Satu Cita Palestina Merdeka

Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Surat Pembaca Lampung Post, Jum'at 20 Februrai 2009
MASALAH inti di Palestina adalah penjajahan Israel atas Palestina. Oleh karena itu, solusinya adalah pembentukan negara Palestina merdeka.
Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Indonesia Hassan Wirajuda pada acara Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri di Departemen Luar Negeri, Jakarta, Sabtu (6-1).
Apa yang disampaikan Hassan Wirajuda itu jelas menjadi tekad dan cita-cita bersama masyarakat bijak yang memahami makna sebuah kehidupan aman, damai, dan dipenuhi kebaikan. Masyarakat yang bijak tidak menghalalkan penindasan dan penjajahan, tapi justru berupaya menciptakan tatanan kehidupan di mana masing-masing bangsa saling menghormati dan bergerak bersama menuju tatanan dunia penuh berkah Ilahi.

Namun sayangnya, cita-cita masyarakat bijak itu sepertinya menjauh dari pandangan para pembesar negara Israel atas perilaku tidak bijaknya membombardir Jalur Gaza Palestina. Para pembesar negara Israel seolah-olah tidak kapok melakukan pembantaian sadis terhadap ratusan nyawa manusia.
Tidak hanya di Jalur Gaza saat ini, kita juga melihat ratusan nyawa berguguran pada tahun-tahun sebelumnya oleh pasukan perang Israel. Para pembesar negara Israel sepertinya tidak merasa berdosa menginstruksikan pasukan perangnya melakukan perbuatan tidak beradab di tanah bangsa lain.
Di titik awal 2009 ini, ratusan penduduk Jalur Gaza seperti hendak ditenggelamkan dalam memori kesadisan dan kebiadaban panjang negeri ide gila paham Zionis itu.
Menatap dengan air mata tragedi di negara Palestina, Richard Falk pun tak mau membisu. Pakar HAM PBB di wilayah Palestina itu secara lantang menyatakan bahwa para pimpinan pemerintahan Israel telah absah diseret ke Pengadilan Kriminal Internasional.
Richard Falk yang juga seorang profesor hukum Amerika keturunan Yahudi menyatakan bahwa Israel pantas dituntut secara hukum dengan tuduhan melakukan "kejahatan terhadap kemanusiaan". Apa yang diungkapkan Richard Falk itu tentu saja mewakili perasaan jutaan manusia bernurani ciptaan Tuhan di muka bumi ini.
Yang terang, para pembesar Israel berwatak Zionis amat berbahaya bagi kebahagiaan kehidupan. Otak para pembesar Israel harus dicuci bersih dari paham zionisme yang sejatinya jauh dari agama. Harun Yahya mengatakan orang-orang Yahudi yang merupakan para mentor ideologis utama dari zionisme memiliki keimanan yang lemah terhadap agama mereka, bahkan kebanyakan dari mereka adalah ateis.
Zionisme yang muncul pada abad ke-19 menganggap agama Yahudi bukan sebagai sebuah agama, melainkan sebagai nama suatu ras. Mereka meyakini bahwa masyarakat Yahudi mewakili suatu ras tersendiri dan terpisah dari bangsa-bangsa Eropa.
Dan karena itu, mustahil bagi orang Yahudi untuk hidup bersama mereka, sehingga bangsa Yahudi memerlukan tanah air tersendiri bagi mereka. Ide kepemilikan tanah air itulah yang menciptakan tangis pilu dan darah di wilayah Palestina dan wilayah Timur Tengah.
Dengan tekad dan cita-cita mewujudkan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat, masyarakat bijak perlu menyingkirkan paham zionisme itu dari panggung kehidupan.
Tiar Anwar Bachtiar (2006) dalam catatannya menjelaskan bahwa sejak awal didirikan sampai saat ini gerakan zionisme bukanlah murni gerakan keagamaan Yahudi, melainkan menggunakan doktrin-doktrin agama Yahudi yang sering dipaksakan agar sesuai dengan keinginan mereka. Maka, kita pun tidak heran jika ada kalangan Yahudi yang justru anti-Zionis dan menentang Israel.
Pungkasnya, kita jelas berharap agar warga Palestina umumnya dan warga Gaza khususnya dapat menikmati indahnya menatap masa depan tanpa cekaman rasa takut akibat konflik dan perang senjata.
Konstitusi negara ini pun telah menegaskan bahwa penjajahan di atas muka bumi harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Palestina adalah sebuah negara yang tentu berhak hidup merdeka tanpa terus tercekam akibat penindasan pihak Israel. Wallahualam.
Hendra Sugiantoro
Aktivis Profetik Student Center Universitas Negeri Yogyakarta
Karangmalang, Yogyakarta

http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2009022005555681

0 komentar: