Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Jagongan HARIAN JOGJA, Senin, 5 Maret 2012
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara yang kita huni ini. Sejak dinyatakan sebagai bahasa persatuan pada tahun 1928, Bahasa Indonesia terus-menerus mengalami proses perkembangan dan pematangan. Ada perbedaan dalam bentuk pengucapan dan penulisan Bahasa Indonesia di zaman dulu dan zaman kini. Bahasa Indonesia pun memiliki bentuk yang khas, bahkan sedikit banyak ada perbedaan dengan bahasa Melayu sebagai bahasa asalnya.
Dimuat di Jagongan HARIAN JOGJA, Senin, 5 Maret 2012
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara yang kita huni ini. Sejak dinyatakan sebagai bahasa persatuan pada tahun 1928, Bahasa Indonesia terus-menerus mengalami proses perkembangan dan pematangan. Ada perbedaan dalam bentuk pengucapan dan penulisan Bahasa Indonesia di zaman dulu dan zaman kini. Bahasa Indonesia pun memiliki bentuk yang khas, bahkan sedikit banyak ada perbedaan dengan bahasa Melayu sebagai bahasa asalnya.
Meskipun pada awalnya tak seluruh masyarakat bisa berbahasa Indonesia, namun perlahan dikuasai oleh penduduk di negeri ini. Memang ada sebagian masyarakat seperti di daerah terpencil atau pedalaman yang belum bisa berbahasa Indonesia, namun eksistensi Bahasa Indonesia terus tertancap kokoh. Bahkan, sampai kini Bahasa Indonesia tercatat sebagai bahasa yang jumlah penuturnya terbanyak nomor empat di seluruh dunia setelah Cina, Inggris, dan Spanyol (Zol Viandri Koto: 2008).
Bahasa Indonesia tampaknya juga diperhitungkan oleh negara-negara lain. Ariska Prasetyanawati dalam Pewara Dinamika UNY edisi Oktober 2011 memaparkan bahwa kurikulum Bahasa Indonesia telah dimasukkan ke dalam sistem pendidikan di Australia. Di negeri itu, Bahasa Indonesia menjadi bahasa populer keempat. Selain Australia, ada puluhan negara yang mengajarkan bahasa Indonesia dalam sistem kurikulum pendidikan, seperti Jepang, Kanada, bahkan Amerika Serikat. Di Vietnam, posisi Bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa Inggris, Perancis, dan Jepang sebagai bahasa resmi yang diprioritaskan. Di Jepang, Bahasa Indonesia ditawarkan sebagai mata kuliah pilihan maupun sebagai kajian di perguruan tinggi.
Diakui atau tidak, Bahasa Indonesia memang bersifat fleksibel. Kata-kata asing bisa diserap tanpa kehilangan keasliannya sebagai bahasa yang dimiliki bangsa dan negara Indonesia. Bahasa Indonesia pun masih dimungkinkan mengalami perkembangan. Namun, yang menjadi tantangan, bisakah pelajaran Bahasa Indonesia di bangku pendidikan lebih fungsional membentuk kemampuan berbahasa lisan dan tulis? Pertanyaan tak kalah menarik, apakah Bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa internasional? Wallahu a’lam.
HENDRA SUGIANTORO
Universitas PGRI Yogyakarta