Perempuan di Era Digital

Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Resensi Buku HARIAN JOGJA, Kamis 8 September 2011

Judul Buku: Wanita Era Digital Penulis : Dian Onasis dkk Penerbit : Hasfa Publishing Cetakan : I, Juli 2011 Tebal: 100 halaman Harga: Rp. 32.000,00

Kemajuan zaman tak terelakkan. Kemajuan yang menghadirkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi ciri khas masa kini. Jika zaman kini dikatakan sebagai era digital, maka benar adanya. Lantas, apakah kaitan era digital dengan perempuan? Buku ini menarik dibaca demi melihat kaitan perempuan dengan era digital.

Fakta negatif dari era digital tak dimungkiri. Perempuan bisa saja menjadi objek. Kita kerapkali menyaksikan eksploitasi perempuan dalam dunia digital. Meskipun dijadikan objek, perempuan kadangkala tak menyadari. Perempuan yang tak kuasa berpikir dan bertindak kritis tentu disayangkan. Meskipun ada unsur negatif, era digital bukan berarti tak menghadirkan unsur positif. Dengan membaca buku ini, perempuan diharapkan lebih berdaya dan menjadi subjek di era digital.

Jika disimak, banyak perempuan yang bisa menjadi cermin mendayagunakan fasilitas digital. Dewi Rieka Kustiantari, misalnya, mampu menjadikan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai alat pemberdayaan dan pengembangan diri. Dengan fasilitas internet, ia bisa menjadi penulis dan pebisnis yang relatif sukses. Internet dimanfaatkannya untuk mencari ide, data, dan narasumber demi keperluan penulisan. Ia juga menggunakan internet untuk keperluan penerbitan, promosi buku, bahkan membuka toko buku online. Sebagai ibu rumah tangga, ia merasa tak ketinggalan informasi dan ilmu. Ia juga menjalin relasi sosial lewat keberadaan internet (halaman 6-8).

Apa yang dilakukan Dewi Rieka Kustiantari itu juga terjadi pada perempuan-perempuan lainnya. Di era digital saat ini, ada banyak sosok perempuan yang terbilang berhasil tak hanya terkait dengan kepenulisan, tapi juga bisnis. Malah wartawan senior Desi Anwar memanfaatkan facebook dengan membuat fanpage bertajuk English with Desi Anwar (EWDA). Ia juga membuka akun fanpage Face to Face with Desi Anwar, sebuah acara interview bersama tokoh-tokoh dunia yang dikemas dengan konsep catatan perjalanan di salah satu stasiun televisi swasta di mana Desi Anwar sebagai host-nya (halaman 12-13).

Tuntutan melek digital tampaknya tak mungkin dihindari perempuan. Apalagi bagi ibu rumah tangga yang memiliki anak-anak. Apabila ibu rumah tangga melek perangkat digital dimungkinkan bisa membendung pengaruh negatif yang mungkin muncul. Ibu berkewajiban melahirkan generasi cerdas dalam memanfaatkan teknologi secara positif. Anak-anak yang berselancar di dunia maya, misalnya, tentu membutuhkan bimbingan dan pendampingan.

Dalam buku ini, pentingnya perempuan bersuara lewat tulisan juga ditekankan. Diakui atau tidak, selama ini wajah perempuan jarang terpaparkan secara lebih jernih, bening, dan komprehensif. Sebut saja dalam catatan-catatan sejarah, tokoh perempuan cenderung dilupakan. Padahal, perempuan bukannya tidak berkiprah sepanjang sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara. Di sisi lain, kebijakan-kebijakan publik kerapkali disinyalir tak peka terhadap perempuan. Maka, perempuan perlu menulis agar suaranya terdengar dan kiprahnya terlihat.

Dengan memanfaatkan internet, tulisan-tulisan yang digoreskan perempuan dimungkinkan terbaca lintas wilayah. Perempuan bisa menulis uneg-uneg, kritik, dan solusi terhadap permasalahan kehidupan. Perempuan bisa berperan untuk melakukan pembelaan terhadap segala ketidakberesan, ketimpangan, dan ketidakadilan. Perempuan bisa berbagi inspirasi, pengalaman, ilmu, wawasan, dan pengetahuan. Peristiwa-peristiwa dalam kehidupan bisa juga dituliskan. Perempuan bisa membuat berita dari kiprah dan kegiatannya (halaman 25-28).

Buku ini mengajak perempuan mampu beraktualisasi secara positif di era digital. Begitu.(HENDRA SUGIANTORO, pembaca buku, tinggal di Yogyakarta)

0 komentar: