Oleh: HENDRA SUGIANTORO Dimuat di Jagongan HARIAN JOGJA, Selasa, 21 Juni 2011 Kehadiran perempuan yang menggoreskan tulisan layaklah kita apresiasi. Di surat kabar ini, kita kerapkali menjumpai nama-nama penulis perempuan. Mereka telah menyampaikan pemikiran, gagasan, dan aspirasi. Lewat tulisan, mereka juga menyampaikan kritik, keluh kesah, dan tanggapan terhadap isu dan kebijakan yang tengah bergulir. Kita tentu sangat mengharapkan perempuan-perempuan lainnya untuk turut menulis. Pada dasarnya, menulis merupakan potensi yang dimiliki siapa pun. Maka, perempuan tak perlu merasa tidak mampu menulis. Tulisan sederhana yang ditulis meskipun hanya setengah sampai satu halaman tetaplah berarti. Dengan menulis, suara perempuan akan bisa terdengar. Perempuan bisa menyampaikan apapun yang terdapat di benaknya. Apalagi saat ini begitu banyak ruang yang bisa digunakan perempuan untuk menulis. Tak hanya di media cetak, tapi juga bisa di media online. Jika selama ini muncul keluhan kebijakan publik acapkali mengabaikan aspirasi perempuan, maka perempuan harus tampil di muka. Tak harus berkoar-koar di mimbar, tapi bisa lewat tulisan. Tulisan-tulisan itu akan membantu policy maker dalam upaya menggulirkan kebijakan publik yang aspiratif terhadap perempuan. Di sisi lain, tulisan-tulisan dari perempuan bisa mendokumentasikan isi dari pikiran perempuan. Lewat tulisan, jiwa perempuan di setiap zaman bisa terbaca yang tentu bermanfaat dalam penulisan sejarah. Harus diakui jika sejarah perempuan amat minim dalam literatur. Dominasi laki-laki yang kerapkali kentara. Padahal, perempuan bukannya tidak berkiprah dan berperan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Kiprah perempuan dalam kehidupan keluarga juga memiliki nilai. Jadi, perempuan perlulah menulis untuk mendokumentasi jejak dan kiprahnya. Tak perlu mengharapkan laki-laki menuliskan sejarah perempuan, tapi perempuanlah yang harus mengambil pena menuliskan sejarahnya sendiri. Wahai perempuan menulislah agar engkau semakin cantik. Wallahu a’lam. HENDRA SUGIANTORO, Aktivis Pena Profetik Jogja
Perempuan, menulislah!
22.06
No comments
0 komentar:
Posting Komentar