Selamat Datang Kabinet Profetik 2009-2014

Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Opini Koran Wawasan, Selasa 27 Oktober 2009
SUSILO Bambang Yudhoyono (SBY) telah mengumumkan dan melantik menteri-menteri yang duduk di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid II. Berdasarkan susunan KIB Jilid II, ada 34 menteri dan 3 pejabat negara yang mendukung pekerjaan kabinet. Penunjukan menteri ini memang tak sepi dari sikap kontra. Ada kesan penyusunan kabinet hanya sebagai ajang bagi-bagi kekuasaan. KIB Jilid II adalah “kabinet balas jasa” dengan mendudukkan tokoh-tokoh dari parpol yang dulunya berkoalisi mendukung SBY sebagai presiden.

Jika dicermati, KIB Jilid II memang didominasi menteri-menteri dari unsur parpol. Dari kalangan profesional ada sekitar 13 menteri. Posisi menteri yang ditempati kalangan profesional, yakni Menteri Koordinator Polhukam, Menteri Sekretaris Negara, Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Menteri PPN/Kepala Bappenas, dan Menteri Negara BUMN. Artinya, kalangan profesional yang menjabat sebagai menteri dalam KIB Jilid II tidak ada separuhnya dari keseluruhan jumlah menteri.

Namun demikian, yang perlu digarisbawahi adalah menteri-menteri dari parpol bukan berarti semuanya tidak profesional. Ada menteri-menteri dari unsur parpol yang memiliki kapasitas dan basis pengalaman sesuai posisi menteri yang diembannya. Selama ini paradigma yang terbangun terkait kabinet profesional adalah kabinet yang mengedepankan kalangan dari nonparpol. Pendapat ini ada benarnya, namun tidaklah terlalu tepat. Kalangan profesional pada dasarnya bisa berasal dari parpol. Pandangan negatif terhadap menteri-menteri dari unsur parpol lebih didasari pengalaman selama ini bahwa pragmatisme begitu kentara menghinggapi politisi. Menteri-menteri dari kalangan parpol dikhawatirkan akan dominan membawa kepentingan parpol ketimbang kepentingan bangsa dan negara yang lebih luas.

Adanya kekhawatiran dan pesimisme terhadap KIB Jilid II memang tidak dilarang dan sah-sah saja. Justru sikap kontra menjadi antisipasi dini agar kinerja KIB Jilid II benar-benar berjalan baik. Lebih dari itu, alangkah bijak jika kita mempersilahkan para menteri dalam KIB Jilid II bekerja dahulu. Setelah kita melihat kinerjanya, kita bisa memberikan penilaian.

Kabinet Profetik
Pada titik ini, harapan dan optimisme sudah selayaknya dimiliki. Kita senantiasa berharap agar para menteri dari kalangan parpol maupun nonparpol mampu bekerja nyata membangun kehidupan bangsa dan negara. Ada satu harapan agar KIB Jilid II kepemimpinan SBY-Boediono periode 2009-2014 menjadi kabinet profetik. Seperti apakah kabinet profetik?

Profetik yang bermakna kenabian bukan berarti SBY-Boediono dan menteri-menterinya harus menantikan wahyu dari Tuhan dalam menjalankan pemerintahan. Maksud dari kabinet profetik adalah kinerja kabinet yang akan membawa tatanan ideal bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara sebagaimana kerja-kerja para Nabi yang dahulunya diutus Tuhan.

Meminjam konsep ilmu sosial profetik Kuntowijoyo, kabinet profetik berdayaupaya melakukan transformasi kehidupan berbangsa dan bernegara lewat humanisasi, liberasi, dan transendensi. Humanisasi sebagai memanusiakan manusia menghendaki kabinet yang merasakan denyut nadi masyarakat dan tidak membiarkan kehidupan masyarakat menderita. Kebijakan presiden dan para menterinya harus menempatkan setiap warga negara di negeri ini sebagai manusia Indonesia yang berhak tumbuh berkembang mengaktualisasikan potensi positifnya. Siapa pun warga negara harus mendapatkan perlakuan yang adil. Salah satu kebijakan penting adalah membuka akses pendidikan dan kesehatan yang berkualitas bagi setiap warga negara tanpa diskriminatif.

Dengan spirit liberasi, KIB Jilid II harus memiliki kesadaran dan empati terhadap kehidupan masyarakat. Membebaskan masyarakat dari keterpurukan ekonomi akibat sistem yang tidak adil adalah tanggung jawab KIB Jilid II. Presiden-wakil presiden dan menteri-menterinya berkewajiban membebaskan masyarakat dari sistem pengetahuan yang materialistik dan dominasi struktur. KIB Jilid II dinantikan kiprahnya untuk membebaskan masyarakat dari belenggu sosial dan sistem ekonomi yang justru menciptakan kesenjangan. Perlindungan terhadap masyarakat harus diberikan sehingga masyarakat dapat terus mengembangkan diri dan kehidupan sosialnya.

Spirit humanisasi dan liberasi KIB Jilid II di atas dilandasi nilai-nilai transendensi. Humanisasi dan liberasi dalam membangun kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara bukan diarahkan pada antroposentrisme yang menjadikan manusia sebagai pusat segalanya. Setiap upaya mengangkat martabat masyarakat dan membebaskan masyarakat dari ketertindasan tetap diarahkan pada ketertundukan terhadap Tuhan. Transendensi menjadi dasar dan arah proses humanisasi dan liberasi dalam mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Pertanyaannya kemudian, akankah KIB Jilid II mampu menjadi kabinet profetik di bawah kepemimpnan SBY-Boediono? Ya, kita nantikan! Wallahu a’lam.
Hendra Sugiantoro
Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta
http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id=34587&Itemid=62

0 komentar: