Menyingkap Misteri Mati Suri

Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Pustaka SKH KEDAULATAN RAKYAT, Minggu 23 Oktober 2011

Judul Buku: Menguak Fenomena Mati Suri Penulis: F. Arifah Penerbit: Leutika, Yogyakarta Cetakan: I, 2011 Tebal: vii+102 halaman

PERNAHKAH menyaksikan orang yang dinyatakan mati kemudian hidup lagi? Ada yang telah dikafani atau siap dikuburkan tiba-tiba bangkit dan mengejutkan para pelayat? Kejadian seperti itu kerap diistilahkah dengan mati sementara/mati suri.

Mati suri merupakan sebuah misteri. Buku ini mencoba memaparkan perihal mati suri ditinjau dari berbagai segi. Dalam bahasa Inggris, mati suri sering disebut near death experience. Lama mati suri berkisar beberapa jam, tapi ada yang sampai tiga hari. Plato pernah bercerita tentang orang yang mati suri dalam karyanya berjudul Republic. Diceritakan ada seorang prajurit bernama Er terbunuh di medan perang dan hidup lagi.

Pengalaman subjektif orang yang mati suri berbeda-beda. Ada yang merasakan ketenangan dan kedamaian, ada yang mengaku berada di terowongan dengan cahaya di ujungnya dan bersua dengan roh lainnya. Terowongan yang panjang itu kadang diasumsikan sebagai sebuah jalan menuju dunia roh atau dunia yang berbeda dengan dunia manusia. Apa yang ada di ujung terowongan tak bisa dilihat karena ada cahaya menyilaukan. Ada pula yang mengatakan setelah keluar dari tubuh ditemani sesosok makhluk cahaya atau dalam versi lain disebut malaikat. Selain makhluk cahaya itu, ia juga ditemani oleh seseorang sebagai perwujudan dari amalnya. Jika amal baik, parasnya menyenangkan. Jika amal buruk, parasnya menakutkan. Selain itu, ada juga pengakuan lainnya (halaman 35-40).

Secara medis, mati suri memiliki beragam versi yang masih diselimuti kontroversi. Pengalaman orang yang mati suri dikatakan berkaitan dengan cara otak memproses informasi sensorik yang masuk. Kesalahan penerjemahan otak terhadap rangsangan bisa terjadi akibat obat-obatan atau trauma tertentu yang menutup otak. Beberapa ahli berteori, gangguan syaraf atau kelebihan beban informasi yang dikirim ke korteks visual otak akan menciptakan gambaran cahaya terang yang perlahan menjadi besar. Otak dapat menafsirkan hal tersebut sebagai sesuatu yang bergerak di terowongan gelap menuju cahaya terang. Kombinasi antara efek trauma dan kekurangan oksigen di dalam otak akan memunculkan perasaan melayang di angkasa dan menatap tubuhnya sendiri. Sensasi kedamaian yang dirasakan akibat meningkatnya kadar endorfin yang diproduksi oleh otak selama mengalami trauma tersebut (halaman 40-42).

Buku yang mencoba menguak soal mati suri ini bisa memperkaya wawasan meskipun tetap saja sulit menjelaskan secara gamblang. Kita mungkin menyimpulkan, mati suri adalah rahasia Tuhan dengan ilmu-Nya. Begitu. (HENDRA SUGIANTORO, pembaca buku, tinggal di Yogyakarta).

0 komentar: