Guru di Titik Persimpangan

Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Suara Warga Suara Merdeka, Sabtu 14 Agustus 2010
Ada pernyataan menarik dari Mustainah Ssi dalam rubrik Suara Guru Suara Merdeka edisi Senin, 19 Juli 2010. Dia mengeluhkan posisi guru yang berada di titik persimpangan.

Guru PAUD Griya Nanda UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta lewat artikel berjudul “Guru sebagai Sahabat” itu menuliskan, "dalam proses belajar mengajar, keberadaan guru berperan strategis bagi keberhasilan tujuan pendidikan. Namun, sistem pendidikan yang kita anut menempatkan guru pada sosok yang terlampau agung. Guru atau dosen sengaja didesain sebagai manusia luar biasa, yang harus ”digugu lan ditiru” dalam setiap laku dan ucapannya. Sistem yang demikian membuat corak pendidikan kita indoktrinatif yang menempatkan siswa pada posisi lemah.”

Penggalan artikel anggitan Mustainah Ssi di atas menarik direnungkan pada kalimat: “...sistem pendidikan yang kita anut menempatkan guru pada sosok yang terlampau agung. Guru atau dosen sengaja didesain sebagai manusia luar biasa, yang harus ”digugu lan ditiru” dalam setiap laku dan ucapannya.”

Penulis pernah melakukan refleksi terkait posisi guru. Entah mengapa penulis merasakan “ada yang tidak wajar” ketika guru dalam konstruksi masyarakat ditempatkan sebagai “malaikat”. Atau dalam bahasa Mustainah Ssi, guru ditempatkan sebagai sosok yang terlampau agung.

Memang benar jika unsur keteladanan menjadi salah satu keniscayaan dalam upaya mendidik. Ketika guru mendidik murid-muridnya untuk berlaku baik, maka guru harus satu kata dan perbuatan. Guru harus menjadi sosok yang digugu lan ditiru. Tingkah laku guru seyogianya dapat menjadi teladan bagi murid-muridnya. Yang menjadi persoalan, guru sering kali dikonstruksikan sebagai manusia sempurna. Guru tidak boleh salah dan khilaf. Adanya kewajiban guru berperilaku mulia memang tidak bisa diganggu gugat, namun kita tetap harus memposisikan guru sebagai manusia biasa.

Dalam hal ini, pernyataan di atas sekiranya layak direnungkan. Bagaimana pun, guru tetap harus dimuliakan oleh siapa pun. Sikap memuliakan guru tetap dengan memosisikan guru sebagai “manusia biasa” yang kadang berbuat salah dan juga memiliki kelemahan. Bagaimana menurut Anda? Wallahu a’lam.

Hendra Sugiantoro,
Koordinator Forum Indonesia
http://citizennews.suaramerdeka.com/?option=com_content&task=view&id=1257

1 komentar:

Obat Kuat Herbal herba max obat kuat yang terbuat dari bahan bahan herbal asli indonesia. khasiat obat ini adalah untuk memelihara gairah seks agar tetap membara. obat kuat herba max berbeda dengan obat kuat import karena di dalam obat kuat herbal herba max ini bekerja dengan cepat tapi pasti karena sifatnya yang herbal. meskipun demikian Obat kuat herbal herbamax mampu mengembalikan gairah seksual yang menurun