Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Harjo Forum HARIAN JOGJA, Sabtu 19 Maret 2011
Seorang guru di Salatiga, Jawa Tengah, memaparkan tentang buku-buku yang terdapat di sekolahnya. Beliau mengutarakan, “Di buku paket dari tahun ke tahun materinya sama, terlebih buku paket dari pemerintah, biasanya hanya diganti cover.”
Beliau menambahkan, “Untuk isi juga tak mengalami perubahan sesuai keadaan sekarang. Kalau buku pelajaran dari penerbit yang dijual di luar, harganya mahal. Jadi, kadang menjadikan dilema orang tua.” Apa yang beliau keluhkan ini disampaikan penulis pada Kamis (10/3).
“Kalau buku bacaan cerita umum di perpustakaan sekolah lebih banyak dipenuhi cerita rakyat zaman dahulu, sehingga anak tak tertarik. Coba kalau banyak buku cerita berisi fenomena sosial kemasyarakatan yang terjadi kini, mungkin akan meningkatkan minat baca anak. Mau mencoba membuatnya?” tutur beliau.
Apa yang diutarakan seorang guru di Salatiga, Jawa Tengah, di atas menarik direnungkan. Nama seorang guru tersebut sengaja penulis rahasiakan, karena yang penting adalah subtansi dari yang beliau sampaikan. Fenomena yang diutarakan di atas tampaknya dijumpai di setiap sekolah mana pun. Setiap tahun buku pelajaran tak mengalami “perubahan”, sehingga siswa di sekolah asing dengan fakta sosial dan bangsa yang lagi berkembang. Boleh jadi yang dipaparkan dalam buku pelajaran adalah fakta-fakta usang yang cenderung tak relevan dengan kondisi kekinian.
Solusi mengatasi hal tersebut memang bisa dilakukan oleh guru. Misalnya guru Bahasa Indonesia memberikan pelajaran dengan menggunakan surat kabar untuk ditelaah bersama siswanya. Bisa juga siswanya dianjurkan membaca novel-novel kontemporer yang dinilai edukatif, sehingga memiliki referensi tak hanya novel-novel terbitan lama. Ada banyak cara lainnya yang bisa dilakukan guru.
Namun demikian, guru sepertinya juga menghadapi dilema. Pasalnya, apa yang disajikan dalam buku paket pelajaran akan menjadi bahan soal dalam ujian (nasional). Guru dimungkinkan tak mau ambil risiko. Pikiran guru tentu pada materi pelajaran yang harus diselesaikan tepat waktu.
Dalam hal ini, kita tentu menginginkan agar siswa-siswa Indonesia memiliki ilmu, wawasan, dan pengetahuan yang luas. Apakah kita bisa menjamin buku paket pelajaran IPA, misalnya, mengikuti perkembangan penemuan-penemuan kontemporer terkait fenomena alam? Entahlah, Anda memiliki solusi? Wallahu a’lam.
Dimuat di Harjo Forum HARIAN JOGJA, Sabtu 19 Maret 2011
Seorang guru di Salatiga, Jawa Tengah, memaparkan tentang buku-buku yang terdapat di sekolahnya. Beliau mengutarakan, “Di buku paket dari tahun ke tahun materinya sama, terlebih buku paket dari pemerintah, biasanya hanya diganti cover.”
Beliau menambahkan, “Untuk isi juga tak mengalami perubahan sesuai keadaan sekarang. Kalau buku pelajaran dari penerbit yang dijual di luar, harganya mahal. Jadi, kadang menjadikan dilema orang tua.” Apa yang beliau keluhkan ini disampaikan penulis pada Kamis (10/3).
“Kalau buku bacaan cerita umum di perpustakaan sekolah lebih banyak dipenuhi cerita rakyat zaman dahulu, sehingga anak tak tertarik. Coba kalau banyak buku cerita berisi fenomena sosial kemasyarakatan yang terjadi kini, mungkin akan meningkatkan minat baca anak. Mau mencoba membuatnya?” tutur beliau.
Apa yang diutarakan seorang guru di Salatiga, Jawa Tengah, di atas menarik direnungkan. Nama seorang guru tersebut sengaja penulis rahasiakan, karena yang penting adalah subtansi dari yang beliau sampaikan. Fenomena yang diutarakan di atas tampaknya dijumpai di setiap sekolah mana pun. Setiap tahun buku pelajaran tak mengalami “perubahan”, sehingga siswa di sekolah asing dengan fakta sosial dan bangsa yang lagi berkembang. Boleh jadi yang dipaparkan dalam buku pelajaran adalah fakta-fakta usang yang cenderung tak relevan dengan kondisi kekinian.
Solusi mengatasi hal tersebut memang bisa dilakukan oleh guru. Misalnya guru Bahasa Indonesia memberikan pelajaran dengan menggunakan surat kabar untuk ditelaah bersama siswanya. Bisa juga siswanya dianjurkan membaca novel-novel kontemporer yang dinilai edukatif, sehingga memiliki referensi tak hanya novel-novel terbitan lama. Ada banyak cara lainnya yang bisa dilakukan guru.
Namun demikian, guru sepertinya juga menghadapi dilema. Pasalnya, apa yang disajikan dalam buku paket pelajaran akan menjadi bahan soal dalam ujian (nasional). Guru dimungkinkan tak mau ambil risiko. Pikiran guru tentu pada materi pelajaran yang harus diselesaikan tepat waktu.
Dalam hal ini, kita tentu menginginkan agar siswa-siswa Indonesia memiliki ilmu, wawasan, dan pengetahuan yang luas. Apakah kita bisa menjamin buku paket pelajaran IPA, misalnya, mengikuti perkembangan penemuan-penemuan kontemporer terkait fenomena alam? Entahlah, Anda memiliki solusi? Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar