Tantangan Kewirausahaan di Kampus

Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Jagongan HARIAN JOGJA, Kamis 13 Oktober 2011

Meskipun terkesan mulai marak akhir-akhir ini, pendidikan kewirausahaan bagi mahasiswa pada dasarnya bukan hal yang baru. Serian Wijatno (2009) memaparkan bahwa pendidikan entrepreneurship mulai bermunculan di Indonesia pada tahun 1980-an. Pada tahun 2000-an, pendidikan entrepreneurship semakin digalakkan. Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mendorong berkembangnya pendidikan entrepreneurship, di antaranya melalui pendanaan kegiatan kemahasiswaan dalam bidang entrepreneurship. Pertanyaan pun muncul, jika telah lama digalakkan, mengapa dampaknya belum signifikan mengatasi pengangguran lulusan perguruan tinggi?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut memang tak mudah. Dalam hal ini, penulis mencoba menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan belum berhasilnya pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi. Pertama, tidak seluruh mahasiswa mengikuti program-program kewirausahaan di perguruan tinggi. Hanya mahasiswa-mahasiswa tertentu yang turut serta dalam program kewirausahaan berdasarkan minat. Sebut saja Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang diadakan sejak tahun 2009, mahasiswa yang berminat dan memenuhi syarat saja yang mengikutinya. Artinya, pembelajaran kewirausahaan di lapangan tak menyentuh seluruh mahasiswa.

Kedua, kewirausahaan lebih pada tataran pengetahuan semata. Meskipun perguruan tinggi mewajibkan mahasiswa menempuh mata kuliah kewirausahaan, namun bukan jaminan mahasiswa mau mempraktikkannya. Ketika mendengarkan pemaparan dosen di kelas masih mungkin muncul spirit dan keinginan untuk berwirausaha, tetapi dimungkinkan hilang usai kuliah. Ketiga, lemahnya mentalitas untuk terjun berwirausaha. Ketika terjun di ranah kewirausahaan, tantangan dan kerja keras merupakan keniscayaan. Mahasiswa dengan mentalitas pragmatis cenderung tak menyukai kerja-kerja yang merepotkan. Mungkin tak banyak mahasiswa yang tekun, ulet, pantang menyerah, dan memiliki spirit juang tinggi.


Ketiga faktor di atas tentu bisa dimaknai sebagai tantangan pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi. Pembelajaran secara teori penting, tetapi pembelajaran kewirausahaan secara praktik tak bisa diabaikan. Mahasiswa juga perlu terus-menerus dibangun jiwa kewirausahaannya meskipun sebenarnya sudah harus ditempa melalui pendidikan keluarga sejak kecil. Wallahu a’lam.
HENDRA SUGIANTORO
Pembelajar di UPY Jogja

0 komentar: