Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Suara Pembaca Duta Masyarakat, Rabu 21 Januari 2009
Kebengisan prajurit militer Israel di Jalur Gaza Palestina kian membuat siapa pun berang. Sudah lebih dari dua pekan, pembesar negeri palsu Israel seakan-akan tuli terhadap kecaman dunia internasional. Sikap keras kepala tampak terlihat, bahkan pembesar Israel meremehkan lembaga selevel PBB. Di mata pembesar Israel, pihak manapun di dunia tak lebih dari macan ompong yang tak perlu ditakuti. Hari demi hari di Jalur Gaza Palestina telah nyata pertunjukkan militer Israel yang beringas dan tak memiliki nurani.
Dengan dalih menghabisi kelompok Hamas, militer Israel membunuh ratusan nyawa dan membuat masyarakat di Jalur Gaza Palestina tercekam ketakutan. Anak-anak dan perempuan telah menjadi korban keberingasan Israel yang sepertinya menjadikan wilayah Jalur Gaza Palestina sebagai ajang pembantaian. Militer Israel tentu saja tidak sedang berlatih menggunakan senjata ketika bangunan sekolah dan rumah sakit tak luput dari hunjaman serangan, tapi memang kesengajaan yang disengaja. Apakah bukan kesengajaan jika militer Israel membidik kamp pengungsi di utara Jabalya pada akhir pekan lalu (Sabtu, 11/1)? Israel tentu saja melihat ambulans yang membawa pasien, tapi mengapa masih tega menjadikan ambulans sebagai sasaran senjata?
Pun, ketika seorang wartawan terbunuh saat meliput episode perang bodoh yang dilancarkan Israel. Seperti kita saksikan, kamerawan Kantor Berita Reuters Fadal Shana (23 tahun) harus menerima nasib kebodohan tentara Israel yang asal main tembak saat mengambil gambar tank Israel di Jalur Gaza. Wartawan yang seharusnya dilindungi dari sasaran senjata perang malah turut dibunuh oleh tentara Israel. Dengan pembunuhan tentara Israel terhadap pekerja media itu, aksi solidaritas pun menggema di kalangan pekerja media. Di Indonesia, demonstrasi dilancarkan oleh para wartawan seperti yang terjadi Medan (Senin, 12/1). Dalam demonstrasi di Medan, seorang wartawan Edi Irawan mengatakan bahwa kebiadaban Israel sudah melewati batas. Dikatakan wartawan stasiun televisi Indosiar itu bahwa forum wartawan Medan akan mengajak seluruh organisasi profesi kewartawanan dari dalam negeri maupun luar negeri untuk mengajukan Israel ke Mahkamah Internasional sebagai penjahat perang karena melanggar prinsip-prinsip dalam Konvensi Jenewa. Tak ketinggalan Forum Wartawan Cirebon juga menggelar aksi keprihatinan dengan tuntutan serupa (Selasa, 13/1). Wartawan yang harus dilindungi dalam perang, tapi malah dijadikan sasaran perang tentu saja tidak dibenarkan. Selain meminta dihentikannya kekerasan terhadap wartawan, forum wartawan Cirebon juga mendesak PBB menjatuhkan sanksi kepada Israel atas kebiadabannya dan menyeret Israel ke Mahkamah Internasional.
Dimuat di Suara Pembaca Duta Masyarakat, Rabu 21 Januari 2009
Kebengisan prajurit militer Israel di Jalur Gaza Palestina kian membuat siapa pun berang. Sudah lebih dari dua pekan, pembesar negeri palsu Israel seakan-akan tuli terhadap kecaman dunia internasional. Sikap keras kepala tampak terlihat, bahkan pembesar Israel meremehkan lembaga selevel PBB. Di mata pembesar Israel, pihak manapun di dunia tak lebih dari macan ompong yang tak perlu ditakuti. Hari demi hari di Jalur Gaza Palestina telah nyata pertunjukkan militer Israel yang beringas dan tak memiliki nurani.
Dengan dalih menghabisi kelompok Hamas, militer Israel membunuh ratusan nyawa dan membuat masyarakat di Jalur Gaza Palestina tercekam ketakutan. Anak-anak dan perempuan telah menjadi korban keberingasan Israel yang sepertinya menjadikan wilayah Jalur Gaza Palestina sebagai ajang pembantaian. Militer Israel tentu saja tidak sedang berlatih menggunakan senjata ketika bangunan sekolah dan rumah sakit tak luput dari hunjaman serangan, tapi memang kesengajaan yang disengaja. Apakah bukan kesengajaan jika militer Israel membidik kamp pengungsi di utara Jabalya pada akhir pekan lalu (Sabtu, 11/1)? Israel tentu saja melihat ambulans yang membawa pasien, tapi mengapa masih tega menjadikan ambulans sebagai sasaran senjata?
Pun, ketika seorang wartawan terbunuh saat meliput episode perang bodoh yang dilancarkan Israel. Seperti kita saksikan, kamerawan Kantor Berita Reuters Fadal Shana (23 tahun) harus menerima nasib kebodohan tentara Israel yang asal main tembak saat mengambil gambar tank Israel di Jalur Gaza. Wartawan yang seharusnya dilindungi dari sasaran senjata perang malah turut dibunuh oleh tentara Israel. Dengan pembunuhan tentara Israel terhadap pekerja media itu, aksi solidaritas pun menggema di kalangan pekerja media. Di Indonesia, demonstrasi dilancarkan oleh para wartawan seperti yang terjadi Medan (Senin, 12/1). Dalam demonstrasi di Medan, seorang wartawan Edi Irawan mengatakan bahwa kebiadaban Israel sudah melewati batas. Dikatakan wartawan stasiun televisi Indosiar itu bahwa forum wartawan Medan akan mengajak seluruh organisasi profesi kewartawanan dari dalam negeri maupun luar negeri untuk mengajukan Israel ke Mahkamah Internasional sebagai penjahat perang karena melanggar prinsip-prinsip dalam Konvensi Jenewa. Tak ketinggalan Forum Wartawan Cirebon juga menggelar aksi keprihatinan dengan tuntutan serupa (Selasa, 13/1). Wartawan yang harus dilindungi dalam perang, tapi malah dijadikan sasaran perang tentu saja tidak dibenarkan. Selain meminta dihentikannya kekerasan terhadap wartawan, forum wartawan Cirebon juga mendesak PBB menjatuhkan sanksi kepada Israel atas kebiadabannya dan menyeret Israel ke Mahkamah Internasional.
0 komentar:
Posting Komentar