekutunya.
Sekitar 12 jam sejak pengumuman gencatan senjata sepihak oleh Israel, Hamas yang membaca situasi turut juga mengumumkan gencatan senjata. Lebih tegas lagi, Hamas mengajukan syarat agar pasukan militer Israel hengkang dari wilayah Jalur Gaza Palestina dengan batas waktu sepekan sejak gencatan senjata diumumkan. Apa yang dilakukan Hamas itu merupakan kecerdasan sekaligus menunjukkan kewibawaan dalam peperangan.

Dilihat sepintas, gencatan senjata yang diumumkan kedua belah pihak belum menandakan peperangan akan berakhir. Dengan kata lain, Israel masih dimungkinkan menyerang Jalur Gaza Palestina dan Hamas akan berjuang menjaga Jalur Gaza dari ancaman perang Israel. Asumsi peperangan belum akan berakhir tentu saja bisa dipahami karena gencatan senjata dalam perang tidak identik dengan penghentian perang secara permanen. Gencatan senjata hanyalah penghentian perang secara sementara dan sewaktu-waktu bisa timbul lagi akibat ”letupan” berbagai faktor penyebab perang.
Pun, pengalaman telah menjelaskan fakta tak usainya nafsu perang Israel. Siapa pun boleh saja mengapresiasi positif gencatan senjata di Jalur Gaza Palestina, namun Israel tetaplah Israel yang memiliki tujuan ”menghabisi” Palestina. Jika saat ini digelar pertemuan-pertemuan untuk menciptakan perdamaian, itupun hanya agenda yang cenderung memboroskan biaya. Tak ada hasil positif dari pertemuan-pertemuan selama ini yang katanya ingin menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Tabiat Israel pun tampak benderang sebagai negeri palsu yang suka melakukan pengkhianatan dan pelanggaran tidak hanya pada perjanjian-perjanjian, tapi juga norma-norma internasional.
Dalam hal ini, kita patut menyayangkan pertemuan-pertemuan yang biasa digelar untuk menyelesaikan permasalahan Palestina. Tak ada solusi yang benar-benar ingin menuntaskan permasalahan Palestina. Sebagaimana dikatakan di atas, pertemuan-pertemuan selama ini cenderung sekadar menghabiskan biaya tanpa hasil signifikan. Padahal jelas, solusi atas Palestina adalah melenyapkan Israel dari tanah Palestina atau bahasa halusnya meminta Israel meninggalkan negeri yang dijajahnya selama ini. Namun, solusi itu tak pernah dikemukakan dan tidak menjadi gagasan rasional para pimpinan yang menghadiri berbagai pertemuan.
Tentu saja, kita dituntut jernih memandang persoalan Palestina. Apa yang terjadi di Palestina adalah ulah Israel dengan Zionismenya yang berbuat kezaliman di tanah Palestina. Seperti di negeri kita, Belanda juga berbuat kezaliman terhadap tanah Indonesia selama 3,5 abad lebih. Atas kezaliman itu, pejuang-pejuang Indonesia berkehendak dan berjuang kuat untuk mengusir Belanda. Sebagaimana pejuang-pejuang Indonesia yang sekuat daya mengusir Belanda, pejuang-pejuang Palestina juga sekuat daya mengusir Israel dari tanah Palestina. Yang perlu diingat, perjuangan Indonesia tidak sekadar berhadapan dengan penjajah Belanda, tapi juga berhadapan dengan warga Indonesia. Tak dimungkiri jika ada sebagian warga Indonesia yang berkhianat dan lebih memihak ke Belanda pada zaman penjajahan. Seperti itulah yang terjadi di Palestina dimana ada pihak yang tulus berjuang dan ada juga pihak yang malah pro terhadap penjajah Israel. Pihak yang pro-penjajah biasanya selalu saja mengikuti otak dari penjajah meskipun harus melukai bangsanya sendiri.
Yang jelas, alangkah aneh ada pihak di Palestina yang justru ”welcome” dengan Israel yang nyata-nyata telah menginjak-injak tanah Palestina. Pejuang-pejuang Indonesia pun pasti tidak akan menerima jika tanah Surabaya, misalnya, masih diduduki kaum penjajah. Surabaya adalah tanah Indonesia yang tentu saja harus dibebaskan dari pendudukan dan penjajahan. Mana mungkin para pejuang Indonesia bisa tidur tenang jika sebagian wilayah Indonesia masih diduduki kaum penjajah meskipun sebagian wilayah lainnya merdeka. Begitu pun pejuang-pejuang Palestina pasti akan berbuat sebagaimana pejuang-pejuang Indonesia bahwa kemerdekaan adalah pembebasan seluruh tanah dari pendudukan dan penjajahan. Tanah Palestina tidak hanya Jalur Gaza dan Tepi Barat. Masih luas tanah Palestina yang diduduki Israel yang ingin dibebaskan pejuang-pejuang Palestina. Bukankah aneh jika ada pihak di Palestina yang merasa nyaman bersanding dengan pihak Israel padahal Yerusalem tak lagi sepenuhnya dalam genggaman? Bukankah aneh jika ada pihak di Palestina yang bisa nyenyak memejamkan mata dan bercengkerama ria dengan Israel padahal kaki-kaki Israel masih menginjak-injak Masjid Al-Aqsha yang merupakan wilayah Palestina? Bukankah aneh jika ada pihak di Palestina yang bisa tetap tenang meskipun tanah di Palestina menyusut dicaplok Israel?
Sebagaimana pejuang-pejuang Indonesia, pejuang-pejuang Palestina akan berjuang membebaskan tanah Palestina dari pendudukan dan penjajahan. Jika sebuah kemerdekaan diraih dengan pemberian kaum penjajah, itu jelas pandangan menyesatkan. Pejuang-pejuang Palestina menyadari bahwa kemerdekaan dicapai melalui pengorbanan dan perjuangan sekaligus pertolongan Allah SWT, bukan pemberian cuma-cuma Israel.
Kita tentu ingat orasi Bung Tomo pada 10 November 1945, ”...Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap, Merdeka atau Mati. Dan kita yakin, Saudara-saudara. Akhirnya, pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita. Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar...”
Ya, kemenangan akan jatuh di tangan pejuang-pejuang Palestina yang menyerahkan totalitas hidupnya hanya untuk Allah SWT dengan mengusir Israel dari tanah Palestina. Adapun Zionis Israel adalah batil dan kebatilan akan lenyap. Allahu Akbar!!!
HENDRA SUGIANTORO
Pekerja media di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

Masjid Al-Aqsha

Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Fadhilah Jum'at Bernas Jogja, Jum'at 30 Januari 2009

Saat ini tengah berkecamuk serangan Israel di Jalur Gaza. Tercatat sudah lebih dari 900 jiwa yang telah meninggal dunia dan ribuan lainnya mengalami luka-luka akibat bombardemen militer Israel. Peristiwa memilukan yang terjadi di Jalur Gaza itu tentu mengundang kesedihan kita. Pada dasarnya, kesedihan yang kita rasakan tidak hanya terkait dengan agresi militer Israel di Jalur Gaza , tapi juga terkait wilayah Palestina keseluruhan. Sebagaimana kita saksikan, negeri Palestina masih terjajah dan belum merdeka dalam arti sebenarnya. Tangan-tangan Zionis Israel masih menduduki sebagian besar wilayah Palestina, termasuk Masjid Al-Aqsha.
Dalam Al-Qur’an, Masjid al-Aqsha disebutkan sebagai tempat isra’ Nabi Muhammad SAW sebelum menuju Sidratul Muntaha, “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjidil Haram ke al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar, lagi Maha Melihat.” (Qs. Al-Isra’: 1). Surat yang diawali dengan kalimat subhaanal-ladzii asraa hanya terdapat dalam surat Al-Isra’ ini yang menunjukkan mulia dan sucinya kedudukan Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha. Tak ada bedanya kehormatan Masjidil Aqsha sebagai kiblat pertama umat Islam dan Masjidil Haram yang merupakan kiblat selamanya bagi umat muslim (Mufti Besar Palestina, Dr Ikrimah Shabri:2008).

Seperti disebutkan di atas, umat Islam pernah menjadikan Masjid al-Aqsha sebagai kiblat pertama sebelum diperintahkan menghadap Masjidil Haram di Mekkah. Umat Islam melaksanakan shalat menghadap Masjid al-Aqsha kira-kira selama 16 bulan dan kemudian turun ayat yang lengkapnya berbunyi, “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (Qs. Al-Baqarah :144).
Masjid al-Aqsha memang menjadi salah satu tempat suci bagi umat Islam seluruh dunia. Dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari, Abu Hurairah ra mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidak boleh dilakukan perjalanan (untuk mencari berkah) kecuali ke tiga masjid yaitu Masjidil-Haram (di Mekah), Masjid Nabawi (di Madinah), dan Masjidil-Aqsha (di Palestina).” Pahala yang didapatkan jika melaksanakan shalat di Masjidil Aqsha ini berlipat-lipat lebih besar dibandingkan melaksanakan shalat di masjid biasa. Rasulullah SAW bersabda, “Shalat di Masjid al-Haram sama dengan 100.000 shalat di masjid lainnya, dan shalat di masjidku (masjid Nabawi) sama dengan 1000 shalat di masjid lainnya dan shalat di Masjid al-Aqsha sama dengan 500 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ath-Thabrani).
Keutamaan Masjid al-Aqsha pernah disampaikan Rasulullah kepada Abu Dzar ra. Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, masjid manakah yang pertama kali dibangun?”, Rasulullah SAW menjawab, “Masjidil Haram.” Abu Dzar bertanya lagi, “Kemudian (masjid) mana?”, “Kemudian Masjidil Aqsha,” jawab Rasulullah SAW. “Berapa jarak antara keduanya?” tanya Abu Dzar lebih lanjut. Rasulullah pun menjawab, “Empat puluh tahun. Kapan saja engkau mendapati masjid tersebut (Masjid al-Aqsha), maka shalatlah di dalamnya karena di sana ada keutamaan yang Allah janjikan.” (HR. Bukhari).
Sebagai salah satu tempat suci, keberadaan Masjid al-Aqsha memang memiliki nilai penting. Rasulullah SAW pun menegaskan kedudukan Masjid al-Aqsha dalam beberapa hadits yang dipaparkan di atas. Pada 21 Agustus 1969, Masjid al-Aqsha pernah dibakar oleh Zionis Israel , namun tetap dapat dipertahankan sehingga tidak melalap keseluruhan dari bangunan Masjid al-Aqsha. Sampai kini Masjid al-Aqsha belum sepenuhnya terlepas dari tangan-tangan jahil Zionis Israel yang ingin merobohkan dan meruntuhkan salah satu dari tiga masjid suci umat Islam itu. Perjuangan mempertahankan keberadaan Masjid al-Aqsha terus-menerus dilakukan umat Islam di Palestina secara mati-matian. Tentu saja, perjuangan membela dan mempertahankan Masjid al-Aqsha juga menjadi tanggung jawab dan kewajiban umat Islam seluruh dunia. Wallahu a’lam.
HENDRA SUGIANTORO
Pegiat Profetik Student Center Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)