Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Cernak SKH Kedaulatan Rakyat, Minggu 23 Januari 2010
BEL jam istirahat siang berbunyi. Ibu guru mempersilahkan anak-anak untuk istirahat. Ada murid yang keluar kelas untuk bermain, ada juga yang jajan makanan dan minuman. Tak seperti biasa, Yosi hanya diam di kelas, tak ikut bermain bersama teman-temannya.
”Ada apa, Yosi?’ tanya Ibu guru. Yosi tidak segera menjawab, pikirannya terbayang terus dengan ibunya di rumah.
”Yosi mau berbagi cerita dengan Ibu?” Ibu guru bertanya kembali dengan bijak.
”Ya, Bu. Yosi teringat dengan ibu di rumah. Ibu begitu sayang. Setiap pagi ibu membangunkan Yosi, memasakkan makanan, dan membantu Yosi mempersiapkan keperluan untuk sekolah,” jawab Yosi.
”Ibu memang sayang kepada Yosi. Tugas ibu memang berat membesarkan anaknya, mendidik dan merawat anaknya. Ketika anaknya sekolah, ibu selalu menyiapkan segala sesuatunya. Kasih sayang ibu ke anaknya memang luar biasa,” kata Ibu guru.
”Yosi juga sayang dengan ibu. Yosi ingin memberi sesuatu buat ibu. Kira-kira apa ya, Bu?” Yosi menjelaskan keinginannya untuk memberi sesuatu ke ibunya. ” Yosi ingin membahagiakan ibu.”
”Oh begitu. Kalau menurut Yosi, kira-kira apa?” tanya Ibu guru.
”Nah itu, Bu. Yosi sedang memikirkan sesuatu sebagai ungkapan sayang ke ibu. Yosi bingung mencari sesuatu yang tepat buat ibu,” tutur Yosi menjelaskan ke ibu gurunya.
”Boleh saja Yosi memberi sesuatu. Apapun sesuatu itu pasti membuat ibu senang,” kata Ibu guru.
”Yang bisa membuat ibu bahagia apa ya, Bu?” tanya Yosi yang masih bingung memikirkan sesuatu yang akan diberikan ke ibunya. Ibu guru mencoba memahami apa yang ada dalam pikiran Yosi.
”Yosi bisa membuat ibu Yosi bahagia dengan apapun. Yosi rajin belajar juga akan membuat ibu Yosi bahagia. Kalau menurut ibu, Yosi memberi sesuatu itu dengan cara berbakti,” kata Ibu guru mencoba mengarahkan pikiran Yosi.
”Berbakti? Seperti apa ya, Bu” tanya Yosi.
“Ya, berbakti kepada ibu. Ibu akan bahagia jika Yosi menjadi anak yang baik dan salihah. Jika Yosi berperilaku baik, ibu pasti bahagia. Yosi yang tidak nakal, bisa menaati orang tua dan tidak membentak-bentak orang tua akan memberikan kebahagiaan tersendiri buat ibu,” kata Ibu guru.
“Berarti Yosi harus berbakti agar ibu bahagia. Apakah dengan berbakti, kasih sayang ibu akan terbalas?” tanya Yosi.
”Kasih sayang ibu sebenarnya tidak mungkin terbalas. Seperti Yosi lihat sendiri, begitu sayangnya ibu kepada Yosi. Dulu ketika mengandung dan melahirkan Yosi, ibu harus berjuang amat berat. Ketika Yosi kecil dan sekolah, kasih sayang ibu tidak pudar, bahkan sampai nanti Yosi dewasa. Yosi ingin ibu bahagia ’kan?”
”Ya, Bu. Yosi ingin melihat ibu bahagia. Dari kata-kata Bu guru, Yosi harus berbakti sebagai ungkapan sayang ke ibu. Berbakti adalah sesuatu yang harus diberikan kepada ibu,” tutur Yosi yang semakin menyadari betapa besar kasih sayang ibu.
“Ya, Yosi memang anak yang cerdas. Ibu akan bahagia jika Yosi rajin belajar, rajin beribadah, dan tidak nakal. Yosi perlu membantu pekerjaan ibu di rumah sebagai ungkapan sayang ke ibu. Yosi tidak boleh berkata kasar ke ibu, tapi harus berbicara dengan lemat lembut. Setiap saat Yosi juga harus mendoakan ibu. Jika Yosi bisa seperti itu, ibu pasti akan bahagia,” Ibu guru menjelaskan lebih lanjut.
“Ya, Bu. Kalau begitu Yosi akan selalu berbakti kepada ibu. Yosi akan terus sayang pada ibu agar ibu selalu bahagia,” kata Yosi yang ingin cepat-cepat pulang sekolah untuk mencium pipi ibunya.
HENDRA SUGIANTORO
Sayang Ibu
23.40
No comments
0 komentar:
Posting Komentar