Merapi 1930

Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Jagongan Harian Jogja, Jum'at 12 November 2010

Sebagai salah satu gunung yang aktif, letusan Gunung Merapi telah terjadi semenjak berabad-abad lampau. Pada tahun ini, letusan Gunung Merapi kembali terjadi. Banyak yang menyebutkan letusan pertama Gunung Merapi terjadi pada tahun 1006, namun tahun 1006 sebagai awal meletusnya Gunung Merapi masih menimbulkan perdebatan hingga kini. Terlepas dari itu, Gunung Merapi memang telah menghadirkan fenomena.

Dari sejarah meletusnya Gunung Merapi, ada catatan menarik pada letusannya pada tahun 1930. Pada saat itu, dunia tengah menghadapi zaman krisis yang kerap disebut zaman malaise. P. Swantoro dalam bukunya Dari Buku ke Buku Sambung Menyambung Menjadi Satu menuturkan, “Pada awal masa malaise itu, pada 18 Desember 1930, terjadilah suatu bencana besar di Jawa Tengah: Gunung Merapi meletus! Tidak kurang dari 1.500 orang tewas dan 2.500 hewan mati. Berhektar-hektar sawah serta ladang hancur, dan ratusan rumah terbakar atau roboh.” (P. Swantoro, Dari Buku ke Buku Sambung Menyambung Menjadi Satu, (Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), cetakan I 2002), hlm. 36). Apa yang dipaparkan P. Swantoro itu terdapat dalam laporan G. Vriens dalam majalah Claverbond tahun ke-43, 1931, halaman 85-109. Laporan G. Vriens tentang letusan Gunung Merapi pada tahun 1930 diberi judul “De Merapi”.

Apa yang dialami masyarakat pada tahun 1930 tentu sangat memprihatinkan karena saat itu kondisi kehidupan memang lagi sekarat akibat krisis global. Kehidupan penduduk yang telah mencekam pun kian bertambah mencekam ketika sumber penghidupan luluh lantak. Apa yang dialami masyarakat pada tahun 1930 tentu tak persis dengan kondisi pada tahun 2010. Namun demikian, kita perlu memiliki kesadaran bahwa Gunung Merapi memiliki kodrat untuk meletus. Kesadaran inilah yang menghendaki kita mampu berpikir agar kodrat Gunung Merapi yang meletus itu tak lagi menimbulkan dampak keprihatinan bagi masyarakat. Bagaimana caranya? Perubahan pandangan dan perilaku masyarakat tentang Gunung Merapi dan kreasi teknologi mungkin bisa dilakukan. Wallahu a’lam.
HENDRA SUGIANTORO
Aktivis Pena Profetik Yogyakarta

0 komentar: