Pemimpin Saleh

Oleh: HENDRA SUGIANTORO Dimuat di Citizen Journalism TRIBUN JOGJA, Sabtu 6 Agustus 2011

Negeri ini sangat membutuhkan pemimpin yang saleh. Pemimpin yang saleh itu menegakkan tauhid dan memiliki akhlaqul karimah. Itulah yang disampaikan Busyro Muqoddas dalam ceramah dan dialog usai salat tarawih di Masjid Syuhada, Yogyakarta, Minggu (31/7). Busyro Muqoddas yang kini menjabat sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga sedikit banyak membahas soal korupsi.


Diakui atau tidak, pemimpin yang saleh di negeri ini amat minim. Pemimpin jika saleh pasti berlaku jujur, dapat dipercaya, dan kuasa memberikan manfaat kepada masyarakat. Korupsi adalah salah satu contoh perilaku yang tidak bermanfaat bagi bangsa dan negara. Keprihatinan kita bersama bahwa perilaku korupsi di negeri ini masih menggejala. Busyro Muqoddas mengatakan bahwa negeri ini dirusak oleh sebagian pemimpin. Pemimpin yang tidak saleh berani melakukan perbuatan yang merugikan masyarakat, bangsa, dan negara. Pemimpin yang saleh, kata Busyro Muqoddas, bisa melindungi diri, keluarga, masyarakat, dan negaranya, bukan malah menipu rakyatnya dan menjarah uang rakyat.


Pada kesempatan ini, Busyro Muqoddas juga menekankan bahwa pada dasarnya setiap individu adalah pemimpin. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, setiap kita adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban. Setiap kita minimal adalah pemimpin bagi diri sendiri. Terkait dengan ibadah puasa, Busyro Muqoddas mengutarakan tentang metamorfosa ulat menjadi kupu-kupu. Ulat dalam melakukan perubahan ke bentuk kupu-kupu itu melewati terlebih dahulu “proses puasa” di dalam kepompong. Setelah menjalani ibadah puasa, kita semestinya bisa tampil lebih baik dan menampakkan kebaikan.


Ayat Al-Qur’an yang terdapat dalam surat Asy-Syu’ara’ tak lupa diungkapkan Busyro Muqoddas. Pada ayat 83-84 dalam surat itu dipaparkan doa Nabi Ibrahim, “Ya Tuhan-ku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang (yang datang) kemudian.” Ibrahim pun masih berdoa kepada Allah Swt agar dimasukkan dalam golongan orang-orang yang saleh, apalagi kita. Dalam doa tersebut, ada pesan tersendiri bagi para pemimpin agar hendaknya bisa menjadi buah tutur yang baik bagi generasi mendatang, bukan malah dicaci dan dihujat. Pemimpin yang saleh tentu bisa menjadi buah tutur yang baik. Kita maupun pemimpin dalam ranah masyarakat, bangsa, dan negara perlu kiranya merenungkan doa Nabi Ibrahim tersebut.

HENDRA SUGIANTORO

Pegiat Pena Profetik&Anggota Writing Revolution, tinggal Yogyakarta

0 komentar: