Dimuat di Peduli Pendidikan SKH KEDAULATAN RAKYAT, Sabtu, 21 Juli 2012
Untuk
membangun individu manusia, pendidikan karakter tak mungkin dialpakan. Dan, pendidikan karakter menemukan relevansinya dalam
ibadah puasa Ramadan 1433 Hijriyah yang dijalani saat ini. Ibadah puasa sebagai sebuah
proses yang bertujuan menjadikan manusia bertakwa merupakan pendidikan tersendiri.
Melalui ibadah puasa, individu manusia diarahkan untuk dapat mengendalikan
diri.
Tak hanya mengendalikan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar sampai
terbenam matahari, tetapi juga mengendalikan diri dari perkataan dan perbuatan
tercela. Beragam karakter
terpuji ditempa melalui puasa Ramadan. Ukuran kebaikan
dan keburukan berdasarkan norma agama yang ditanamkan melalui ibadah puasa
Ramadan akhirnya menumbuhkan kesadaran individu manusia untuk senantiasa
mencintai kebaikan dan membenci keburukan.
Adapun pendidikan karakter lewat
puasa Ramadan dapat dilakukan antara lain dengan membiasakan kesabaran,
menguatkan kemauan, melatih penguasaan terhadap diri, menumbuhkan self
control (muraqabah), dan membentuk ketakwaan yang kokoh dalam diri. Selain
itu, juga dengan menumbuhkan kepekaan sosial, membiasakan kedisiplinan, merajut
persatuan, menumbuhkan rasa kasih sayang, memotivasi untuk melakukan banyak
kebajikan, dan membangun semangat antikemungkaran (Budi Darmawan: 2004).
Pendidikan karakter
melalui puasa Ramadan akhirnya melahirkan kualitas individu manusia yang
memiliki kesalehan individual dan kesalehan sosial.
Yang
menjadi pertanyaan, berhasilkah pendidikan karakter melalui ibadah puasa Ramadan?
Ukuran keberhasilan pendidikan karakter
pastinya tidak dilihat dari pencapaian angka-angka kuantitatif. Keberhasilan
pendidikan karakter dapat dilihat setelah ibadah puasa Ramadan usai. Menjadi
baikkah tingkah laku, akhlak, dan perangai setelah melangsungkan ibadah puasa
Ramadan? Pendidikan karakter
tak berhasil dilakukan jika puasa hanya menahan lapar dan dahaga. Pendidikan karakter melalui puasa Ramadan berhasil
ditempuh jika individu manusia melakukan pengekangan diri dari sikap dan
perilaku tercela. Setiap perkataan dan perbuatan yang tidak positif dihindari, sehingga menginternalisasi dalam diri.
Pendidikan
karakter melalui ibadah puasa Ramadan jelas
menjadi sesuatu yang bermakna. Siapa pun tentu mengamini bahwa proses
pendidikan hakikatnya juga melakukan transfer of values. Proses
pendidikan tak sekadar memperkuat kecakapan kognitif, tetapi juga mengembangkan
kepribadian dan akhlak mulia. Puasa Ramadan yang berhasil mendidik karakter dan membangun akhlak mulia dapat
dikatakan merupakan kemenangan menunaikan ibadah puasa Ramadan. Wallahu a’lam.
HENDRA
SUGIANTORO
Pemerhati
pendidikan, tinggal di Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar