Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Kini puasa Ramadan tiba. Di sekolah-sekolah, puasa Ramadan kerapkali diisi dengan beragam kegiatan. Jam pelajaran biasanya dikurangi. Bagi guru, puasa penuh dijalani. Bagi siswa, mungkin ada yang puasa “mbedug”. Yang jelas, ibadah puasa membuat suasana sekolah cukup hening ketimbang biasanya.
Sebagaimana pesan moral yang sering terdengar, puasa diharapkan bermakna bagi peningkatan keimanan dan ketakwaan. Puasa diharapkan mampu meningkatkan kualitas diri. Puasa adalah media pendidikan, baik rohani maupun jasmani. Puasa bukan sekadar tidak makan dan minum, tapi juga mengendalikan diri dari perkataan dan perbuatan tercela. Pada titik ini, puasa sebenarnya merupakan pendidikan dalam membangun kualitas insan pendidikan. Puasa tidaklah sekadar teori, tapi praktik yang langsung dirasakan dan dijalankan. Puasa merupakan salah satu media pendidikan yang dapat mengembangkan potensi siswa untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia.
Maka, puasa memiliki arti penting bagi proses pendidikan. Sekolah memang selayaknya menjadikan puasa Ramadan setiap tahun sebagai agenda program kerjanya. Program-program selama puasa tidak ada salahnya dirumuskan dan dijalankan. Jadi, sekolah tidak hanya menggelar rutinitas kegiatan belajar mengajar, tapi juga menyemarakkan bulan Ramadan. Pesantren sehari, buka bersama, dan pengajian yang seringkali dilaksanakan pihak sekolah tentu layak diapresiasi. Itu kegiatan secara formal. Di sisi lain, penanaman nilai-nilai puasa secara tidak formal bisa ditanamkan. Sebagai misal adalah melatih kejujuran siswa. Boleh jadi dalam bulan puasa ada ulangan harian dimana siswa melatih dirinya untuk jujur. Dengan puasa, kepekaan sosial siswa juga dilatih, sehingga memiliki kepedulian terhadap sesama. Guru pun perlu menanamkan nilai-nilai puasa, sehingga ketidakjujuran yang seringkali mencuat di sekolah dapat dihilangkan.
Ibadah puasa Ramadan pastinya memiliki nilai penting dalam proses pendidikan. Jika saat ini moralitas seringkali kurang ditanamkan di sekolah yang hanya mengejar pencapaian angka-angka kuantitatif, maka puasa menjadi alternatif dalam pendidikan moral siswa. Puasa merupakan proses pendidikan dalam membentuk akhlak siswa terhadap Tuhan, sesama, orang tua, guru, dan lingkungan.
Semoga puasa Ramadan tahun ini tidak berlalu begitu saja. Perubahan lebih baik melalui puasa Ramadan diharapkan terjadi pada insan pendidikan di sekolah. Wallahu a’lam. HENDRA SUGIANTORO Anggota Writing Revolution (WR)
Dimuat di Jagongan HARIAN JOGJA, Senin 8 Agustus 2011
Puasa dan Pendidikan
09.22
No comments
0 komentar:
Posting Komentar