Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Resensi Media MAJALAH PEWARA
DINAMIKA UNY Volume 13 Nomor 57 November 2012
Judul
Buku:
Sepatu Dahlan Penulis: Khrisna
Pabichara Penerbit: Noura Books,
Jakarta Cetakan: I, Mei 2012 Tebal:
369 halaman
Dahlan
Iskan yang kini menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dikenal
cenderung bersahaja dan tidak kaku bergaul dengan rakyat. Sebut saja ketika ia
tidur di rumah petani hanya beralaskan tikar. Naik kereta api dalam kerumunan
penumpang pun dilakoninya. Jika lapar, makan di warung pinggir jalan tidak jadi
masalah. Tidak seperti pejabat pada umumnya, ia sepertinya tidak mau mengenakan
jas. Ia juga lebih suka mengenakan sepatu kets.
Sosok Dahlan yang seperti sekarang pastinya tidak terbentuk seketika. Novel “Sepatu Dahlan” (bagian pertama dari Trilogi Novel Inspirasi Dahlan Iskan) ini bisa menjadi semacam jawaban seperti apakah proses pematangan seorang Dahlan. Masa kecil dan masa remaja yang miskin adalah kenyataan dalam kehidupan keluarga Dahlan. Untuk urusan sepatu pun, Dahlan amat sangat sulit untuk memiliki. Ketika bersekolah, ia harus nyeker melewati jalan berkilo-kilo. Maka, tidak aneh apabila Dahlan bercita-cita ingin mempunyai sepatu. Tidak hanya sepatu, tetapi juga sepeda. Sejak kecil, Dahlan pun telah mencurahkan waktunya untuk meringankan beban ekonomi keluarga. “Kemiskinan yang dijalani dengan tepat akan mematangkan jiwa,” ucap ayah Dahlan. Kehidupan yang miskin telah mematangkan Dahlan menjadi sosok yang tekun, ulet, dan pekerja keras.
Kata
Dahlan, “Kita dapat menjadi orang yang
merasa tidak beruntung karena lahir di tengah-tengah keluarga miskin, bermimpi
ketiban rezeki semacam “durian runtuh” agar bisa membeli benda-benda idaman,
atau membayangkan hal-hal lain yang menggiurkan seperti nasib baik anak-anak
orang kaya. Tapi, kita juga dapat memilih menjalani hidup dengan wajar dan
penuh keriangan, berusaha membantu orangtua sedapat mungkin, meraih segala yang
didamba dengan keringat sendiri, dan tetap antusias memandang masa depan,”(halaman
248).
Kisah
Dahlan dalam balutan fiksi ini menarik dibaca. Dalam penulisan novel ini,
Khrisna Pabichara melakukan riset yang mendalam, bahkan melakukan jalan kaki
seperti dahulu Dahlan nyeker berjalan
berkilo-kilo. Ada pelajaran, motivasi, inspirasi dan spirit yang bisa dipetik
dari novel “Sepatu Dahlan”, salah
satunya kemiskinan bukan alasan untuk tidak berjuang mewujudkan kesejahteraan.
Novel ini menjadi motivasi anak-anak bangsa yang mungkin harus hidup terpuruk
dalam kemiskinan. Tidak ada alasan menyerah, karena siapa pun berhak
meningkatkan taraf hidupnya menjadi lebih baik dan sejahtera. Kuncinya, doa,
ketekunan ikhtiar, dan mampu berpikir dan bekerja cerdas. Selamat memetik
inspirasi, motivasi, dan spirit dari novel ini.
0 komentar:
Posting Komentar