Dimuat di Harjo Forum HARIAN JOGJA, Kamis 1 September 2011
Salat Idul Fitri 1432 H dilaksanakan di Indonesia tidak bersamaan. Ada yang melaksanakan Selasa (30/8), ada yang melaksanakan Rabu (31/8). Sidang itsbat yang diselenggarakan Kementerian Agama RI pada Senin (29/8) memutuskan 1 Syawal 1432 H jatuh pada 31 Agustus 2011. Perbedaan ini tentu tidak perlu dipertentangkan, karena masing-masing pihak yang memberikan ketetapan memiliki dasar dan pijakan. Pelaksanaan salat Idul Fitri yang berbeda juga berdampak pada kegiatan takbiran. Ada yang menggelar pada Senin (29/8) malam, ada yang mengadakan pada Selasa (30/8) malam.
Kegiatan takbiran usai Ramadan di berbagai daerah sebagaimana kita saksikan berlangsung semarak. Tak terkecuali dengan kegiatan takbiran yang diadakan Masjid Al-Husna, Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Salatiga. Awalnya kegiatan takbiran telah dipersiapkan pada Senin malam. Setelah keputusan pemerintah cq Kementerian Agama diumumkan, kegiatan takbiran dibatalkan dan diganti pada Selasa malam. Kegiatan takbiran di tempat ini bisa dikatakan berlangsung luar biasa. Ada sekitar 175-an anak-anak dan remaja begitu bersemangat mengumandangkan takbir dengan iringan suara musik khas berasal dari bambu, kaleng, kentongan, rebana, dan sebagainya. Mereka sendiri yang memainkan alat musik itu.
Berawal dari masjid, anak-anak dan remaja dengan didampingi orang tua masing-masing bertakbir mengeliling desa. Tanpa letih, anak-anak dan remaja mengumandangkan takbir menyambut Idul Fitri. Usai keliling, mereka istirahat dan makan ketupat opor yang telah dipersiapkan. Setelah itu kegiatan takbiran dilanjutkan lagi di masjid sampai tengah malam. “Hati kami bahagia, luar biasa tadi, bertakbir mengagungkan kebesaran Allah SWT,” ungkap Saptorini Hinonah, salah satu pengurus masjid, seusai kegiatan takbiran.
Motivasi dan spirit anak-anak dan remaja menyemarakkan malam takbiran di wilayah ini layaklah diapresiasi. Saptorini Hinonah yang juga menjadi Kepala Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) Syifaauna dan guru di SMA Muhammadiyah Salatiga mengungkapkan bahwa sebelumnya mereka telah berlatih terlebih dahulu agar kompak memainkan alat musik. Khusus anak-anak, pada bulan Ramadan juga telah dimotivasi untuk berpuasa. Anak-anak bisa jujur mengatakan kalau hanya puasa setengah hari atau tidak berpuasa. Hal itu tetap harus dihargai. Bagi anak-anak, kebiasaan puasa perlu ditanamkan tanpa tekanan. Anak-anak itu pun tampak bergembira dan berwajah ceria di malam takbiran.(HENDRA SUGIANTORO)
0 komentar:
Posting Komentar