Dimuat di Peduli Pendidikan SKH KEDAUATAN RAKYAT, Sabtu, 16 Juni 2012
Bung
Karno (6 Juni 1901-21 Juni 1970) adalah fenomena. Ada banyak hal bisa dibahas
mengenai presiden pertama Indonesia itu, salah satunya adalah gairah belajarnya
yang besar.
Herman Kartowisastro
(1978), salah seorang kawan Bung Karno di masa kecil dan juga kawan saat
bersekolah di Hogere Burger School (HBS)
Surabaya, pernah mengenang, “Ia (Bung
Karno) seorang yang pandai dalam segala bidang, seorang all-round, seorang jenius. Semua mata pelajaran, baik
bahasa, sejarah maupun ilmu pasti atau ilmu lainnya dikuasainya, diganyangnya
mentah-mentah. Pun dalam bidang melukis dan menggambar, ia menunjukkan bakatnya.”
Kecerdasan Bung Karno memang diakui berbagai kalangan. Gairah belajar Bung
Karno yang besar ini tentu layak diteladani. Siapa pun berpeluang untuk menjadi
cerdas. Kuncinya adalah belajar.
Bung Karno menyadari
bahwa ilmu pengetahuan itu penting. Kedahagaan intelektualnya tak pernah surut.
Tak cuma mengandalkan apa yang diajarkan di bangku pendidikan formal, Bung
Karno juga giat membaca buku untuk memperkaya ilmu, wawawan, dan
pengetahuannya. “Aku mencari hiburan di
lapangan lain, aku meninggalkan dunia yang fana ini masuk ke dalam dunia yang
lebih abadi, lebih besar, lebih mulia, lebih berisi yaitu alamnya ilmu, alamnya
akal, alamnya batin, alam yang oleh orang Inggris dinamakan the world of
mind. Aku meninggalkan dunia fana ini,
dunia material ini, aku masuk di dalam the world of mind. Aku baca buku-buku tatkala kawan-kawanku
pemuda hanya mengetahui kitab-kitab dari sekolahnya saja, aku telah membaca di
luar sekolah itu,” kata Bung Karno.
Selain membaca, Bung
Karno juga menuliskan ide, gagasan, dan pemikirannya lewat tulisan. Surat kabar
Oetoesan Hindia yang dipimpin H.O.S.
Tjokroaminoto menjadi lahan Bung Karno pertama kali mempublikasikan tulisan. Ketika
menempuh pendidikan di Technische Hoge School (THS) Bandung, gairah belajarnya tetap menyala.
Membaca dan menulis menjadi kebiasaan Bung Karno sepanjang hidupnya. Bung Karno
juga belajar lewat praktik, termasuk ketika ia belajar berorasi sejak duduk di
bangku HBS. Aktivitas dalam organisasi pergerakan turut mematangkan pengalaman belajar
Bung Karno. Bung Karno pun mengkontekstualisasikan apa yang dikaji dan
dipelajarinya dengan realitas sosial masyarakat-bangsanya. Bung Karno sadar, ujar
Baskara T Wardaya (2007), apa yang ia pelajari dalam studinya bukan dimaksudkan
untuk menumpuk harta bagi diri sendiri, tetapi untuk turut memperbaiki
perikehidupan masyarakatnya.
Pungkasnya, Bung Karno
menegaskan bahwa ilmu pengetahuan itu penting. Membangun masyarakat-bangsa ini
harus dengan ilmu pengetahuan. Belajar (sepanjang hayat). Wallahu a’lam.
HENDRA
SUGIANTORO
Pegiat Transform Institute
0 komentar:
Posting Komentar