Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Surat Pembaca Suara Merdeka, Selasa 24 November 2009
Kiamat 2012 adalah hiruk-pikuk yang menghadirkan tanda tanya. Terpaan media massa pun menyetir rasa ingin tahu sehingga mencuatkan penasaran penduduk bumi. Ada tanya besar ketika entah ribuan atau jutaan manusia bisa terbawa larut.
Dalam referensi agama, peristiwa kiamat bukanlah kedustaan. Mempercayai kiamat adalah keniscayaan. Bagi kita, kiamat adalah wilayah Tuhan. Kapan terjadinya kiamat adalah hak prerogatif Tuhan untuk menentukan waktunya. Entah 2012, sepuluh tahun lagi, seratus tahun lagi atau beribu-ribu tahun lagi, kiamat pasti terjadi. Kita bukanlah manusia bodoh yang lantas melegalkan kiamat akan terjadi pada 2012.
Yang menjadi petaka, isu kiamat 2012 justru mempertontonkan tragedi: kisah manusia “mempermainkan” hari kiamat. Tanda-tanda itu kentara ketika kita berbicara kiamat dengan tetap memamerkan aurat dan berperilaku korupsi. Kiamat hanya menjadi senda gurau di tengah lemahnya penegakan hukum dan keadilan di negeri ini. Kita yang hidup bermewahan bisa begitu percaya diri mengungkap kiamat, padahal betapa pilunya kehidupan masyarakat kecil. Kiamat hanya menjadi perbincangan, namun kita tak kuasa memperbaiki diri.
Kiamat adalah satu kata yang menyimpan misteri. Pun, ada kiamat kecil dan kiamat besar. Kiamat kecil telah kita saksikan dan akan kita saksikan nantinya. Kiamat-kiamat kecil yang mengandung pelajaran. Kelak akan ada kiamat besar dimana kita memang (harus) bersiap menghadapinya. Tak peduli kapan kiamat itu, kita terus berusaha meluruskan syahadat. Entah kapan pun kiamat itu, kita akan terus menegakkan penghambaan terhadap-Nya. Kita akan terus belajar mencintai-Nya. Kiamat pasti datang dan kita mempersiapkannya dengan membangun kesalehan sosial, bukan kesalahan sosial. Kita yakin ada kiamat. Adapun waktunya adalah urusan Tuhan. Wallahu a’lam.
Hendra Sugiantoro
Karangmalang Yogyakarta 55281
Dimuat di Surat Pembaca Suara Merdeka, Selasa 24 November 2009
Kiamat 2012 adalah hiruk-pikuk yang menghadirkan tanda tanya. Terpaan media massa pun menyetir rasa ingin tahu sehingga mencuatkan penasaran penduduk bumi. Ada tanya besar ketika entah ribuan atau jutaan manusia bisa terbawa larut.
Dalam referensi agama, peristiwa kiamat bukanlah kedustaan. Mempercayai kiamat adalah keniscayaan. Bagi kita, kiamat adalah wilayah Tuhan. Kapan terjadinya kiamat adalah hak prerogatif Tuhan untuk menentukan waktunya. Entah 2012, sepuluh tahun lagi, seratus tahun lagi atau beribu-ribu tahun lagi, kiamat pasti terjadi. Kita bukanlah manusia bodoh yang lantas melegalkan kiamat akan terjadi pada 2012.
Yang menjadi petaka, isu kiamat 2012 justru mempertontonkan tragedi: kisah manusia “mempermainkan” hari kiamat. Tanda-tanda itu kentara ketika kita berbicara kiamat dengan tetap memamerkan aurat dan berperilaku korupsi. Kiamat hanya menjadi senda gurau di tengah lemahnya penegakan hukum dan keadilan di negeri ini. Kita yang hidup bermewahan bisa begitu percaya diri mengungkap kiamat, padahal betapa pilunya kehidupan masyarakat kecil. Kiamat hanya menjadi perbincangan, namun kita tak kuasa memperbaiki diri.
Kiamat adalah satu kata yang menyimpan misteri. Pun, ada kiamat kecil dan kiamat besar. Kiamat kecil telah kita saksikan dan akan kita saksikan nantinya. Kiamat-kiamat kecil yang mengandung pelajaran. Kelak akan ada kiamat besar dimana kita memang (harus) bersiap menghadapinya. Tak peduli kapan kiamat itu, kita terus berusaha meluruskan syahadat. Entah kapan pun kiamat itu, kita akan terus menegakkan penghambaan terhadap-Nya. Kita akan terus belajar mencintai-Nya. Kiamat pasti datang dan kita mempersiapkannya dengan membangun kesalehan sosial, bukan kesalahan sosial. Kita yakin ada kiamat. Adapun waktunya adalah urusan Tuhan. Wallahu a’lam.
Hendra Sugiantoro
Karangmalang Yogyakarta 55281