Oleh: HENDRA SUGIANTORO
Dimuat di Bisik MINGGU PAGI, No. 20 TH 65 Minggu III Agustus 2012
Idul Fitri yang dalam masyarakat
kita sering disebut Lebaran perlu dijadikan titik pijak melangkah lebih baik
dengan jiwa yang baru dalam perjalanan kehidupan ke depan. Lebaran tak sekadar
bermakna bubar dari sebulan puasa,
tapi terbukanya lembaran kehidupan yang kian humanis, bernilai, dan
bermartabat.
Kearifan sosial dengan saling
maaf-memaafkan saat Lebaran seyogianya tak sekadar seremoni, tapi sebentuk
komitmen untuk merajut kembali tali kebersamaan. Kerukunan hidup dan
kekeluargaan terus terpelihara dalam bingkai kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Sikap saling menghormati dan menghargai harus
ditunjukkan dengan meninggalkan kedengkian, fitnah keji, dan permusuhan. Setiap
manusia adalah satu kebersamaan yang akan terus menebar kemaslahatan bagi
kehidupan.
Kenyataan
hidup selama ini yang dirundung kekerasan saatnya lenyap dari wajah negeri. Lebaran
adalah momentum melenyapkan kekerasan untuk digantikan dengan perasaan kasih
sayang. Tak ada lagi bentuk-bentuk teror yang menebar ketakutan dan menjadikan
kehidupan sosial kemasyarakatan tercekam.
Lebaran
perlu menjadi spirit mengembangkan jiwa-jiwa sosial untuk saling berbagi dengan
sesama. Maka, kepekaan, kepedulian, dan empati sosial yang ditempa melalui
puasa Ramadan harus terus tertanam. Di tengah kemiskinan yang masih dirasakan
sebagian warga republik ini, kepekaan dan kepedulian sosial jangan pernah
lenyap. Bentuk tanggung jawab sosial yang sejati adalah membebaskan warga
miskin agar tak terus terpuruk. Yang kaya menyantuni yang lemah. Agama pun
mengajarkan bahwa ketidakpedulian terhadap anak-anak yatim dan orang-orang
miskin adalah sebentuk pendustaan terhadap agama. Tak layak menumpuk-numpuk
harta dan melakukan korupsi di tengah jerit masyarakat yang terpontang-panting
bertahan hidup.
Lebaran harus membawa spirit bagi setiap manusia untuk
tak menzalimi sesama. Setiap warga yang hidup di negeri ini berhak
mengembangkan kehidupannya tanpa harus terkebiri hak-haknya. Para pemimpin
dituntut amanah agar seluruh masyarakat merasakan kebahagiaan. Lebaran memberi
makna pembebasan setiap warga di negeri ini dari keterhimpitan hidup. Akses
pekerjaan, pendidikan, dan kesehatan harus diberikan sehingga tak ada warga di
negeri ini yang terlunta-lunta. Wallahu
a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar