Kisah-kisah Bung Karno

Dimuat di Resensi Buku HARIAN JOGJA, Rabu, 6 Juni 2012
Judul Buku: Kisah Istimewa Bung Karno Penulis: Herman Kartowisastro, Julius Poor, Rosihan Anwar, dkk Penerbit: Kompas, Jakarta Tebal: xxii+322 halaman ISBN: 978-979-709-503-1

Pada suatu malam, ketika kami sedang sibuk belajar, tiba-tiba terdengar suara seperti orang berpidato. Ingin tahu suara apa itu, kami berlari-lari menuju tempat dari mana suara itu datang. Astagaaa..Sukarno dalam kamar gelapnya berdiri di atas meja sedang berpidato meniru seorang volkstribuun (pemimpin rakyat) dari zaman Yunani Kuno yang menguraikan soal demokrasi dan kedaulatan rakyat. Tertarik oleh cerita-cerita dalam sejarah Yunani Kuno yang mengasyikkan dan mengesankan, jiwa pemuda Sukarno telah tergugah.

Itulah yang dituturkan Herman Kartowisastro, kawan sekolah Bung Karno ketika di Hogere Burger School (HBS) Surabaya. Kamar yang dimaksud berada di rumah H.O.S. Tjokroaminoto yang sejak Juni 1916 didiami Bung Karno. Lahir pada 6 Juni 1901, Bung Karno memang telah menghadirkan jejak historis tersendiri sampai wafatnya pada 21 Juni 1970.  Buku ini menarik dibaca, sebab menyajikan kisah Bung Karno dari sisi lain.

Sebut saja misalnya jiwa seni Bung Karno. Ketika diasingkan ke Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 1934-1938, aktivitas Bung Karno antara lain membina grup tonil atau sandiwara bernama Klub Tonil Kelimutu. Lewat tonil itu, Bung Karno mengobarkan semangat juang mengusir penjajah Hindia Belanda. Judul tonil karya Bung Karno, yakni Rahasia Kelimutu (dua seri), Tahun 1945, Nggera Ende, Amuk, Rendo, Kutkubi, Maha Iblis, Anak Jedah, Dokter Setan, Ero Dinamik, Jula Gubi, dan Siang Hai Rumbai. Tonil itu tak hanya dipentaskan di Ende, tetapi juga di kota lain di Flores, bahkan sampai tempat pembuangannya di Bengkulu (1938-1942). Lewat tonil berjudul Tahun 1945 tampaknya Bung Karno telah membayangkan kalau bangsa Indonesia akan terbebas dari belenggu penjajahan pada tahun 1945. Bahkan, lewat tonil itu, kemerdekaan Indonesia akan direbut dari penjajah sesama bangsa Asia (Jepang) sudah diperkirakan Bung Karno (halaman 139).

Bung Karno bisa dikatakan tipe manusia all-round. Bung Karno diakui gila membaca. Bahkan, buku tetap menjadi sahabat karib Bung Karno semasa dibuang oleh penjajah Belanda. Sebut saja misalnya saat dibuang di Bengkulu, koleksi buku Bung Karno sekitar 12 peti. Dari sekitar itu, ada 400 judul buku yang berhasil diselamatkan. Bung Karno juga berjiwa arsitek. Perhatian Bung Karno tak hanya berupa gedung-gedung atau monumen-monumen, tetapi juga patung-patung, taman-taman, kawasan, bahkan skala kota pun digagas dan direalisasikannya (halaman 205-229).

Buku yang memaparkan kisah-kisah Bung Karno yang jarang terpapar ini memikat disimak. Ada kisah tentang sopir pertama Bung Karno, pesawat kepresidenan pertama, penulis pidato Bung Karno, peninggalan-peninggalan semasa hidup Bung Karno, dan berderet kisah lainnya.(Hendra Sugiantoro).

0 komentar: