Gelisah Menatap Negeri

Dimuat di Jagongan HARIAN JOGJA, Kamis, 7 Juni 2012

Hampir setiap saat kita disuguhi dengan mencuatnya kasus korupsi. Harta negara yang idealnya dikelola dengan baik untuk kesejahteraan dan kemajuan bangsa justru hanya dinikmati oleh manusia-manusia korup. Setiap saat kita pun bertambah gelisah karena menjumpai perilaku sangar yang kurang menghargai martabat manusia. Kekerasan seolah-olah menjadi cara untuk mendesakkan keinginan atau malah untuk memuaskan nafsu agresif semata. Pemuliaan manusia terasa hilang di tengah manusia-manusia yang diselimuti prasangka negatif, kebencian, dan kejahatan.
 
Terasa menyesakkan lagi ketika kita menyaksikan tak jedanya perusakan-perusakan lingkungan hidup. Lingkungan hidup tak lagi terpelihara dan terjaga karena manusia-manusia yang hanya berpikir sesaat untuk mengeruk harta dan memuaskan nafsu perutnya. Eksistensi kehidupan masyarakat-bangsa ini yang juga berhak atas lingkungan hidup yang kemilau di masa mendatang tak lagi dipikirkan. Kita juga terasa miris ketika kasus peredaran dan penggunaan obat-obatan terlarang tak henti menghantam anak-anak bangsa. Apa lagi yang membuat kita gelisah, miris, bahkan mungkin muak dan marah melihat wajah negeri ini? Kita muak ketika masa depan bangsa-negara ini cenderung tak terlihat menyala terang karena tidak diurus dengan sebaik-baiknya.
Kita memang tak boleh melulu mencela kegelapan. Kita harus menjadi terang di tengah kegelapan yang merebak. Itu tentu tak sekadar dikatakan, namun menuntut pembuktian lewat aksi perbuatan. “The world is a dangerous place to live, not because of people who are evil, but because of the people who do not do anything about it,” kata Albert Einstein. Kita memang harus tampil di muka untuk memoles negeri ini lebih cemerlang. Wallahu a’lam.
Hendra Sugiantoro
Warga Yogyakarta

0 komentar: