Bekerja Memberdayakan Ekonomi Masyarakat

Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Bedah Buku Kedaulatan Rakyat, Minggu 3 Mei 2009


Judul Buku:
Dari Pojok Garasi Membangun Negeri Penulis: Ahmad Sumiyanto, S.E., M.SI Penerbit: Pro-U Media&ISES Publishing Yogyakarta Cetakan: I, 2009 Tebal : 268 halaman

SAAT ini krisis finansial global menjadi persoalan serius yang dihadapi setiap negara. Adanya krisis ini menyebabkan kehidupan masyarakat menjadi tidak menentu dan banyak perusahaan-perusahaan tidak bernafas panjang. Ancaman PHK pun menerpa yang berefek pada ketidakstabilan perekonomian masyarakat. Efek lainnya bisa saja suatu waktu menghadang.
Dalam buku ini, penulis tampaknya mencoba memaknai krisis finansial global. Dalam pandangan penulis kelahiran Kulonprogo ini krisis finansial global merupakan momentum menggerakkan ekonomi riil. Pengembangan usaha kecil menengah, misalnya, tidak sekadar menggulirkan kebijakan kemudahan pemberian kredit. Lebih dari itu, pemerintah seyogianya membantu dan mendorong para pengusaha mengembangkan produk sehingga memiliki daya saing sekaligus membantu dalam pemasarannya. Pemerintah juga perlu memberikan informasi dan pelatihan mengenai pasar di dalam dan di luar negeri sehingga para pengusaha menyadari fakta kompetisi global dalam dunia usaha.

Untuk menggerakkan ekonomi riil, penggunaan produk dalam negeri memang perlu ditekankan. Tapi, menurut penulis buku ini, program menggunakan produk dalam negeri menjadi tidak efektif ketika pemerintah justru membiarkan produk-produk luar negeri membanjiri pasar, bahkan sampai merambah ke pasar tradisional. Ini bukan berarti produk-produk luar negeri tidak boleh beredar, tapi pemerintah seyogianya melindungi eksistensi usaha kecil menengah. Adanya spirit menggerakkan ekonomi riil semestinya membingkai kebijakan pemerintah agar berpihak pada industri dalam negeri.
Membaca buku ini, kita akan menelusuri percikan-percikan gagasan dan pemikiran penulis yang meraih gelar sarjana ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Buku keempat dari penulis yang telah memiliki empat anak ini sepertinya memang ingin menggugah siapa pun agar bertindak konkret di lapangan. Kiprah penulis dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat coba dituturkan. Jika kita menyaksikan lembaga BMT Al-Ikhlas yang sudah tersebar di kota gudeg ini, maka keberadaan lembaga itu tidak terlepas dari perannya. Pada awal berdirinya pada tahun 1995, BMT Al-Ikhlas hanya mangkal di sebuah garasi sempit dengan modal Rp 500.000,00. Bertahun-tahun lembaga keuangan itu akhirnya terus berkembang. Sepuluh tahun setelah berdiri, harian SKH Kedaulatan Rakyat pernah memberitakan aset BMT Al-Ikhlas mencapai Rp 5 miliar dengan nasabah sekitar 5000 orang (12/3/2005).
Membaca buku ini, kita sedikit banyak mendapatkan inspirasi mengenai pemberdayaan ekonomi masyarakat. Disadari atau tidak, persoalan ekonomi masyarakat tidak bisa diabaikan dan perlu mendapatkan perhatian. Keterpurukan dan kemiskinan yang dialami masyarakat seyogianya menyadarkan siapa pun untuk berbuat nyata. Di buku ini, ada juga tulisan cukup menarik ”DIY Makin Istimewa dengan Demokrasi” yang dapat menambah wacana dan pemikiran mengenai konsep keistimewaan DIY.
HENDRA SUGIANTORO
Pegiat forum El-Pena&Gapura Trans-F di UNY