Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di jagongan HARIAN JOGJA, Sabtu 12 Maret 2011
Kelinci adalah salah satu jenis binatang. Tak begitu mudah untuk menemukan binatang ini kecuali di tempat-tempat tertentu. Berbeda dengan ayam, kelinci belum tentu dipelihara oleh penduduk sekampung pun. Apalagi mendapatkan daging kelinci, kita dimungkinkan harus penat mencari sampai dapat. Di pasar, daging ayam mudah diperoleh ketimbang daging kelinci.
Entah seberapa banyak dari kita yang pernah memakan daging kelinci. Mungkin Anda pernah memakannya? Daging kelinci cenderung panas dan kering. Dengan memakan daging kelinci ternyata bisa memperkuat otot perut. Hal ini diutarakan Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya berjudul Thibbun Nabawi. Selain itu, daging kelinci juga bisa melancarkan buang air kecil dan menghancurkan batu ginjal. Daging kelinci, tutur Ibnu Qayyim al-Jauziyah, lebih baik dipanggang. Adapun bagian yang terbaik dari daging kelinci adalah pinggul.
Dalam Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah memakan daging kelinci. Anas bin Malik menceritakan, “Kami pernah kehilangan kelinci. Akhirnya kami kirim orang untuk mencarinya kembali sampai berhasil kami tangkap. Abu Thalhah mengirimkan bagian pinggul kelinci itu yang telah dimasak, lalu beliau SAW menerimanya.”
Dalam kitab Thibbun Nabawi, Ibnu Qayyim al-Jauziyah juga menuturkan bahwa bagian kepala dari kelinci jika dimakan dapat membantu mengatasi kedinginan. Apa yang diutarakan Ibnu Qayyim al-Jauziyah ini dimungkinkan cocok atau mungkin dipraktekkan di daerah-daerah tertentu. Di Indonesia, mengatasi kedinginan bisa dengan cara lain, tak harus mencari bagian kepala dari kelinci untuk dimakan.
Begitulah daging kelinci yang memberikan manfaat untuk kesehatan. Ada pernyataan menarik dari Ibnu Qayyim al-Jauziyah bahwa daging kelinci bisa menghancurkan batu ginjal. Dengan izin Allah SWT, batu ginjal dapat dihancurkan dengan memakan daging kelinci. Entah seberapa rupiah harus dikeluarkan untuk membeli daging kelinci. Ada yang tahu harganya? Wallahu a’lam.
HENDRA SUGIANTORO
Pegiat Pena Profetik Yogyakarta
Dimuat di jagongan HARIAN JOGJA, Sabtu 12 Maret 2011
Kelinci adalah salah satu jenis binatang. Tak begitu mudah untuk menemukan binatang ini kecuali di tempat-tempat tertentu. Berbeda dengan ayam, kelinci belum tentu dipelihara oleh penduduk sekampung pun. Apalagi mendapatkan daging kelinci, kita dimungkinkan harus penat mencari sampai dapat. Di pasar, daging ayam mudah diperoleh ketimbang daging kelinci.
Entah seberapa banyak dari kita yang pernah memakan daging kelinci. Mungkin Anda pernah memakannya? Daging kelinci cenderung panas dan kering. Dengan memakan daging kelinci ternyata bisa memperkuat otot perut. Hal ini diutarakan Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya berjudul Thibbun Nabawi. Selain itu, daging kelinci juga bisa melancarkan buang air kecil dan menghancurkan batu ginjal. Daging kelinci, tutur Ibnu Qayyim al-Jauziyah, lebih baik dipanggang. Adapun bagian yang terbaik dari daging kelinci adalah pinggul.
Dalam Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah memakan daging kelinci. Anas bin Malik menceritakan, “Kami pernah kehilangan kelinci. Akhirnya kami kirim orang untuk mencarinya kembali sampai berhasil kami tangkap. Abu Thalhah mengirimkan bagian pinggul kelinci itu yang telah dimasak, lalu beliau SAW menerimanya.”
Dalam kitab Thibbun Nabawi, Ibnu Qayyim al-Jauziyah juga menuturkan bahwa bagian kepala dari kelinci jika dimakan dapat membantu mengatasi kedinginan. Apa yang diutarakan Ibnu Qayyim al-Jauziyah ini dimungkinkan cocok atau mungkin dipraktekkan di daerah-daerah tertentu. Di Indonesia, mengatasi kedinginan bisa dengan cara lain, tak harus mencari bagian kepala dari kelinci untuk dimakan.
Begitulah daging kelinci yang memberikan manfaat untuk kesehatan. Ada pernyataan menarik dari Ibnu Qayyim al-Jauziyah bahwa daging kelinci bisa menghancurkan batu ginjal. Dengan izin Allah SWT, batu ginjal dapat dihancurkan dengan memakan daging kelinci. Entah seberapa rupiah harus dikeluarkan untuk membeli daging kelinci. Ada yang tahu harganya? Wallahu a’lam.
HENDRA SUGIANTORO
Pegiat Pena Profetik Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar