Kebenaran Harus Menguasai Dunia

Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Jagongan Harian Jogja, Senin 19 Januari 2009

Entah mengapa, tragedi yang menimbulkan ratusan jiwa meninggal dunia di Jalur Gaza Palestina bisa berlarut-larut. PBB yang semestinya menjaga perdamaian dan keharmonisan tatanan dunia malah tak berdaya. Tragedi di Jalur Gaza Palestina adalah tragedi kemanusiaan yang tentu akan menjadi catatan kelam sejarah. Lantas, apa yang bisa kita perbuat jika pihak Israel tak pernah peduli?
Resolusi yang dikeluarkan DK PBB memang akhirnya bisa menyerukan gencatan senjata setelah AS abstain, tapi apalah artinya jika Israel tak mengindahkan. Kita hanya bisa mengecam dan menggelar demonstrasi, tapi tak kuasa menghentikan jalannya perang. Hal ini jelas menyesakkan di era masyarakat yang dikatakan berperadaban. Nilai-nilai penghargaan terhadap kemanusiaan tak dibantah memang telah lenyap di benak pembesar-pembesar negeri Israel. Di tengah kecaman yang terus bersambung dari hari ke hari, pihak Israel masih saja menunjukkan kepongahannya menghajar Jalur Gaza menjadi ladang genosida.

Tentunya dunia tak akan tinggal diam dengan terus mengecam dan mengutuk Israel semata. Ada yang salah dalam tatanan dunia saat ini ketika penghabisan nyawa dilakukan dengan mesin-mesin perang. Untuk itu, dunia internasional perlu menjaga konsistensi memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Penjajahan Israel atas tanah Palestina tak layak dibiarkan berkepanjangan karena rakyat Palestina juga manusia yang memiliki hak hidup merdeka. Jelasnya, dunia harus berani bertindak jauh ke depan. Tidak hanya berhenti pada tataran mengecam dan mengutuk agresi Israel, tapi perlu membuat langkah-langkah progresif mewujudkan Palestina merdeka. Dunia perlu belajar dari pengalaman sejarah bahwa Israel tak pernah mengindahkan perjanjian-perjanjian. Negeri Zionis itu tak merasa bersalah melakukan apapun untuk memenuhi ambisi jahatnya.
Belajar dari sejarah karena kita tidak ingin lagi melihat negeri Zionis itu menumpahkan darah dan membantai ratusan nyawa. Ulah militer Israel membunuh ratusan nyawa di Jalur Gaza Palestina bukanlah kali pertama terjadi, tapi sudah ditunjukkan bertahun-tahun lamanya. Jika fakta pembantaian Negeri Zionis itu dilupakan, tatanan dunia ini sungguh tidak berjalan wajar. Dunia juga telah berlaku zalim membiarkan warga Palestina ”hidup tanpa hak hidup”. Maka, apa yang harus kita lakukan? PBB harus tertantang untuk dapat menunjukkan kewibawaannya. Jika PBB masih tak berdaya, dunia yang masih memiliki hati nurani perlu mendesak badan dunia itu untuk mereformasi institusinya. Alangkah naifnya badan yang mewadahi berbagai negara di dunia itu tak mampu sedikit pun menghentikan agresi Israel. Bukankah PBB bisa mengerahkan tentara dari berbagai negara untuk membendung laju keberingasan Israel di Jalur Gaza Palestina? Hak veto yang dimiliki DK PBB pun tak relevan lagi diterapkan di abad ini.
Mungkin saja kita masih cemas di tengah harapan. Kita tak ingin agresi Israel ke Jalur Gaza Palestina dilupakan sebagaimana sering terjadi. Kita tak ingin melihat ketidakadilan ketika para petinggi militer dan pemimpin Israel dilepaskan dari jeratan hukum. Fakta telah menampakkan kejahatan kemanusiaan dan kejahatan perang Israel dengan terang benderang yang tentu aneh jika tidak dibawa ke pengadilan internasional. Jika takut dengan AS, mengapa harus takut jika berpijak pada kebenaran dan kemanusiaan? Agenda mendesak kita saat ini adalah menciptakan tatanan dunia yang berkeadilan untuk kemaslahatan bersama antarnegara. Tak ada negara yang mendominasi, tapi berdiri sejajar dalam membangun kehidupan di alam global. Sejatinya kebatilan memang akan lenyap karena kebenaran harus menguasai dunia. Wallahu a’lam.
HENDRA SUGIANTORO
Karangmalang Yogyakarta 55281

Kekejaman Zionis Israel Tiada Bertepi

Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Suara Pembaca Duta Masyarakat, Senin 19 Januari 2008
Hari-hari ini kita dibuat sesak. Sungguh di depan mata kita terjadi tragedi kemanusiaan yang seolah-olah dibiarkan berlarut-larut. Jika kita saksikan, ratusan jiwa yang berguguran akibat agresi Israel ke Jalur Gaza Palestina ada anak-anak kecil. Kita melihat anak-anak itu tercekam, namun hanya bisa melihat dan menaruh iba. Ketika ada anak kecil meninggal, kita hanya terharu dari jarak yang jauh. Bangunan-bangunan dan tempat ibadah pun luluh lantak dibombardir mesin-mesin perang Israel. Lalu, mengapa tentara Israel begitu teganya menghabisi warga Jalur Gaza sampai mencapai 900 jiwa lebih? Adakah perasaan kasihan di hati tentara Israel ketika membunuh anak-anak dan juga perempuan?
Siapa pun yang mengkaji sejarah menemukan titik simpul adanya ide mendirikan negara Israel Raya di Timur Tengah yang berpijak pada paham Zionisme. Untuk menyatukan orang-orang Yahudi dalam satu tanah air, kaum Zionis memang perlu melakukan perebutan tanah dan pengusiran penduduk dimana Palestina menjadi target utama. Namun yang perlu dicatat, paham Zionisme mengalami penentangan internal orang-orang Yahudi sendiri, bahkan dikatakan menyimpang dari ajaran agama. Jika kita mengakses www.nkusa.org, kita dapat membaca lebih mendalam. Kalangan Yahudi yang menentang Zionisme dikenal dengan sebutan Neturei Karta.

Untuk membedakan dengan kelompok Zionisme, Neturei Karta juga menyebut kelompoknya sebagai Judaisme. Dituliskan dalam www.nkusa.org, ”Judaisme merupakan keyakinan yang berasaskan pada wahyu di Sinai. Keyakinan ini meyakini bahwa pengasingan adalah hukuman bagi kaum Yahudi dikarenakan dosa-dosa mereka. Adapun Zionisme telah lebih dari seabad menolak wahyu di Sinai. Keyakinan ini menyatakan bahwa pengasingan kaum Yahudi dapat diakhiri melalui agresi militer.” Kelompok ini menyaksikan sendiri jika Zionisme telah merampas hak warga Palestina, melakukan penganiayaan, penyiksaan, dan pembunuhan. Dikatakan kelompok ini dalam situsnya bahwa kaum Yahudi Taurat di dunia terkejut dan terlukai dengan dogma irreligius dan kejam dari Zionisme dan mengutuk gerakan tersebut. Gerakan Zionisme telah melukai hubungan baik kaum Yahudi dan Muslimin sebelumnya di Tanah Suci (Palestina). Dengan tegas kelompok ini mengatakan bahwa negara Israel yang disangsikan itu berdiri menentang Taurat. Kelompok Neturei Karta telah berada di garis depan dalam perang melawan Zionisme selama lebih dari seabad. Kehadiran kelompok ini adalah untuk menolak kebohongan dan kejahatan Zionisme yang sedikit banyak mengatasnamakan orang-orang Yahudi (Lihat lebih jauh dalam www.nkusa.org).
Yang jelas, misi Zionisme menginspirasi pasukan militer Israel sehingga dapat kita saksikan perbuatannya di Jalur Gaza saat ini. Dalam membangun negara, kata ZA Maulani (2002), segala cara memang dihalalkan termasuk terorisme. Pastinya, pemaparan di atas sekadar memperkaya referensi kita dalam memahami akar persoalan. Wallahu a’lam.
HENDRA SUGIANTORO
Karangmalang Yogyakarta 55281
Email: hendra_lenteraindonesia@yahoo.co.id