Oleh: HENDRA SUGIANTORO Dimuat di Pustaka SKH KEDAULATAN RAKYAT, Minggu 20 Maret 2011
Judul Buku: 100 Tokoh Intelijen Dunia Penulis: Hanu Lingga Penerbit: Navila Idea, Yogyakarta Cetakan: I, 2011 Tebal: viii+314 halaman
Di setiap negara, keberadaan intelijen memang dianggap penting demi kepentingan negaranya. Pengalaman yang mumpuni dengan jenjang karir panjang kerapkali mentakdirkan seseorang sebagai agen sebuah badan intelijen.
Vladimir Putin yang pernah menjadi pemimpin Rusia pun sebelumnya terlibat dalam dunia penuh rahasia ini. Setelah lulus dari kuliahnya di bidang hukum di universitas negeri di St Petersburg sekitar tahun 1975, Putin bekerja di KGB (Badan Intelijen Uni Soviet) sebagai mata-mata dan ditugaskan di Jerman. Ia mundur dari KGB sekitar tahun 1990. Putin naik sebagai pejabat kepresidenan setelah Boris Yeltsin mengundurkan diri pada akhir tahun 1999. Putin turun tahta dari posisi presiden pada tahun 2008.
Pastinya, ada tokoh intelijen yang memang dipublikasikan keluar, sehingga diketahui khalayak luas. Di sisi lain, tak dimungkiri jika ada yang disembunyikan namanya. Selain yang terlibat di KGB, ada juga yang bernaung di CIA (Amerika Serikat), Mossad (Israel), Asio (Australia), M16 (Britania Raya), dan sebagainya. Adapun lembaga intelijen negara di Indonesia bernama Badan Intelijen Nasional (BIN).
Dirunut dari keberadaan BIN, sosok Soebandrio (1914-2004) tak bisa dilepaskan. Ia adalah orang pertama yang memimpin Badan Pusat Intelijen, cikal bakal BIN. Selain di badan intelijen, Soebandrio juga memegang jabatan-jabatan lainnya semasa Orde Lama. Dari begitu banyaknya tokoh intelijen, kita tentu mengingat sosok bernama Ali Moertopo. Sosok ini penuh kontroversi mengingat keterlibatannya dalam operasi-operasi untuk memberantas lawan-lawan politik pemerintahan Soeharto. Selain yang tersebut di atas, ada begitu banyak tokoh intelijen lain dipaparkan buku ini.
Secara umum, intelijen bergerak secara aktif dalam pengumpulan informasi terutama yang terkait dengan masalah negara. Begitu juga intelijen berupaya mengatasi ancaman terhadap negara. Dari pengalaman selama ini, kepentingan negara kerapkali disesuaikan dengan kebijakan pemegang kekuasaan, terlepas baik atau buruk. Intelijen bisa juga digunakan untuk membasmi kriminalitas dan kejahatan di masyarakat. Melalui buku ini, kita bisa sejenak mencermati tokoh intelijen dengan sekelumit aksinya, baik dari Indonesia maupun negeri manca.
HENDRA SUGIANTORO
Pembaca buku, tinggal di Yogyakarta
Judul Buku: 100 Tokoh Intelijen Dunia Penulis: Hanu Lingga Penerbit: Navila Idea, Yogyakarta Cetakan: I, 2011 Tebal: viii+314 halaman
Di setiap negara, keberadaan intelijen memang dianggap penting demi kepentingan negaranya. Pengalaman yang mumpuni dengan jenjang karir panjang kerapkali mentakdirkan seseorang sebagai agen sebuah badan intelijen.
Vladimir Putin yang pernah menjadi pemimpin Rusia pun sebelumnya terlibat dalam dunia penuh rahasia ini. Setelah lulus dari kuliahnya di bidang hukum di universitas negeri di St Petersburg sekitar tahun 1975, Putin bekerja di KGB (Badan Intelijen Uni Soviet) sebagai mata-mata dan ditugaskan di Jerman. Ia mundur dari KGB sekitar tahun 1990. Putin naik sebagai pejabat kepresidenan setelah Boris Yeltsin mengundurkan diri pada akhir tahun 1999. Putin turun tahta dari posisi presiden pada tahun 2008.
Pastinya, ada tokoh intelijen yang memang dipublikasikan keluar, sehingga diketahui khalayak luas. Di sisi lain, tak dimungkiri jika ada yang disembunyikan namanya. Selain yang terlibat di KGB, ada juga yang bernaung di CIA (Amerika Serikat), Mossad (Israel), Asio (Australia), M16 (Britania Raya), dan sebagainya. Adapun lembaga intelijen negara di Indonesia bernama Badan Intelijen Nasional (BIN).
Dirunut dari keberadaan BIN, sosok Soebandrio (1914-2004) tak bisa dilepaskan. Ia adalah orang pertama yang memimpin Badan Pusat Intelijen, cikal bakal BIN. Selain di badan intelijen, Soebandrio juga memegang jabatan-jabatan lainnya semasa Orde Lama. Dari begitu banyaknya tokoh intelijen, kita tentu mengingat sosok bernama Ali Moertopo. Sosok ini penuh kontroversi mengingat keterlibatannya dalam operasi-operasi untuk memberantas lawan-lawan politik pemerintahan Soeharto. Selain yang tersebut di atas, ada begitu banyak tokoh intelijen lain dipaparkan buku ini.
Secara umum, intelijen bergerak secara aktif dalam pengumpulan informasi terutama yang terkait dengan masalah negara. Begitu juga intelijen berupaya mengatasi ancaman terhadap negara. Dari pengalaman selama ini, kepentingan negara kerapkali disesuaikan dengan kebijakan pemegang kekuasaan, terlepas baik atau buruk. Intelijen bisa juga digunakan untuk membasmi kriminalitas dan kejahatan di masyarakat. Melalui buku ini, kita bisa sejenak mencermati tokoh intelijen dengan sekelumit aksinya, baik dari Indonesia maupun negeri manca.
HENDRA SUGIANTORO
Pembaca buku, tinggal di Yogyakarta