Jateng, Sarang Para Menteri

Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Wacana Lokal Suara Merdeka, Selasa 27 Oktober 2009
Penyusunan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid II menuai pro dan kontra. Di tengah penilaian buruk terhadap susunan kabinet Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono, optimisme tentu harus dikembangkan dan kita persilahkan seluruh jajaran KIB Jilid II untuk bekerja. Kabinet yang terdiri dari 3 menteri koordinator, 31 menteri, dan 3 pejabat negara yang mendukung pekerjaan kabinet ini dinantikan kinerja nyatanya.

Dari 3 menteri koordinator dalam KIB Jilid II, salah satunya berasal dari Jawa Tengah, yakni Agung Laksono. Setelah menjadi Ketua DPR periode lalu, pria kelahiran Semarang pada 23 Maret 1949 ini menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Adapun dari 31 menteri, ada Suswono yang termasuk tokoh muda dalam KIB Jilid II. Dalam usia 50 tahun, pria asli Tegal ini diamanahi sebagai Menteri Pertanian menggantikan Anton Apriyanto.

Selain Agung Laksono dan Suswono, ada nama-nama menteri lainnya kelahiran Jateng. Sebut saja Purnomo Yusgiantoro, Salim Segaf Al-Jufrie, Djoko Kirmanto, dan Letjend TNI (Purn) Evert Erents Mangindaan. Jika ditambah 3 pejabat yang membantu pekerjaan kabinet, maka KIB Jilid II dipenuhi tokoh-tokoh dari Jateng. Ketua Unit Kerja Presiden Pengawas Perencana Pembangunan diamanahkan kepada pria kelahiran Purwokerto, 14 Juli 1947, yakni Kuntoro Mangkusubroto. Di posisi Kepala Badan Intelijen Negara ada Jenderal Pol (Purn) Sutanto yang dilahirkan di Pekalongan pada 30 September 1950.

Keberadaan tokoh-tokoh di atas dalam susunan KIB Jilid II pastinya akan dinantikan kiprahnya. Bangsa ini menantikan unjuk kerja menteri-menteri yang telah diasuh orang tuanya di tanah Jateng. Purnomo Yusgiantoro yang lahir di Semarang bersiap menjalankan amanah menjadi Menteri Pertahanan. Pria kelahiran 16 Juni 1951 ini kembali dipercaya SBY untuk berada di kabinet dengan posisi berbeda. Sebagai Menteri Sosial, Salim Segaf Al-Jufrie yang lahir di Solo, 17 Juli 1954, juga dinantikan kinerjanya menjadikan negara ini mampu memberikan pelayanan sosial dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Bangsa ini juga menantikan kiprah Djoko Kirmanto asal Boyolali yang lahir 5 Juli 1943 sebagai Menteri Pekerjaan Umum. Begitu juga bangsa ini menantikan kiprah pria kelahiran Solo, 5 Januari 1943, Letjend TNI (Purn) Evert Erents Mangindaan, yang menduduki posisi Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Dengan hadirnya menteri-menteri asal Jateng dalam KIB Jilid II setidaknya menegaskan potensi anak-anak bangsa dari salah satu provinsi di Pulau Jawa ini. Jika pernah suatu ketika (sebagian) masyarakat di Jateng dikagetkan dengan jaringan terorisme dan merasa takut daerahnya disebut sebagai sarang teroris, maka saatnya membangun pandangan positif bahwa Jateng adalah sarang menteri. Jateng adalah provinsi yang memiliki anak-anak bangsa yang berkualitas. Menjadi menteri merupakan amanah dan pengakuan kapasitas. Jika tidak memiliki kapasitas dan kemampuan, tidak mungkin anak-anak bangsa asal Jateng diposisikan menjadi menteri. Jateng adalah tanah subur yang mampu melahirkan anak-anak bangsa bagi ibu pertiwi.

Mari tengok menteri-menteri yang berasal dari provinsi lain di Pulau Jawa. Ada empat menteri yang berasal dari Jawa Timur, ada lima menteri dari Jawa Barat, dan empat menteri kelahiran Jakarta . Itu artinya secara kuantitas belum menyamai jumlah menteri asal Jateng. Sekali lagi, ada enam menteri KIB Jilid II kelahiran Jateng, yakni Agung Laksono, Suswono, Purnomo Yusgiantoro, Salim Segaf Al-Jufrie, Djoko Kirmanto, dan Letjend TNI (Purn) Evert Erents Mangindaan. Ditambah dua pejabat negara yang mendukung pekerjaan kabinet menjadi delapan orang. Dengan provinsi-provinsi lain di Pulau Sumetera, menteri-menteri asal Jateng masih mendominasi.

Yang menjadi catatan khusus, menteri-menteri asal Jateng tidak semuanya dari jalur partai politik. Purnomo Yusgiantoro, misalnya, berasal dari kalangan profesional. Dalam KIB Jilid II, beliau menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Lulusan Ilmu Ekonomi Sumber Daya Alam University of Colorado AS ini juga menduduki posisi menteri serupa pada periode 2001-2004. Itu artinya, beliau terhitung sosok yang berkapasitas dan mumpuni di bidangnya. Dari kalangan profesional selain Purnomo Yusgiantoro adalah Djoko Kirmanto. Dalam KIB Jilid I, beliau juga menjadi Menteri Pekerjaan Umum.

Uraian di atas bukan bermaksud menciptakan kebanggaan semu, bukan pula bermaksud menciptakan semangat kedaerahan yang negatif. Bagaimana pun, semangat kedaerahan tidak selamanya buruk asalkan dikelola secara positif. Masyarakat Jateng perlu memiliki kebanggaan bahwa di daerahnya mampu melahirkan tokoh-tokoh penting. Jateng merupakan provinsi yang menyimpan potensi-potensi luar biasa bagi republik ini. Munculnya anak-anak bangsa kelahiran Jateng yang akan berkontribusi bagi kebangunan dan kejayaan negeri ini tentu saja senantiasa dinantikan. Orang tua dan guru di sekolah perlu menanamkan motivasi bagi anak-anak (didik)-nya untuk bercita-cita tinggi dan meneruskan jejak-jejak tokoh-tokoh asal Jateng yang telah “menasional”.

Di sisi lain, menteri-menteri asal Jateng dituntut bekerja sebaik-baiknya. Posisi menteri yang diamanahkan adalah sebentuk pengabdian kepada Tuhan untuk kemaslahatan bangsa. Sudah menjadi kewajiban bagi menteri-menteri asal Jateng untuk menunjukkan kinerja positif, kontributif, dan bertanggungjawab. Satu kesalahan yang dilakukan akan berdampak buruk bagi bangsa ini dan juga Jateng sendiri.

Tegasnya, Jateng bukanlah sarang teroris. Jateng adalah tempat subur bagi lahirnya tokoh-tokoh bangsa di kemudian hari. Kini menteri-menteri asal Jateng “mengepakkan sayap” bersama menteri lainnya dalam KIB Jilid II. Mengepakkan sayap untuk membangun kemaslahatan bagi kehidupan masyarakat di negeri ini.

Ya, Jateng adalah sarang menteri. Untuk bapak-bapak menteri asal Jateng, selamat bekerja. Dari Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, dan SBY, siapakah presiden yang lahir di Jateng? Tahun 2014, kenapa tidak? Wallahu a’lam.
Hendra Sugiantoro
Penulis, tinggal di Yogyakarta
http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=85566

0 komentar: